Ada Taman Bambu di Festival Tomia Wakatobi

Ada Taman Bambu di Festival Tomia Wakatobi
KOIN BAMBU - Koin-Koin yang terbuat dari bambu yang digunakan untuk berbelanja di raman bambu. (Nova Ely Surya/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, WANGI-WANGI – Festival pulau Tomia, di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) menyajikan wisata taman tambu di desa Khaianga, Kecamatan Tomia.

Wisata bambu itu merupakan inovasi baru di daerah yang terkenal akan potensi bawah laut dan kearifan lokal itu. Di lokasi taman bambu itu sejumlah souvenir yang terbuat dari bambu menjadi produk utama yang dipamerkan. Seperti gantungan kunci, kursi, meja, lampu hias, tikar, sarung bantal, dan berbagai merchandise lainnya.

Semua itu bisa dibeli dengan menggunakan uang tunai yang sudah ditukarkan dengan koin yang terbuat dari bambu, dan jumlahnya tergantung dari nominal merchandise yang akan dibeli pengunjung.

Ada Taman Bambu di Festival Tomia Wakatobi

Product designer, Inovasi, Kreatif dan Kolaborasi Nusantara (IKKON), bagian program Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Republik Indonesia (RI), Adhi Nugraha mengatakan, hal ini adalah proses atau final dari program IKKON. Dimana di akhir programnya mereka harus mengadakan pameran.

Product designer, Inovasi, Kreatif dan Kolaborasi Nusantara (IKKON), bagian program Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Republik Indonesia (RI), Adhi Nugraha
Adhi Nugraha

“Biasanya pameran IKKON itu dilakukan di tempat-tempat yang sangat normal. Misalnya di gedung Pemerintah daerah (Pemda) dan sebagainya. Nah di sini kami mencoba alternatif lain, di mana kami mencoba berpameran di tempat yang tidak umum dan tidak lazim,” tuturnya ditemui di taman bambu, Desa Khaianga, Kecamatan Tomia Timur, Sabtu, (6/10/2018).

Dengan kegiatan ini, lanjut Adhi Nugraha, bisa menghidupkan sebuah lokasi yang tadinya tidak ada apa-apa, serta banyak nyamuk dan terletak di dalam kebun bambu. Kemudian disulap bersama masyarakat menjadi tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi.

“Jadi di samping meningkatkan ekonomi kreatif, kami di sini ingin membuktikan bahwa dengan berkolaborasi dengan masyarakat kami bisa menciptakan sebuah ruang publik. Dan harapan kami adalah ketika kami kembali ke tempat masing-masing, tempat ini akan terus hidup dan terus dikembangkan oleh masyarakat,”harapnya.

Ditanya soal mengapa harus di hutan bambu, dan bukan di pantai dipilih menjadi lokasi pelaksanaan kegiatan itu, Adhi mengungkapkan bahwa pihaknya ingin fokus di lokasi yang tidak memiliki air.

“Kami ingin membuktikan bahwa Wakatobi itu potensi wisatanya bukan hanya laut, bukan hanya diving makanya betul-betul kita cari yang benar-benar di daratan, dan dikebun. Yang memang menciptakan potensi baru karena kalau di dekat pantai, itu memang lazim jadi tempat wisata,” terangnya.

Lokasi wisata di hutan Bambu ini, diklaim Adhi, tidak diduga kebanyakan orang.

“Dan memang di daerah sini dikelilingi oleh beberapa perajin bambu, ada juga komunitas kreatif yang membuat berbagai produk. Juga masyarakat yang memang aktif membuat kuliner dan sebagainya,”tuturnya. (B)

 


Reporter : Nova Ely Surya
Editor : Kiki

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini