ZONASULTRA.COM, KENDARI – Gubernur Sultra Ali Mazi mengaku prihatin atas musibah bencana alam yang kembali terjadi di kabupaten Konawe Utara (Konut) pada Rabu (26/2/2020). “Iya bencana alam toh, kasianlah kita harus prihatin. Nanti kita turun di sana, untuk kita tinjau. Di Konut kan,” kata Ali Mazi, Kamis (27/2/2020).
Soal material ore nikel yang ikut terseret banjir hingga masuk ke pemukiman warga, Ali Mazi mengungkapkan, akan kembali meninjau dan melakukan evaluasi terhadap seluruh izin usaha pertambangan (IUP) yang ada di daerah tersebut. Terlebih, katanya, masalah perizinan tambang baru menjadi wewenang pemerintah provinsi (Pemprov).
Baca Juga : Pemprov Sultra Akan Bangun Huntara untuk Korban Banjir Konut dan Konawe
Ali Mazi menjelaskan, saat ini pihaknya telah melakukan perbaikan terhadap 87 IUP dari total 393 IUP yang ada di Sultra. Perbaikan itu dilakukan, untuk memastikan seluruh IUP yang beroperasi dapat memenuhi seluruh persayaratan yang berlaku.
“Inilah yang selalu kita berusaha berupaya, kalau terjadi banjir ya karena memang curah hujan yang tinggi, Jakarta juga banjir. Olehnya kita perlu berhati-hati utamanya saat mendirikan bangunan, yah tertiblah. Harus mengurus izin mendirikan bangunan (IMB), analisis dampat lingkungan (Amdal), itu yang perlu kita perhatikan persoalan yang terjadi di Konut perlu kita tinjau lagi,” tegasnya.
Ali Mazi pun menegaskan, pihaknya tidak akan menerbitkan IUP baru. Terlebih saat ini, IUP yang ada di Sultra sudah terlalu banyak. “IUP baru ini biar kita jungkir balik tidak ada lagi, tinggal kita lakukan perbaikan apakah ada yang ktia cabut atau kita perbaiki. Karena sudah lebih luas IUP dibanding Sultra ini, sampai di luat bahkan sudah ada IUP,” tutupnya.
Banjir lumpur menerjang desa Puusuli, kecamatan Andowia, kabupaten Konawe Utara (Konut) Sulawesi Tenggara (Sultra), Rabu (26/2/2020). Akibat banjir tersebut, puluhan rumah hunian sementara (Huntara) warga, terendam air bercampur lumpur.
Kabid Kedaruratan Badan Penaanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Konut, Djasmiddin saat dihubungi awak media ini, Kamis (27/2/2020), membenarkan terkait banjir tersebut. Djasmiddin menjelaskan, banjir yang menerjang Huntara milik warga di desa Puusuli, terjadi sekira pukul 04.00 wita.
“Itu kejadian kemarin sore, karena hujan lebat di atas 500 milimeter. Yang menyebabkan kali kecil yang ada di depan Huntara tidak dapat menampung debit air yang besar, di tambah ada jembatan kecil yang tertutup potongan kayu itulah yang menyebabkan air naik ke permukiman Huntara,” terangnya.
Djasmiddin mengaku, salah satu faktor terjadi banjir juga disebabkan oleh aktifitas pertambangan yang pernah terjadi di daerah tersebut. Ia pun secara tegas menyebutkan, bila banjir tersebut merupakan akibat kelalaian pihak perusahaan pertambangan.
“Air sudah surut, begitu hujan berhenti air sudah mulai surut. Kalau huntara sendiri sebenarnya aman, tapi namanya bencana. Ada 97 kepala keluarga (KK) di Huntara itu, sudah diturunkan alat berat untuk membantu pembersihan material yang di bawa banjir,” bebernya.
Saat ini, katanya, tim dari BPBD Konut dan Dinas Lingkungan Hidup (BLH) Konut, sudah turun ke lokasi banjir untuk melakukan pembersihan lumpur yang masuk ke dalam Huntara. Pihaknya juga melakukan pelebaran kali dan membuat tanggul agar air tidak meluap kembali saat hujan deras mengguyur daerah itu.
Baca Juga : Korban Banjir Konut Dapat 698 Unit Hunian Sementara
Salah seorang warga, Udin menerangkan, banjir yang menerjang Huntara tidak hanya bercampur lumpur tetapi juga terdapat material ore nikel yang berasal dari penampungan perusahaan tambang di hulu kali yang tak jauh dari Huntara.
“Di atas sanakan, pihak perusahaan tampung ore nikel. Jadi pas terjadi banjir ikut terseret, sehingga terjadi begini. Akhirnya Huntara tenggelam, bahkan ada kulkas dan tempat tidur yang ikut tenggelam. Apalagi air tiba-tiba datang,” ucapnya. (a)
Reporter : Randi Ardiansyah
Editor : Kiki