Bupati Konawe Tantang Penyebar Isu TKA asal China di Morosi

439
Kery Syaiful Konggoasa
Kery Syaiful Konggoasa

ZONASULTA.COM, KENDARI – Bupati Konawe Kery Saiful Konggoasa menantang pihak yang sembarang bicara tentang serbuan Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China yang bekerja di pabrik industri pengolahan dan permunian mineral di Morosi, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Kery Syaiful Konggoasa
Kery Syaiful Konggoasa

Kery dibuat geram dengan isu serbuan pekerja Cina yang masuk ke Konawe yang katanya sampai ribuan orang.  Keri dengan tegas membantah isu tersebut. Selama ini dirinya telah mencoba membuktikan isu tersebut tetapi pada kenyataannya tak ada.

“Memang kalau kita lihat banyak TKA asal China yang berkeliaran di Kendari dan Konawe tapi itu bukan TKA yang bekerja di Morosi. Mereka hanya mengunakan Kendari dan Konawe sebagai persinggahan mereka, yang akan menuju Morowali, Sulawesi Tengah,” kata Kery di Kendari, Selasa (10/1/2017) malam.

BACA JUGA :  TKA yang Bekerja di Sultra Dinilai 100 Persen Tidak Bermasalah

Oleh karena itu, jika memang ada dugaan dari pihak lain mengenai serbuan pekerja asing tersebut maka pihak tersebut sendiri yang harus membuktikan dengan menggunakan data, tidak hanya berdasarkan perasaan.

Kery menambahkan, TKA yang bekerja di industri sangat sulit mendapatkan izin kerja, karena mereka harus mendapat persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), tenaga kerja, dan imigrasi.

“Jadi ini berlapis, beda dengan orang-orang yang kita temui di Bogor, kalau di Bogor mereka datang sebagai turis. Mereka datang dengan visa turis,”

BACA JUGA :  Rombongan 156 TKA China Tidak Melintas di Jalur yang Dijaga Demonstran

Kery juga tidak menampik bahwa pekerjaan smelter pada proyek industri di Morosi memang terdapat pekerja asal China tetapi hanya berperan saat pembangunan karena menguasai teknologinya, setelah pembangunan rampung pekerja tersebut kembali ke negaranya.

“Di Morosi memang ada TKA asal  China, tapi setelah proyek selesai mereka pulang. Itu karena teknologi dikuasai mereka. Selain itu tenaga kerja Indonesia belum mampu bekerja dipembangunan dan pembuatan smelter,” jelasnya.  (B)

 

Reporter: Ramadhan Hafid
Editor : Tahir Ose