Berhasil Pulih, Ekonomi Provinsi Sultra Sudah Lebih Baik

Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Sulawesi Tenggara (BI Sultra)
Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).(ISMU/ZONASULTRA.COM).

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Bank Indonesia (BI) perwakilan Sulawesi Tenggara (Sultra) memaparkan langkah-langkah yang akan dihadapi untuk meningkatkan perekonomian Sultra di tahun 2022 dalam kegiatan Bincang Bareng Media (BBM) yang diselenggarakan di Kantor BI Sultra pada Kamis (24/2/2022).

Langkah-langkah tersebut diambil mengacu pada realisasi perkembangan ekonomi pada 2021 yang berhasil melakukan pemulihan dan berhasil tumbuh 4,10 persen (yoy) yang sebelumnya terkontraksi pada 2020 sebesar -0,65 persen. Pertumbuhan ekonomi Sultra tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya menyentuh angka 3,69 persen (yoy).

Plt. Kepala BI Sultra, Doni Septadijaya mengungkapkan bahwa secara Atas Dasar Harga Konstan (ADHK), perekonomian Sultra sudah lebih baik sejak periode sebelum Pandemi. Dimana ADHK Sultra pada 2019 sebesar Rp94,053 miliar hingga pada 2021 meningkat menjadi Rp97,277 miliar.

” Kalau kita lihat, asesmen pertumbuhan ekonomi sultra 2021 baik dari sisi penawaran maupun permintaan turut mengambil andil,” ucapnya.

Andil pertumbuhan ekonomi dalam sisi penawaran yaitu Lapangan Usaha (LU) konstruksi sebesar 1,24 persen, LU perdagangan sebesar 1,07 persen, LU pertanian sebesar 0,59 persen, LU industri pengolahan sebesar 0,39 persen, dan LU pertambangan sebesar 0,07 persen yang sempat mengalami perlambatan pada triwulan III 2021.

Sementara itu, andil pertumbuhan ekonomi dalam sisi permintaan yaitu ekspor sebesar 24,26 persen, impor sebesar -24,10 persen yang mengalami peningkatan tidak hanya karena impor bahan baku industri pengolahan nikel, namun juga impor mesin industri. Kemudian PMTB sebesar 2,46 persen, konsumsi RT sebesar 0,89 persen, serta konsumsi pemerintah sebesar 0,36 persen.

Data terakhir pertumbuhan ekonomi Sultra pada triwulan IV 2021 menunjukan bahwa perekonomian Sultra tumbuh sebesar 7,66 persen (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,18 persen (yoy) dan lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan ekonomi Nasional yang tercatat sebesar 5,02 persen (yoy).

BACA JUGA :  Inflasi Dapat Ditekan, Ini Tips Gubernur Jawa Tengah

Dari sisi penawaran, peningkatan laju pertumbuhan tersebut didorong oleh akselerasi kinerja lapangan usaha konstruksi dan perdagangan selaras dengan pembangunan proyek swasta dan pemerintah. Di sisi permintaan, akselerasi pertumbuhan ekonomi Sultra pada triwulan IV 2021 didorong oleh peningkatan investasi terutama yang dilakukan oleh industri pengolahan dan juga membaiknya konsumsi rumah tangga selaras dengan peningkatan daya beli dan mobilitas masyarakat.

Pengamat Ekonomi Sultra, Samsul Anam
Samsul Anam

Evaluasi Ekonomi Sultra dan Pentingnya Sektor Perbankan

Pengamat Ekonomi Sultra, Samsul Anam mengatakan, secara alamiah sumber-sumber pertumbuhan ekonomi Sultra yaitu sektor pertanian, industri pengolahan, serta perdagangan dan konstruksi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra yang dirilis pada 7 Februari 2022, ekonomi Sultra pada triwulan IV 2021 terhadap triwulan IV 2020 mengalami pertumbuhan sebesar 7,66 persen (yoy).

Dari sisi produksi, LU konstruksi mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 18,20 persen. Dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 16,73 persen.

“Kalau kita lihat sub pertumbuhan, sektor pertanian kita sepanjang tahun 2019 hingga 2021 trennya terus tertekan. Pertanian secara luas mencakup tanaman pangan, perikanan, kehutanan, perkebunan dan sebagainya,” ucap Samsul via telepon WhatsApp pada Jumat (25/2/2022).

Dengan demikian, kata Samsul sektor pertanian tersebut memiliki problem yang diprediksi berada di hulu pada aktivitas utamanya atau penopangnya seperti distribusi sampai ritelnya sehingga perlu diantisipasi. Selain itu, sisi ekspor juga perlu diantisipasi. Pasalnya, ekspor Sultra dominan pada bahan-bahan olahan mineral seperti nikel dengan negara tujuan Tiongkok.

Menurut Samsul, dengan semakin terkonsentrasinya ekspor nikel tersebut akan bahaya. Pertama, jika ada guncangan dengan Tiongkok maka ekspor Sultra akan terkoreksi. Kedua, jika terjadi fluktuasi pada harga beli atau harga jual hasil olahan nikel tersebut maka ekspor Sultra akan terkoreksi.

BACA JUGA :  Oktober 2019, Penumpang Pesawat Asal Sultra Tumbuh 5,88 Persen

Pada saat yang sama, Sultra juga memiliki tren ekspor yang cukup baik di sektor perikanan, misalnya udang, tuna, tongkol daln lainnya serta hasil perkebunan yang mengalami peningkatan pada tahun sebelumnya meskipun tidak besar. Di tahun 2022, Samsul mengatakan perekonomian bisa tumbuh dari konsumsi rumah tangga, pembentukan modal tetap bruto dan ekspor serta dari sektor lapangan usaha dari pertanian dan industri pengolahan.

Berhasil Pulih, Ekonomi Provinsi Sultra Sudah Lebih Baik
Plt. Kepala BI Sultra, Doni Septadijaya (kiri) saat memaparkan strategi BI untuk menatap perekonomian Sultra pada 2022.(ISMU/ZONASULTRA.COM)

Samsul Anam juga menjelaskan bahwa perbankan memiliki peran penting untuk pertumbuhan ekonomi Sultra. Kata dia, perbankan mengemban fungsi intermediasi dalam aktifitas ekonomi secara luas baik melibatkan pemerintah, swasta maupun rumah tangga.

” Ini penting. Karena pentingnya, perbankan menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi. Bahkan perbankan juga adalah salah satu pilar pertumbuhan ekonomi di Sultra terutama pembiayaan ekonomi produktif,” ungkapnya.

Ia berharap perbankan daerah maupun perbankan nasional yang berada di Sultra bisa mengarahkan kebijakan pembiayaannya pada sektor-sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah seperti pertanian. Sehingga bukan cuma sektor pertambangan yang mendapat prioritas dari perbankan tapi pertanian, perdagangan, serta konstruksi juga bisa mendapat perhatian.

Menurutnya, perbankan juga perlu meningkatkan pelayanan. Seperti halnya memfasilitasi usaha mikro kecil dalam pembayaran non tunai atau pembayaran digital harus ditingkatkan, misalnya memperbanyak EDC, fasilitas pembayaran non tunai di outlet mikro kecil sehingga warga bisa punya alternatif selain membayar tunai.

” Atau seperti Qris yang difasilitasi oleh BI Sultra itu bisa didorong oleh perbankan,” kata Samsul. (B)

 


Kontributor: Ismu Samadhani
Editor: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini