ZONASULTRA.COM, KENDARI – Kepala Bandara Haluoleo Kendari, Rudi Richardo menyampaikan bahwa saat pihaknya tengah memfinalisasi perbaikan penyelenggaraan pelayanan terminal kargo.
Pria berkacamata ini mengungkapkan, rencananya pada 1 Januari 2018 pelayanan terminal kargo akan beroperasi penuh, sesuai standar regulasi keselamatan, keamanan, dan pelayanan penerbangan.
Dia mengatakan dengan perbaikan ini, diharapkan para pelaku bisnis pengiriman kargo dapat meningkatkan kuantitas maupun kualitas, terkhusus hewan laut (marine animals) seperti ikan, cacing laut, dan kepiting (fish, crab, worm).
Ditemui saat menghadiri pertemuan tahunan Bank Indonesia di Grand Clarion Hotel Kendari, Rabu (20/12/2017) Rudi mengatakan, program Bank Indonesia perwakilan Sultra untuk mendorong sektor perikanan sebagai pendukung pertumbuhan ekonomi baru di Sultra, sangat sejalan dengan yang dikerjakan Bandara Haluoleo Kendari.
Terlebih lagi adanya dukungan modal dari pihak perbankan, para pelaku usaha dapat memperbaiki atau meningkatkan promosi dan penjualan produk, maupun pengembangan dan perawatan fasilitas.
Termasuk untuk meningkatkan kualitas dan keamanan pengiriman produk, berupa penyediaan peralatan dan fasilitas penampungan kargo marine. Selain perbaikan penyelenggaraan pelayanan terminal kargo, Bandara Haluoleo juga telah melakukan penyediaan lokasi pembangunan bak penampungan di area perumahan Bandara Haluoleo.
“Saat ini pembangunan yang dilakukan oleh badan hukum yang bergerak dibidang kargo dalam proses finalisasi,” ujarnya.
Selain itu pembuatan bak penampungan bertujuan agar dapat menghindari resiko kerusakan saat terjadi kelebihan beban (over load) dan pemeriksaan terpadu yang dilakukan oleh Karantina Perikanan. Sehingga, pihak pengirim (shipper) dapat mengurangi resiko kerugian yang diakibatkan dari kualitas kargo marine yang berkurang akibat suhu. Serta tekanan oksigen yang berubah saat pemeriksaan di area kargo.
Menurutnya, kondisi dan kualitas styrofoam box pun juga mempengaruhi kualitas pengiriman kargo marine. Sebab, kualitas styrofoam box yang tidak memenuhi standar akan mudah rusak, sehingga akan merugikan pihak airline maupun pengirim. Disamping itu, di Sultra belum ada pabrik styrofoam box, maka biaya pengiriman styrofoam box dari Pulau Jawa akan sangat memberatkan, ditambah waktu pengiriman (melalui jalur kontainer) yang cukup memakan waktu. Termasuk, resiko kerusakan styrofoam box saat pengiriman dari distributor.
“Oleh karenanya para pelaku bisnis kargo marine hanya berani melakukan jual beli dalam negeri,” tambahnya.
Maka dari itu, lanjut Rudi, perlu sinergitas dengan seluruh stakeholder, terkhusus Bea dan Cukai. Sehingga, tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan ekspor marine animals, tanpa perlu melakukan perubahan status Bandara dari Domestik ke Internasional.
“Dengan adanya dukungan dari seluruh pihak terkait, maka program Bank Indonesia Sultra untuk mendorong sektor perikanan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi baru di Sultra dapat segera terwujud,” tutupnya. (B)
Reporter : Sitti Nurmalasari
Editor : Kiki