ZONASULTRA.COM,KENDARI– Bursa Efek Indonesia (BEI) menggelar diskusi bersama dua narasumber Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso dan Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengenai outlook investasi saham di pasar modal tahun 2021 dalam live virtual Capital Market Summit and Expo (CMSE) tahun 2020, Kamis (22/10/2020).
Dalam diskusi yang dipandu Kepala Kantor Perwakilan BEI Bali I Gusti Agus Andiyasa itu, Aria Santoso menyebutkan beberapa strategi untuk memilih saham tahun 2021. Pertama, investor harus memilih perusahaan yang masih memiliki kinerja yang baik di tengah pandemi Covid-19. Kedua, memilih perusahaan yang pendapatannya masih untung. Ketiga, perusahaan juga masih tumbuh positif meski tidak terlalu signifikan. Keempat, membeli di waktu yang tepat serta kelima, tidak hanya fokus pada satu emiten.
“Waktu membeli itu penting. Seperti saat ini harga-harga saham terkoreksi jadi waktu yang tepat. Terus jangan fokus hanya satu saja bisa dibagi 5 sampai 10 emiten,” ungkap Aria Santoso.
Sementara itu, Hans Kwee menegaskan bahwa di tengah kondisi saat ini, pasar saham Indonesia masih menjadi hal menarik bagi investor asing. Sehingga, ketika ada informasi bahwa banyak asing yang menarik sahamnya dari pasar modal. Investor dalam negeri kata dia, tidak perlu terlalu khawatir.
Apalagi kata dia, beberapa negara besar di dunia termasuk Indonesia sedang berusaha melawan virus corona dengan menghadirkan vaksin. Apabila vaksin ditemukan dan pandemi Covid-19 bisa dikendalikan, pasar global akan kembali melaju cepat. Olehnya kondisi saat ini merupakan kesempatan bagi investor untuk membeli dan mencari saham yang memiliki peluang besar untuk tumbuh baik itu jangka pendek, menengah dan panjang.
“Bahwa kalau ada emiten yang tadinya harga 100.000 ribu per lembar dan saat ini turun hingga 10 ribu, harusnya diambil. Hanya perlu waktu saja setelah pandemi berakhir semua akan kembali untung dan tumbuh kencang. Krisis itu membawa peluang di pasar saham,” katanya.
Keduanya pun menyebutkan beberapa sektor yang menjanjikan untuk dibeli saat ini yakni sektor pertambangan, sektor telekomunikasi, sektor properti dan sektor finance atau perbankan serta multi industri. Salah satu pilihan untuk jangka pendek, investor dapat membeli saham sektor infrastruktur karena serapan anggaran pemerintah di akhir tahun 2020 akan lebih besar untuk pembangunan sejumlah proyek yang sempat tertunda karena Covid-19.
Disebutkan pula bahwa sektor perbankan seperti BCA, Mandiri, BRI dan BNI masih bisa menjadi pilihan terbaik, sebab kinerja perbankan tetap terjaga selama pandemi Covid-19 karena adanya kebijakan relaksasi atau restrukturisasi kredit dari pemerintah. Meskipun sektor kredit perbankan tidak tumbuh begitu besar. Tak hanya itu Telkom juga dapat menjadi pilihan jangka panjang.
Khusus sektor properti kata Hans Kwee saat ini harga sahamnya turun, namun beberapa tahun ke depan 2023 akan mengalami peningkatan. Karena perkembangan saham properti berjalan secara periode. Sebelumnya saham properti tumbuh pesat 2013. Namun semakin kesini harga sahamnya turun dan tahun 2023 kemungkinan akan mengalami peningkatan. Sehingga sektor ini juga bisa menjadi pilihan.
“Intinya para investor tidak perlu takut dan ragu-ragu memilih emiten saat ini. Selama dilakukan dengan cara yang baik harus dimanfaatkan apalagi regulasi dari pemerintah banyak memberikan peluang keuntungan bagi investor,” tutup Aria.