Awal Musim Kemarau Juli-Agustus, BMKG Peringatkan Potensi Kebakaran dan Kekeringan

Kepala Stasiun Klimatologi Konawe Selatan (Konsel) Aris Yunatas
Aris Yunatas

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Musim kemarau di Sulawesi Tenggara (Sultra) diprediksi akan terjadi antara awal Juli hingga Agustus 2021 mendatang. Prakiraan tersebut pada umumnya mundur dari rata-rata normalnya.

Kepala Stasiun Klimatologi Konawe Selatan (Konsel) Aris Yunatas mengatakan, musim kemarau tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Bahwa musim kemarau 2020 masih terdapat hujan sedangkan tahun ini tidak ada karena faktor global dari El nino tidak ada. Sehingga musim kemarau akan lebih kering.

“Tahun lalu kemarau basah, karena musim kemarau masih turun hujan,” ungkap Aris dalam acara konferensi persnya, Senin (19/3/2021) di Kantor Stasiun Klimatologi Konsel.

Ia menjelaskan secara umum faktor musim kemarau di wilayah Indonesia disebabkan oleh monsun Australia, dimana tejadi pola perubahan angin masuk ke wilayah Indonesia dari Australia. Benua Australia sendiri memiliki karateristik wilayah yang didominasi padang savana sehingga masa udara yang dibawa kering dan posisi matahari saat ini berada di utara.

Aris menjelaskan dengan tidak adanya faktor global yang mempengaruhi kemarau tahun ini. BMKG mengeluarkan peringatan potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta kekeringan lebih tinggi dibanding tahun lalu.

Ia mengimbau semua pihak yang terlibat untuk mengantispasi potensi tersebut dengan menyiapkan cadangan air, pembuatan sumur resapan dan biopori serta patroli rutin untuk antisipasi karhutla.

Di sektor perikanan dan budidaya yang bisa berdampak adalah waduk mengering. Sektor pertanian dan perkebunan kekurangan air pada tanaman, rusaknya komoditi tanaman tertentu akibat kering yang berkepanjangan.

“Kondisi ini bisa mengakibatkan terjadinya gagal panen, produksi menurun harga di pasar naik,” kata dia.

Solusi yang bisa dilakukan, membuat penampungan cadangan permukaan air, penyesuaian jenis tanaman dan pengaturan jadwal penanaman atau kalender tanam.

Selanjutnya, sektor kesehatan bisa terjadi dehidrasi, kulit kering dan berkurangnya sumber air bersih untuk minum dan kebutuhan sehari-hari. Serta sektor transportasi darat debu di jalanan serta asap kebakaran yang mengurangi jarak pandang pengemudi kendaraan bermotor dan pesawat.

“Kepada masyarakat untuk tetap waspada dengan potensi yang terjadi pada saat musim kemarau nanti dan tetap mengupdate informasi dari sumber terpercaya,” tukasnya.


Editor: Ilham Surahmin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini