ZONASULTRA.COM, KENDARI – Kelor banyak dijumpai di berbagai wilayah di Indonesia. Pemilik nama latin Moringa oleifera ini dapat diolah menjadi sayur. Daun, biji dan akarnya bahkan bisa menjadi obat herbal karena memiliki banyak manfaat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Seperti halnya Bainun (38), warga Desa Gonebhalano, Kecamatan Duruka, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Ia mengidap kanker payudara sejak 2008 silam, tak lama usai melahirkan putra pertamanya. Saat ini ia dinyatakan telah pulih total berkat mengonsumsi olahan bagian-bagian kelor yang dibuatnya sendiri.
Anak pertama dari empat bersaudara ini mengaku sebelumnya pernah sembuh usai mengonsumsi racikan neneknya berupa fermentasi dari akar kelor dan bahan umbi-umbian lainnya. Namun setelah beberapa saat, penyakit tersebut kembali menghampirinya.
Tak menyerah dengan keadaan, pada 2016 ia mengikuti pelatihan pembuatan herbal untuk tanaman (pupuk organik) di Desa Lakologou, Kecamatan Tongkuno, Kabupaten Muna dengan pelatih dari Makassar, Ansar Acing.
Mendengar bagian-bagian dari kelor memiliki manfaat yang luar biasa dan pernah dibuktikan sendiri sebelumnya, Bainun mulai mempelajarinya secara mendalam kepada Ansar Acing.
Berdasarkan ilmu yang ia dapat dari pelatihan, Bainun mencoba meracik sendiri dengan memanfaatkan akar kelor, kunyit putih, keladi tikus, benalu batu, jantung pisang, benaho, dan daun sirsak. Semua bahan itu diulek menggunakan alat tradisional.
Usai diulek, campuran bahan tersebut kemudian difermentasi selama seminggu sebelum dikonsumsi.
Wanita kelahiran Ghai, 4 Oktober 1983 itu pun dapat kembali menggunakan bra usai mengonsumsi tiga sendok makan fermentasi dicampur setengah cangkir air per hari secara rutin selama tiga bulan.
“Sekarang saya hanya konsumsi satu kali dalam seminggu dan kadang juga tidak konsumsi. Tidak ada efek samping dari fermentasi ini,” ungkapnya ditemui di Kendari minggu lalu.
Bainun mengatakan, selain mengobati kanker, fermentasi tersebut juga dapat mengobati berbagai macam penyakit yang dirasakan oleh badan.
Buat Produk Herbal dari Olahan Biji Kelor
Berkat pelatihan yang diterima Bainun 2016 lalu dan pengalaman yang dialaminya, kini ia berhasil membuat produk yang kurang lebih memiliki manfaat yang sama dengan fermentasi akar kelornya. Ia memberi label pada kemasan buatannya tersebut dengan nama “Herbal Biji Kelor Ainun” yang diolah dari biji kelor dan bahan-bahan lainnya.
Bahan baku dari produk tersebut, yaitu biji kelor, jahe merah, bawang putih, serta biji kurma (jika ada) yang kemudian dicuci dan dijemur hingga kering. Setelah itu disangrai dan dihaluskan menggunakan alat manual. Jika belum halus, Baidun akan menggunakan blender untuk selanjutnya diayak menjadi bubuk.
Ibu beranak tiga tersebut menceritakan, produksi herbal biji kelor dimulai sejak 2017, namun belum untuk dipasarkan. Ia menguji khasiat produknya tersebut kepada suami tercintanya, Muhammad Ali Ihsan Dano bersama keluarga dekat.
Ali sapaan akrab suaminya mengatakan, banyak hal yang dirasakan usai mengonsumsi herbal biji kelor buatan istrinya seperti badan kembali segar dan penuh stamina.
Bainun menambahkan, manfaat lain dari herbal biji kelor Ainun antara lain mengatur tekanan darah, menurunkan kolesterol, meningkatkan energi, meredakan asma, serta mengurangi gangguan pencernaan.
Bainun mulai memperkenalkan herbal biji kelor buatannya pada pameran mini yang diselenggarakan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Muna yang melibatkan produk-produk PKK di masing-masing kecamatan pada 19 Desember 2021.
Awalnya Bainun ragu memamerkan produk herbal biji kelornya karena melihat produk dari kecamatan lain dengan kemasan yang menarik, sedangkan produknya hanyalah toples biasa. Namun kembali disemangati oleh istri Camat Duruka, Ari Siswati.
Tak disangka, produknya dalam pameran tersebut dicoba langsung oleh Bupati Muna, Rusman Emba. Sehingga menarik perhatian BUMN Kabupaten Muna dan membantu Bainun memberi kemasan produknya.
Herbal biji kelor Ainun kini telah mendapat Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) dari Dinkes Muna berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 22 Tahun 2018 tentang Pedoman pemberian SPP-IRT. Produk ini juga telah mendapat sertifikat produksi pangan industri rumah tangga dari DPM-PTSP Kabupaten Muna.
Kini wanita yang berprofesi sebagai pendamping lokal desa tersebut telah aktif memproduksi herbal biji kelor Ainun bersama dua rekannya yaitu Wa Mpise dan Wa Rianta. Tak banyak, ia memasarkan produknya per kemasan 100 gram seharga Rp35 ribu dengan jangkauan pasar seluruh wilayah Indonesia sesuai pesanan.
Sebulan ia baru bisa meraup keuntungan hingga Rp3 juta karena dalam produksinya masih menggunakan alat-alat tradisional. Bainun mengatakan, untuk memesan produk herbal Biji Kelor Ainun bisa langsung menghubunginya di nomor 0853-4073-1870. (*)
Kontributor: Ismu Samadhani
Editor: Jumriati