Women In Politics Kuala Lumpur, KPPI Sultra Petik Pelajaran dari Perempuan Palestina

Women In Politics Kuala Lumpur, KPPI Sultra Petik Pelajaran dari Perempuan Palestina
KPPI SULTRA - Ketua KPPI Sultra Suleha A. Bahar bersama Perdana Menteri Malaysia Dato Sri Moh Najib Tun Abdul Razak (foto kanan) dalam acara Konferensi Internasional “Women In Politics 2017”di Kuala Lumpur, Malaysia 3-5 Desember 2017. (Foto: KPPI for ZonaSultra.Com).

Women In Politics Kuala Lumpur, KPPI Sultra Petik Pelajaran dari Perempuan PalestinaKPPI SULTRA – Ketua KPPI Sultra Suleha A. Bahar bersama Perdana Menteri Malaysia Dato Sri Moh Najib Tun Abdul Razak (foto kanan) dalam acara Konferensi Internasional “Women In Politics 2017”di Kuala Lumpur, Malaysia 3-5 Desember 2017. (Foto: KPPI for ZonaSultra.Com).

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Sulawesi Tenggara (Sultra) baru saja mengikuti Konferensi Internasional “Women In Politics 2017”di Kuala Lumpur, Malaysia yang digelar sejak 3 sampai 5 Desember lalu 2017 lalu. Acara itu diselenggarakan United Malay National Organization (UMNO).

Ketua KPPI Sultra Suleha A. Bahar yang baru saja pulang dari konferensi itu, mengatakan ada banyak pelajaran yang bisa dipetik, terutama untuk pergerakan perempuan di Sultra. Di antara tentang membangun komitmen global untuk menguatkan kesetaraan dalam komunitas melalui jaringan kepemimpinan perempuan dan advokasi.

Salah satu pemateri dalam seminar itu adalah Laila Ghannam, seorang Gubernur perempuan di Ramallah, Palestina. Laila merupakan seorang Master bidang psikologi, yang juga memimpin sekolah taman kanak-kanak.

“Beliau (Laila) mengatakan ‘Air mata yang saya bawa berat, anak-anak yang mencintai tanah airnya, orang-orang yang terpenjara, suami yang terbaring di atas bumi Palestina’,” ucap Saleha melalui pesan Whatshapp, Jumat (12/7/2017).

Ada beberapa poin penting dalam pergerakan perempuan di Palestina, mulai dari tentang perjuangan perempuan Palestina yang dibesarkan oleh sejarahnya yang kompeks dan perjuangan aktivis politik perempuan. Misalnya tentang pertama berdirinya organisasi perempuan di Palestina nanti pada 1991 untuk melawan pemerintah Inggris.

Selain itu lanjut Suleha, organisasi perempuan Arab dan beberapa organisasi perempuan mulai didirikan sebagai bentuk kebangkitan kaum perempuan di Palestina dengan dukungan perempuan muslim di seluruh dunia termasuk dari Indonesia.

#Teknologi dan Peran Laki-Laki

Pada pertemuan itu, perempuan masa kini dituntut soal penguasaan teknologi digital di berbagai bidang. Sebab, hal itu merupakan suatu yang tak terelakkan dan perempuan tak boleh ketinggal mengikuti perkembangan zaman yang semakin canggih.

“Salah satu pemateri dari National Council for Woman’s Organization (NCWO) mengatakan bahwa perempuan harus berinovasi out of box (berpikir keluar kotak) dan menggunakan teknologi digital akan lebih efektif pada saat ini. Revolusi teknologi hendaklah diikuti dengan jumlah perempuan yang mempelajari informasi teknologi ini,” ucap Saleha di Jakarta.

Dalam pertemuan itu dipaparkan bahwa perjuangan kesetaraan bukan perjuangan perempuan saja, karena bila demikian maka tidak akan produktif dan tidak akan menyelesaikan masalah. Kampanye kesetaraan hendaknya melibatkan juga kaum laki-laki.

Pelibatan laki-laki itu bukan karena atas dasar kasihan, tetapi karena memang laki-laki turut bertanggung jawab dan membutuhkan terpenuhinya hak-hak perempuan. Selain itu lanjut Suleha, tujuan jangka panjang yang didengungkan adalah di masa depan 2050 perempuan bisa menjadi mitra sejajar laki-laki mulai dari parlemen, pemerintahan, dan lainnya.

Konferensi tersebut merupakan kali ke-dua diselenggarakan dan diikuti 18 negara, 40 partai politik delegasi, sejumlah pembicara dari berbagai negara, dan pejabat Malaysia. Dari Sultra ada enam anggota KPPI Sultra yang ikut bersama dengan 21 anggota KPPI dari berbagai provinsi di Indonesia. (B)

 

Reporter : Muhamad Taslim Dalma
Editor : Abdul Saban

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini