ZONASULTRA.COM, KENDARI – Di Sulawesi Tenggara (Sultra), pemerintah di level provinsi maupun kabupaten belum menjadikan pariwisata sebagai roda utama pembangunan. Hal ini terlihat dari alokasi anggaran di sejumlah daerah yang sangat minim untuk pembangunan infrastruktur pariwisata.
Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kendari Zainal A Ishaq mengatakan dalam rencana jangka panjang dan menengah di setiap daerah skala prioritas pembangunan masih bertumpu pada sektor pertanian, perikanan dan pertambangan. Padahal potensi wisata tersebar di seantero Sultra khususnya di wilayah pedesaan.
Saat ini telah terbentuk desa wisata yang diinisiasi penggiat wisata dan masyarakat adat, sebagai upaya mendorong kemandirian ekonomi dan mengurangi ketergantungan dari pemerintah dan swasta. Kehadiran desa wisata juga sebagai upaya membentengi dari eksploitasi sumber daya alam yang cukup membawa dampak kerusakan lingkungan.
“Misalnya desa wisata seperti di Tangkeno, Kabaena dan Desa Namu, Konawe Selatan. Keberadaannya telah membawa dampak positif dimana aktifitas desa wisata telah menjaga kelestarian sumber pangan dan sumber daya hayati di hutan dan lautan,” kata Zainal dalam Diskusi Publik Mengawal Perkembangan Pariwisata di Hotel Athaya Kendari, Sabtu (14/1/2016).
Desa wisata juga didukung oleh komunitas wisata desa yang memegang peranan strategis dalam identifikasi potensi desa. Kata Zainal, terobosan pemerintah desa wisata dan komunitas perlu mendapat banyak dukungan termasuk pemerintah pusat.
Sultra memiliki lebih dari 700 spot lokasi wisata yang tersebar diseluruh kabupaten/kota, dengan ragam dan tradisi budaya serta lebih dari ratusan kerajinan daerah dan aneka permainan tradisional. Potensi desa-desa di Sultra saatnya menjadi andalan untuk mengangkat taraf hidup masyarakat setempat. (B)
Reporter : Muhamad Taslim Dalma
Editor : Jumriati