ZONASULTRA.COM,KENDARI – Para penggiat Orienteering di Sulawesi Tenggara, mendeklarasikan Pengurus Daerah Federasi Orienteering Nasional Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara (Pengda FONI Sultra). Kegiatan tersebut dilaksanakan di Aula Sinode SMA Swasta Oikumene, Minggu (4/2).
Pembentukan ini menindaklanjuti Musyawarah Nasional Federasi Orienteering Nasional Indonesia yang dilaksanakan di Magelang, Jawa Tengah, pada tanggal 1-3 Desember 2017 lalu, bahwa untuk setiap daerah supaya secepatnya membentuk pengurus daerah dan pengurus cabang. Hal tersebut diharapkan dapat mendukung FONI dalam perkembangan orienteering di Indonesia khususnya di Sultra.
Orienteering adalah olahraga yang membutuhkan kemampuan dan keterampilan navigasi menggunakan peta dan kompas untuk menyelesaikan suatu lintasan dari titik kontrol satu ke titik kontrol lain dalam waktu sesingkat mungkin.
Olahraga ini dilakukan pada daerah yang belum dikenal sebelumnya, baik berupa alam bebas, pedesaan maupun perkotaan. Lebih dari sebuah olahraga biasa, orienteering memadukan berbagai aspek antara keselarasan berfikir, kecepatan, dan kekuatan fisik.
Untuk di Sulawesi Tenggara, FONI Pusat memberikan amanah kepada Rahmal Rail dan Dedi Apriadi, sebagai Koordinator Pembentukan Pengda FONI Sultra, melalui SK No.13/C/SK-PP/FONI/XII/2017 yang ditandatangani oleh Ketua Umum FONI yang juga menjabat sebagai Komandan Korem 044/Garuda Dempo, Kolonel Inf Kunto Arief Wibowo.
Salah seorang Koordinator pembentukan Pengda FONI Sultra, Dedi Apriadi, mengatakan sejarah orienteering dimulai pada tahun 1886, bermula dari Akademi Militer Karlberg, Swedia, sebagai program latihan militer. Istilah orienteering saat itu dimaknai sebagai “melintasi medan tak dikenal dengan bantuan peta dan kompas”. Tujuh tahun kemudian, pada 28 Mei 1893, barulah orienteering dilombakan, tetapi khusus untuk kalangan militer Swedia. Yakni dalam suatu lomba tahunan Garnizun Stockholm.
Di Indonesia, perkembangan olahraga satu ini sangat lambat dibanding olahraga lain. Tahun 1988, perlombaan orienteering pertama kali digelar oleh Wanadri Komisariat ITB (WK ITB). Tipe kompetisinya Score Event atau Score O. di tahun 1990, Lomba Orienteering Brahmahardhika (LOB) pertama kali digelar oleh Brahmahardhika Mapala FKIP UNS Surakarta. Kelak LOB menjadi perlombaan O paling rutin di Indonesia. Pada tahun 2000, tipe kompetisi Cross Country O diterapkan pertama kali (Sulawesi Utara).
Di Indonesia organisasi olahraga orienteering sudah terdaftar dan memiliki AD/ART. FONI Pusat mencatat, terdapat sekitar 16 kepengurusan tingkat Provinsi seluruh Indonesia yang terdaftar, salah satunya Sulawesi Tenggara.
“Setelah Pengda FONI Sultra dilantik dalam waktu dekat ini, lembaga inilah yang akan memayungi dan menjadi motor penggerak kemajuan olahraga orienteering di Sultra. Pengda FONI Sultra, akan banyak melakukan pembinaan atlet untuk diikutkan pada event nasional maupun internasional,” jelas Dedi.
Di tempat yang sama, Koordinator Pembentukan Pengda FONI Sultra, Rahmal Rail, mengatakan bahwa usai deklarasi Pengda FONI Sultra, diharapkan 17 Kabupaten/Kota di Sultra bisa terbentuk. Masing-masing Pengcab mesti membentuk sedikitnya 5 club orienteering.
“Selain berupaya agar Pengcab di 17 Kabupaten/Kota di Sultra dideklarasikan, di bulan ini juga Pengda Sultra akan melaksanakan coaching clinic tentang orienteering. Materi pelatihannya mulai dari pelatih, teknis lomba, penjurian, dan pembuatan peta orienteering,” jelas Rahmal Rail.
Targetnya, lanjut Rahmal, pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) di organisasi ini yang meliputi atlet, pelatih, pembuat peta, dan course planer menjadi prioritas utama. “harapannya, Sultra bisa mengirimkan atletnya pada eksebisi PON 2020 di Papua nanti,” jelasnya. (*)
Editor : Tahir Ose