ZONASULTRA.COM, KENDARI – Aksi demonstrasi ribuan massa yang terhimpun dalam Keluarga Besar Mahasiswa Universitas Halu Oleo (KBM-UHO) Kendari, Senin (11/3/2019), menyimpan cerita unik nan heroik dari Kapolda Sulawesi Tenggara (Sultra), Brigadir Jenderal Polisi (Brigjen Pol) Iriyanto. Serangan mahasiswa menggunakan batu menyerbu barikade kepolisian tak membuatnya gentar.
Di depan gerbang kantor Gubernur Sultra, saat ribuan batu melayang di udara, Iriyanto datang di tengah-tengah kepungan massa. Membentangkan kedua tangannya, Iriyanto mencoba melerai para masyarakat terpelajar itu agar menghentikan aksi anarkis.
Batu yang menabrak tameng aparat, kedengaran ibarat genderang yang tak berhenti ditabuh. Ketika massa mulai mendekat, polisi yang berjajar ketat, sesekali menyemprotkan terjangan air dari mobil water cannon di belakang barisan petugas.
Tembakan gas air mata pun tak luput dari lontaran pihak pengamanan. Mahasiswa berlarian kocar-kacir menghindari kepulan asap yang bisa membuat mata perih. Namun, seketika mesin pelontar water cannon mati, polisi tanpa reaksi ketika Iriyanto datang dari belakang barikade.
(Berita Terkait : Buntut Demonstrasi Mahasiswa UHO, 17 Orang Jadi Korban)
“Sudah, sudah, berhenti, bukan begitu menyelesaikan masalah, ke sini, ke sini, saya di sini, anggota polisi tidak mungkin melukai komandannya,” ujar Iriyanto sambil berjalan mendekati massa yang sedang memegang batu, ditemani Kabid Humas Polda Sultra AKBP Harry Goldenhardt dan beberapa pejabat tinggi Polda.
Beberapa dari pendemo sadar dengan kemunculan Kapolda, akhirnya berupaya menghentikan kawanan mereka agar tidak terus-terusan melontarkan batu di depan tameng polisi. Ada yang tak menggubris ada pula yang menahan sejenak tak membuat aksi lemparan.
Meski ada yang tetap melayangkan batu, Iriyanto keukeuh berjalan mengitari, mendekati pengunjuk rasa yang sedang aksi beringas. Namun, dengan jiwa karsa dan mental yang matang diselimuti kesabaran, jenderal bintang satu ini tetap teguh berdiri sembari meredam gejolak massa. Tak peduli dengan batu yang bisa saja mengenai bagian tubuhnya.
(Berita Terkait : Demo Anarkis, 9 Polisi Terluka dan Fasilitas Umum Rusak)
Beberapa demonstran berujar, mereka tidak ada urusan dengan kepolisian, tapi hanya mencari anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Sultra.
“Kami tidak ada urusan dengan polisi pak, kami mencari satpol PP agar keluar dari kantor gubernur,” ujar mahasiswa itu diikuti sahutan ratusan massa yang kembali mendekat sembari terus menghujani batu ke arah anak buah Iriyanto.
Demi keselamatan dan atisipasi bentrok dua kubu agar tidak pecah, personelnya pun dilarang bereaksi melakukan gerakan tambahan membalas gempuran massa. Anggota brigade mobil (Brimob) dan dalmas terpaksa menahan emosi, demi mematuhi intruksi komandannya.
(Berita Terkait : Gubernur Sultra Hentikan Sementara 13 IUP di Konkep)
“Anggota brimob, dalmas, diam di tempat, tidak ada yang mengambil tindakan, tidak ada yang mengeluarkan gas air mata, adik-adik kita mau sampaikan aspirasi, sabar, sabar,” kata Iriyanto.
Iriyanto bahkan menawarkan dirinya sebagai mediator, jembatan untuk mempertemukan kedua kubu antara pengunjuk rasa dengan Gubernur Sultra Ali Mazi. Tapi massa lagi-lagi tak menggubris tawaran Kapolda.
Massa aksi terus melakukan serangan batu terhadap pihak kepolisian. Pengunjuk rasa juga tak mau menyerah dan berhenti melakukan tindak anarkis. Massa menuntut untuk ditemui Ali Mazi.
Kedatangan Rektor Universitas Halu Oleo Muhammad Zamrun untuk menenangkan massa aksi juga tak digubris. Zamrun menyampaikan bahwa akan memfasilitasi para pendemo untuk bertemu Gubernur Ali Mazi. Namun, mereka tetap tak mengindahkan tawaran tersebut. Massa pun tetap melakukan pelemparan.
Kapolda Sultra Brigjen Pol Iriyanto sebetulnya menawarkan massa untuk bertemu Kepala Biro Pemerintahan Setda Sultra La Ode Ali Akbar sebagai perwakilan menggantikan gubernur yang tidak bisa datang menemui massa. Namun mereka menolak, lalu massa kembali melempar batu ke arah barikade polisi.
Kapolda, Kabid Humas, Kabid Propam AKBP Agoeng Adi Koerniawan, Spripim, beberapa pejabat Polda Sultra yang ikut mengawal Brigjen Pol Iriyanto pun harus segera mengamankan diri dari lemparan batu massa. Mereka berlindung di belakang tameng. Polisi pun langsung membalas dengan tembakan water cannon dan gas air mata.
Iriyanto memang tak cedera sedikit pun, namun sebanyak 9 anak buahnya terluka. Dari 9 orang itu, ada 8 personel rawat jalan dan 1 personel bernama Aipda Muhajir dari Polsek Ranomeeto dalam perawatan observasi di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Bhayangkara Kendari.
Kepala Sub Bidang Penerangan Masyarakat (Kasubbid Penmas) Polda Sultra mencatat, 5 orang di antara polisi yang terluka itu menjalani rawat jalan yakni Kompol Agung Basuki (Koorspri Kapolda) luka pada kepala kanan terkena lemparan batu, Bripka Musriani (Propram Polres Kendari) luka robek pipi kiri.
Bripka Marten (Brimobda Sultra) luka di pipi kanan, Bharada Rahim (Brimobda Sultra) terkena lemparan batu di kaki, dan Bripda Rizal (Brimobda Sultra) luka pada jari tangan. (a)
Sumber Video : Asdar Zuula I News TV