ZONASULTRA.COM, KENDARI – Balai Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) tengah membangun kawasan terpadu ekowisata di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Pembangunan kawasan tersebut mulai dikerjakan tahun 2020 ini.
Kepala Balai TNRAW, Ali Bahri mengatakan progres pembangunan kawasan ekowisata di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai baru mencapai 30 persen. Padahal rencananya tahun ini ia berharap di seluruh titik kawasan bisa 70 persen sarana dan prasarana terbangun.
Namun, karena pandemi Covid-19, anggarannya terpotong. Sehingga, fasilitas sarana dan prasarana yang rencananya akan terbangun, harus tertunda dulu.
“Padahal, site plan desain tampak taman nasional secara keseluruhan telah dibuat, tapi kita optimis tahun depan kita bakal usulkan kembali pembangunan kawasan wisata ini,”kata dia melalui sambungan telepon, Senin (12/10/2020).
Meskipun demikian, tahun ini pihaknya mendapatkan dukungan dari PT PLN, Pemerintah Daerah Konawe Selatan (Konsel) untuk membantu membangun fasilitas di mangrove seperti gazebo, dan penataan halaman depan hutan pendidikan, termasuk juga menara pantau di site Mandumandula.
Selain itu, pembukaan tracking jalan hutan pendidikan Tatangge Gunung Watumohai
baru akan direalisasikan pada 2021 mendatang, bersamaan dengan pusat konservasi rusa. Ia juga optimis pada tahun 2021, pihaknya bisa menyelesaikan tracking sampai ke Gunung Watumohai.
Kemudian, akan dibangun pula Plaza yang menjadi pusat informasi bagi pelajar, mahasiswa dan pengunjung yang akan melalukan studi atau penelitian.
Ali Bahri berharap TNRAW bisa mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah provinsi dan kabupaten baik itu Bombana, Konawe Selatan, dan Kolaka Timur. Dukungan tersebut untuk keberlanjutan pengelolaan ekowisata di kawasan tersebut.
Dukungan juga diharapkan datang dari BUMN dan pihak perusahaan swasta agar sama-sama membangun kawasan taman nasional ini. Mengingat manfaat yang bisa diperoleh sangat banyak, yaitu kawasan ini bisa menjadi destinasi wisata atau tempat penelitian bagi masyarakat.
Untuk diketahui, luas zona pemanfaatan untuk destinasi wisata edukasi itu dibagi beberapa lokasi. Di tapak Mandumandula Education luas lebih kurang 200 hektare, di Tatangge Education Forest lebih kurang memiliki luas 20 hektare, kemudian di Mangrove Site lebih kurang memiliki luas 150 Hektare.
Untuk mengintegrasikan tiga tapak tersebut akan dibangun jembatan dan perbaikan jalan. Untuk jalur integrasi dari Tatangge Education Forest menuju Mandu–mandula Education Forest, Balai TNRAW akan memperbaiki jalur trail wisata sepanjang 14 km. Jalur wisata tersebut diperuntukan untuk tracking savana dan pengamatan satwa dengan menyuguhkan panorama alam savana dan pegunungan Watumohai.
Baca Juga :
Balai TNRAW Fokus Kembangkan Wisata Edukasi
Sementara untuk jalur integrasi dari Mandu–mandula Education menuju Mangrove Site, nantinya akan dibangun jalur koridor berupa jembatan kayu serta jembatan penyeberangan (fly over). Pembangunan jembatan ini dikarenakan kedua tapak ini dipisahkan oleh zona khusus (jalan poros Tinanggea – Lantari Jaya).
Untuk pengembangan fasilitas wisata di Tatangge Education Forest, akan dibangun titik kumpul pengunjung (plaza), wahana outbond seperti two line bridge, jembatan gantung, bamboo balance, landing net, jaring naik, net brigde, burma bridge, black wheel bridge, dan jembatan goyang. (b)
Reporter: Sitti Nurmalasari
Editor: Ilham Surahmin