Genderang perang pilkada serentak tahun 2018 sudah mulai dibunyikan dan tentunya para elit politik sudah mulai menari dengan irama strategi taktik masing-masing. Ada yang pakai irama sedih sambil mengeluarkan air mata atau ada juga yang memakai irama keras seolah-olah sangat emosional.
Setiap perhelatan politik praktis dalam merebut tampuk kekuasaan kekuatan uang sangat mempengaruhi suatu keputusan dalam menjatuhkan pilihan. Mungkin ada sebagian orang yang menilai bahwa berpolitik dengan mengunakan uang akan mencederai politk yang bermartabat, namun jika dihayati lebih dalam sesungguhnya uang sudah menjadi suatu kebutuhan dalam melancarkan segala urusan, “Ada uang urusan lancar”.
Uang memang bukan segala-galanya, tetapi segala-galanya tentu dengan uang biar lancar. Dari lahir sampai meninggal pasti menggunakan uang. Uang selalu menjadi faktor penentu dalam segala urusan, apalagi urusan yang berkaitan dengan Politik praktis.
Berpolitik praktis tentunya membutuhkan banyak strategi untuk bisa meraih simpatik pemilih. Terkadang dalam berpolitik praktis aturan main sesuai undang-undang selalu di kesampingkan demi mencapai tujuan meski harus mengorbankan sesuatu yang berharga.
Kawan jadi lawan dan lawan bisa jadi kawan jika berada dalam pusaran politik. Politik itu tidak mengenal sesuatu yang abadi selain “Kepentingan”, oleh karena itu maka hanya kepentingan bersamalah yang bisa menyatu di dalam politik.
Melakukan pengorbanan dalam berpolitik parktis sudah menjadi langkah mutlak bagi siapa saja yg terlibat, namun yang berbahaya jika orang yang dikorbankan untuk kepentingan politik praktis. Olehnya itu korbankanlah uang jangan orang.
Dalam pelaksanaan politik praktis penggunaan uang selalu berubah bentuk dari kasar menjadi lembut. Karena jika “berpolitik praktis” baik melalui pintu partai maupun jalur independen tidak mengeluarkan uang maka sebaiknya “Berdoa” saja.
Pengeluaraan uang dalam berpolitik itu hal yang wajar tidak perlu di hebohkan karena yang namanya manusia pasti membutuhkan Uang. Bukankah manusia itu pada umunnya selalu mengejar Harta, Tahta, Wanita/Pria, & Jabatan..?
Berpolitik praktis dalam sistem demokrasi sudah menjadi hal yg logis jika Uang sangat berpengaruh dalam biaya kebutuhan politik. Penggunaan uang untuk memenangkan pertarungan politik menjadi wajar karena dalam pertarungan Politik pasti menginginkan Kemenangan bukan Kekalahan.
Berdoa dan Berusaha butuh pengorbanan maka Korbankanlah “Uang” bukan “Orang” dalam berpolitik praktis. Uang dapat membentuk Kekuasaan dan setelah itu maka Kekuasaan dapat membentuk uang, namun perlu di Ingat bahwa setiap kekuasaan pasti akan ada konsekuensi pertanggung jawabannya. (*)
Oleh La Ode Tamsil., S. H.,
Penulis Merupan Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Jayabaya