BI Sultra Blak-blakan Soal Strategi Kendalikan Inflasi di 2023

BI Sultra Blak-blakan Soal Strategi Kendalikan Inflasi di 2023
Adik Afrinaldi

ZONASULTRA.ID, KENDARI– Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Sulawesi Tenggara (KPw Sultra) akan mengeluarkan inovasi baru di 2023 untuk mengendalikan angka inflasi usai gencar menjalankan program Tanam Cabe kendalikan inflasi (Tabe Di) di 2022.

Deputi Kepala BI Sultra, Adik Afrinaldi mengatakan bahwa gerakan ‘Tabe Di’ telah dilaksanakan oleh seluruh wilayah yang ada di Sultra. Dalam pelaksanaannya, beberapa wilayah berkoordinasi langsung dengan BI Sultra dan ada yang koordinasinya secara tidak langsung pada wilayah yang tidak terjangkau.

” Saat ini kita akan terus melihat produktivitasnya seperti apa. Itu kan Pergubnya sudah ada, kita juga melihat pola tanam seperti apa karena jangan sampai terputus. Jadi ketersediaannya bukan pada waktu tertentu tetapi setiap waktu,” ucapnya di Kendari pada Selasa (31/1/2023).

Lanjutnya, di tahun 2023 BI Sultra juga akan menjalankan gerakan nasional pengendalian inflasi pangan dengan menyasar berbagai komoditas.

Kata Adik, intinya BI Sultra akan melakukan penekanan pasokan, kerja sama antar daerah serta koordinasi dan sinergi dengan stakeholder terkait.

“Lalu ada datanya juga seperti apa, operasi pasar juga seperti apa dan lain sebagainya,” tambahnya.

Fokus yang akan dilakukan BI Sultra ke depan setelah program penanaman cabe adalah bawang merah serta koordinasi untuk ketersediaan telur sehingga nanti kebutuhan komoditas di seluruh kabupaten/kota di Sultra bisa terpenuhi.

Ia mengatakan bahwa inflasi Sultra pada 2022 mencapai 7,39 persen yang banyak disumbangkan oleh tiket angkutan udara, Bahan Bakar Minyak (BBM) dan rokok filter.

Bawang merah dan beras juga berpengaruh, tapi angkanya masih kecil di bawah 5 persen dari yang ditargetkan pemerintah.

Menurutnya, Pemda Sultra telah berhasil menahan laju inflasi kebutuhan pokok di bawah 5 persen meskipun belum sepenuhnya. Saat ini, pertumbuhan ekonomi Sultra sebesar 5 persen.

Adik mengatakan, suatu negara atau daerah dikatakan berhasil ketika pertumbuhan ekonominya tinggi dan inflasinya rendah dan stabil.

Sementara kondisi Sultra saat ini terbalik, namun harus dimaklumi karena ada beberapa hal yang tidak bisa diintervensi seperti angkutan udara dan BBM.

” Nah, di sini kita lihat ke depannya ada kondisi misalnya harga beras naik. Kita sudah berkoordinasi dengan Bulog untuk melakukan pasar murah, juga ada SPHP dimana Bulog akan menyiapkan setiap pasar 5 toko setiap pasar dengan Harga Eceran Tertinggi (HET),” tutupnya. (A)


Kontributor: Ismu Samadhani
Editor: Ilham Surahmin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini