TOLEA – Tolea dalam prosesi adat perkawinan terus dilestarikan secara turun temurun kepada generasi muda di wilayah Kabaena. Tolea juga sering diperlombakan dalam setiap agenda tahunan melalui Festival Budaya Tangkeno yang dikenal dengan Lomba Mon “Tolea”. (MUHAMMAD JAMIL/ZONASULTRA. COM)
ZONASULTRA.COM, RUMBIA – Dalam kehidupan masyarakat Adat Moronene Tokotu’a di Kepulauan Kabaena, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra), terdapat salah satu fungsi sosial dari beberapa fungsi yang ada. Fungsi tersebut dikenal dengan istilah “Tolea”.
Tolea dianggap memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Umumnya di beberapa suku yang ada di Sultra, dan khususnya dalam kehidupan adat istiadat Moronene di Pulau Kabaena.
Dalam kehidupan adat istiadat Moronene telah tersusun fungsi-fungsi sosial. Di mana, sebagian fungsi masih dipertahankan utuh sebagaimana warisan leluhur dan sebagian lainnya telah mengalami penyesuaian sesuai dengan kondisi sekarang ini.
Fungsi-fungsi sosial tersebut diantaranya sara; sarea; potulu; tolea; darapaiho adati; dan da tangkio wonua.
Semua fungsi ini masih sangat berperan dalam mempertahankan identitas masyarakat Moronene. Namun, dalam pembahasan kali ini, sangat difokuskan kepada Tolea.
Tolea adalah salah satu fungsi sosial yang diwariskan oleh leluhur masyarakat Moronene Tokotu’a. Jika ditinjau dari segi fungsinya, Tolea adalah utusan seseorang yang dipercaya oleh tokoh adat atau pimpinan tertinggi masyarakat adat dalam satuan komunitas adat.
“Tolea dalam kehidupan masyarakat adat Moronene sangat memiliki peranan penting, di mana tanpa kehadiran Tolea dalam suatu kegiatan adat, budaya maupun resepsi, maka itu dianggap kurang paripurna,” kata Sesepuh Kerajaan Moronene Tokotu’a (Raja Kabaena), Kasman Lanota di Rumbia beberapa waktu lalu.
Kasman melanjutkan, Tolea ini pula memiliki tugas utama. Pertama, menyampaikan suatu amanah dari kelompok atau seorang kepada kelompok atau seorang lain. Kedua, menuntun suatu kelompok atau seorang untuk menyampaikan suatu maksud kepada kelompok atau seorang.
Ketiga, menjadi utusan pimpinan adat atau pemerintah untuk menyampaikan suatu amanah, baik ke masyarakat, lingkungan setempat maupun masyarakat adat di luar lingkungan tertentu. Dan keempat, menjadi utusan pemerintah setempat untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat penting kepada masyarakat adat setempat atau ke oemerintah setingkat ke bawah maupun pemerintah setingkat ke atas.
“Dalam melaksanakan fungsi, Tolea ini telah diyakini memiliki kemampuan komunikasi yang memadai sesuai kebutuhan adat. Sehingga pesan atau amanah yang disampaikan mudah dipahami oleh penerima informasi,” kata Kasman.
Selain kemampuan komunikasi, Tolea harus memiliki kemampuan umum. Seperti seorang laki-laki dewasa atau sudah pernah berumah tangga; Memiliki kemampuan berbahasa adat Moronene Tokotu’a yang baik; Memiliki sifat santun, jujur, sabar dan kharismatik.
Kemudian, memahami dan mampu melaksanakan prosesi adat dalam fungsinya sebagai Tolea; Kemampuan bekerjasama, gemar menolong sesama dan hidup sederhana serta pernah menjalankan peran sebagai Tamano dan Anantolea dan Tuluwea.
Lebih lanjut Kasman menjelaskan, selain tugas, Tolea merupakan salah satu dari beberapa komponen yang memiliki kapasitas dalam kehidupan adat istiadat. Yakni, ada yang berkapasitas sebagi Tinantolea, Tamano Tolea, Anantolea, Tuluwea, dan Tolea.
Tinantolea adalah seorang ibu yang mendapat kepercayaan oleh pimpinan masyarakat adat untuk melaksanakan tugas sebagai penyambung kata prosesi adat atau kegiatan.
Tamano Tolea atau Tokiya adalah seorang tokoh adat yang berfungsi melaksanakan pemberitahuan awal kepada seseorang atau kelompok tertentu bahwa akan ada kegiatan dekat atau tidak terlalu lama.
Anantolea adalah dikenal sebagai tahapan, dimana seseorang dipercaya untuk menjalankan tugas adat sebagai pendamping Tolea pada saat prosesi adat atau kegiatan.
Tuluwea adalah tahapan di mana seseorang yang mendapat kepercayaan untuk menjalankan tugas sebagai pelaksana awal kegiatan atau prosesi pendahuluan sebuah acara adat atau acara kemasyarakatan sebelum acara inti dimulai.
“Semua masyarakat Moronene Tokotu’a bahkan seluruh masyarakat di Sultra perlu mengetahui bahwa setiap ada perhelatan acara atau kegiatan besar suku Moronene di daratan Kabaena, selalunya didahului dengan perbincangan melalui musyawarah adat yang diikuti oleh Tinantolea, Tamano Tolea, Anantolea, Tuluwea dan Tolea,” pungkasnya. (B)
Reporter: Muhammad Jamil
Editor: Jumriati