ZONASULTRA.COM,WANGGUDU– Kabupaten Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra) yang merupakan salah satu daerah potensial dari 17 kabupaten di Sultra yang memiliki berbagai kekayaan alam mulai dari pertambangan, perikanan, pertanian sampai wisatanya.
Wilayah yang kini dipimpin Ruksamin-Raup itu sebagai Bupati dan Wakil Bupati memiliki jumlah penduduk sekitar 46 ribu jiwa. 70 persen masyarakat berporfesi sebagai petani, sedangkan sisanya adalah nelayan dan Aparatur Sipil Negara (ASN).
Di bidang Pertambangan, masyarakat tidak berharap banyak untuk mendapatkan lapangan kerja. Pasalnya, selain tak aktif beroperasi, kewenangan bidang pertambangan juga telah diambil alih langsung oleh Pemerintah Provinsi.
“Ada sih beberapa penambang swastas yang masuk. Namun, hanya orang-orang tertentu saja yang dapat bekerja di dalamnya, itupun skala kecil,” ungkap salah seorang warga Konut.
Dalam situasi seperti itu, tentunya membuat kondisi masyarakat terbilang memprihatinkan karena sulitnya ekonomi. Khususnya, warga yang berprofesi sebagai wiraswasta. Ditambah masa transisi saat ini membuat keadaan mereka semakin terpuruk. Imbasnya dari itu semua, pastinya sangat berpengaruh pada sulitnya mengatasi kebutuhan hidup. Seperti, untuk memperoleh menu makan, pendidikan dan keperluan sehari-hari.
Pemda Konawe di bawah komanda Ruksamin-Raup tak putus untuk mengatasi daerah yang saat ini dilanda krisis ekonomi. Pihaknya menggerakan power bersama jajarannya menggarap sektor pertanian memanfaatan lahan-lahan tidur masyarakat. Seperti, penanam jagung, padi, cengkeh, coklat dan kelapa.
Meski belum menyeluruh dipraktekkan oleh masyarakat di wilayah bumi oheo itu, beberapa desa di antaranya sudah mulai menunjukkan keberhasilan mengatasi sulitnya ekonomi saat ini. Pemerintah berharap agar pola pikir masyarakat dapat berubah lebih aktif lagi. Sehingga, potensi yang ada dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Yah, tentunya semua bisa ditaktisi jika ada kemauan untuk bekerja dan berusaha.
Seperti yang dilakukan masyarakat Desa Punggulawu, Kecamatan Sawa. Di wilayah itu, masyarakat dan pemerintah desa setempat kompak menjalankan program ekonomi rumah tangga pertaninan. Mereka mengembangkan budidaya sayur-sayuran berbagai jenis. Seperti, terong, sawi, cabai, bayam, kangkung, col, seldri, bawang merah, bawang putih, tomat dan beberapa tanaman lainnya.
Tujannya, selain dapat dikonsumsi langsung oleh masyarakat juga dipastikan dapat meringankan beban ekonomi. Dari segi pengeluaran biaya rumah tangga bisa lebih irit.
“Ini salah satu kebutuhan bahan pokok makanan kita. Selain bisa di konsumsi, hasilnya juga dapat di jual di pasar-pasar terdekat untuk mendapatkan uang,”kata Kepala Desa (Kades) Punggulawu, Jumardin di lokasi pengembangan budidaya tanaman sayuran.
Mantan pendamping lokal desa punggulawu ini menuturkan, adanya program pemerintah melalui budidaya tanaman pangan ini, paling tidak telah memberikan lapangan kerja baru bagi masyarakatnya. Juga berdampak pada peningkatan ekonomi. Semua terpulang pada minat dan antusias masyarakat.
“Kami di sini (Desa Punggulawu) sekurang-kurangnya tidak harus membeli sayur lagi karena sudah meproduksi sendiri”ucap Jumardin
Diungkapakan, selain terjamin kesehatannya dan pemenuhan gizi, ternyata jenis tanaman yang dikembangkan itu memiliki khasiat sebagai tanaman herbal alami yang mempunyai manfaat baik untuk kesehatan tubuh.
“Alhamdulillah akitvitas yang kami geluti ini mendapat respon dan dukungan dari Pemerintah setempat. Kami di bantu benih, pupuk dan pestisida. Ini berfungsi untuk pencegahan hama dan penyakit tanaman termasuk wadah median tanam seperti, kantung pot,”jelasnya.
Ketua PKK Desa Penggulawu, Risda juga menyampaikan, jika budidaya tanaman sayuran berawal dari program PKK dan Pemda Konasara untuk pemanfaatan lahan pekarang rumah. Dari situ, terus dikembangkan dan dibudidayakan sebagai misi untuk peningkatan kesejatraan ekonomi masyakarakat.
“Kegiatan ini, mendapat respon baik di masyarakat. Selain sudah ada kegiatan rutinitas, juga bisa memperoleh hasil untuk kebutuhan hidup,”terangnya.
Program budidaya sayuran yang dijalankan saat ini, secara berangsur angsur membawa perubahan bagi pola hidup masyarakat di desa itu. Terutama, pada kebutuhan asupan makanan.
“Alhamdulillah kegiatan ini memberikan manfaat kepada kami. Kebutuhan keluarga sedikit-sedikit dapat terpenuhi. Kami juga tidak lagi mengharap dari penjual sayuran dari luar daerah tempat kami biasa membeli. Apalagi harga sayur sekarang sudah naik,”ucap Rani warga Desa Punggulawu yang kini mengembangkan tanaman sayur-sayuran.
Sementara Itu, Bupati Konut, Ruksamin mengungkapkan, untuk mendapat keberhasil harus selalu diawali mulai dari yang terkecil. Dan didukung kemuan serta kerja keras, tak mengeluh dan putus asa. Kegiatan bercocok tanam melalui budidaya sayur-sayuran menurutnya, mampu meminimalisir pengeluarahan anggaran rumah tangga masyarakat hingga jutaan rupiah.
“Jika untuk memporleh bahan makanan masyarakat seperti sayur-sayuran saja kita mengeluarkan biyaya paling sedikit Rp50 ribu perhari. Jika dikalikan salama sebulan berarti totalnya Rp1,5 juta perbulan,”ujar pria bergelar doktor ini.
“Nah, dengan adanya kegiatan ini kita kan bisa mengirit uang jajan hingga jutaan rupiah dalam sebulan. Program ini hasilnya juga kita nikmati lansung. Kami pemerintah akan selalu mendukung dan siap membantu masyarakat yang betul-betul mau bekerja,”tegas Mantan Ketua DPRD Konut ini, sembari mengharap masyarakatnya dapat memanfaatkan lahan untuk dikembangkan. (SF/B)