ZONASULTRA.COM, RAHA – Dahaga berkepanjangan dirasakan masyarakat yang bermukim di Desa Bangkali, Kecamatan Watopute kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra). Sudah puluhan tahun mereka kesulitan mendapatkan pasokan air bersih.
Kebutuhan air untuk keperluan hidup seperti mandi, cuci, dan terutama untuk minum masih sangat sulit didapat oleh ratusan warga di desa tersebut. Sepertiga penduduk bahkan harus membeli air untuk memenuhi kebutuhan air minum yang layak.
Salah satu warga Desa Bangkali, Halima mengaku kesulitan mendapatkan pasokan air bersih di wilayahnya. Hal itu, sudah terjadi sejak puluhan tahun. “Saya kadang gunakan air hujan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari memasak, mencuci. Tapi selama musim kemarau lalu, ya mau tidak mau saya harus beli air,” keluh Halima, seorang ibu rumah tangga, pada awak zonasultra.id, Sabtu (16/2/2019).
“Jika musim kemarau tiba. Kita pergi ambil air di mata air, jaraknya itu sampai beberapa kilometer,” ujar Halima.
(Baca Juga : Derita Warga Desa Walai di Konawe, Mencari Air Bersih di Lereng Gunung)
Warga setempat, sempat mendapat secercah harapan dengan masuknya proyek sarana air bersih. Pemerintah setempat mengupayakan pembangunan sarana air bersih yang bersumber dari mata air Jini Desa Bangkali itu melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Namun ternyata, sejak tiga tahun terakhir mulai dari 2015 hingga 2017 pembangunan itu tak membuahkan hasil, bahkan tampak carut marut.
Semestinya, proyek pembangunan yang berjalan sejak tahun 2015 oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Muna melalui pihak ketiga sudah tuntas namun mesin air yang digunakan tak bisa menyalurkan air ke rumah-rumah warga. Anggaran yang mencapai miliar rupiah pun sudah lenyap digelontorkan untuk pembangunan sarana prasarana air bersih tersebut.
Pantauan dari media ini, menemukan beberapa kejanggalan dari proyek air bersih yang terlihat terbengkalai. Betapa tidak, pipa yang berasal dari mata air Jini, tidak tersambung pada mesin pompa dan dibiarkan berserakan.
Penyambungan pipa hanya dilakukan dari sumur mata air hingga mengarah ke bak penampungan yang berada di area pemukiman warga.
#Kesalahan Perencanaan
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Dinas PUPR Kabupaten Muna, Toni Sina mengakui bahwa proyek air bersih tersebut salah dalam proses perencanaan. “Sebenarnya semua sudah dikerja sesuai perencanaan. Cuma dalam realisasinya tak maksimal. Iya, ini bisa dikatakan kesalahan perencanaan,” ujar Toni.
Kata dia, proyek itu, dikerjakan dalam tiga tahap sejak tahun 2015, lalu 2016 dan 2017 dengan total anggaran Rp 800 juta. Tahap satu tahun 2015 pembangunan infrastruktur dasar seperti pembangunan bak penampungan dan pengadaan pipa dengan anggaran Rp 250 juta.
Tahun 2016 anggaran kembali digelontorkan sekitar Rp 250 juta untuk pengadaan mesin pompa air jenis Centrifugal dengan kekuatan lima liter perdetik dan pengadaan jaringan listrik. Tak ada hasil, 2017 kembali dianggarkan lebih besar lagi sekira Rp 300 juta, untuk pembelian pompa air jenis Submersible atau mesin pompa tanam. Namun lagi lagi tak maksimal.
“Setelah kita coba airnya mengalir menuju ke penampungan, tetapi pipanya pecah dan tak mampu menopang beban air. Itu terus berulang hingga pipa banyak yang rusak,” urainya.
Salah satu kontraktor proyek tersebut, untuk tahap tahun 2017, adalah Muliadi yang menangani bagian pemasangan mesin pompa air tanam dan pemasangan pipa di jalan poros Desa Bangkali serta pemasangan jaringan instalasi perpipaan ke rumah masyarakat dengan besaran anggaran mencapai Rp2 97 juta.
Muliadi beralasan, kendala utamanya yakni pengadaan pipa plastik tak mampu menopang beban air, sehingga saat uji coba pipa tersebut pecah. Muliadi bahkan menghentikan pengerjaan karena terkendala biaya listrik.
“ Sempat berhenti karena persoalan listrik yang harus dibayar tiga bulan dengan biaya satu juta perbulan,” ungkapnya.
Berbeda dengan pernyataan Ketua Komisi III DPRD Muna, Awaluddin menyebut proyek tersebut dikerja selama dua tahun saja, yakni 2016 dan 2017 dengan anggaran sebesar Rp 1 miliar. “Itu anggarannya sekitar 1 miliar dengan jangka pekerjaan hanya dua tahun saja,” tutur Awal.
Saat ditemui, Bupati Muna Rusman Emba mengungkapkan soal mata air Desa Bangkali masalahnya kronis. Karena debit air di mata air Jini sangat kecil hanya satu liter perdetik padahal idealnya lima liter perdetik sehingga tak mampu memompa dan menyalurkan kerumah rumah warga.
Namun pihaknya kini sudah memproyeksikan pengalihan sumber mata air ke Matarawa. “Kita akan alihkan pengambilan sumber air ke Matarawa. Pipanya sudah siap. Kita sudah instruksikan ke PDAM. Insyaallah tahun ini akan dikerja,” ungkapnya.
#Kejari Didesak Usut Proyek Air Bersih
Forum Komunikasi Mahasiswa Kecamatan Watupute (FKMW) yang dikoordinatori oleh Laode Ali Akbar, menilai proyek pembangunan mata air Jini Desa Bangkali diduga kuat terjadi korupsi. Pasalnya, tiga tahun dikerjakan hingga saat ini belum juga terealisasi.
Dia mendesak kejaksaan negeri (Kejari) Muna untuk memeriksa kontraktor pembangunan jaringan air di Desa Bangkali. “Itu dikatakan proyek mangkrak karena tiga tahun tak ada hasil yang ada. maka kami minta diperiksa semua yang terlibat,” jelasnya.
Kasi Intel Kejari Muna, Laode Sofyan mengungkapkan proyek pembangunan air bersih di Desa Bangkali merupakan persoalan teknis. Namun pihaknya belum mengetahui pasti persoalan teknis itu.
Kejari bakal melakukan konfirmasi kepada pihak terkait. “Kalau dari keluhan mereka kami belum bisa menyimpulkan dan perlu dilakukan konfirmasi secara teknis. Apa karena pompa air tidak cukup atau bisa juga soal kondisi alam,” jelasnya.
Kejari juga belum bisa menyimpulkan pekerjaan tersebut terjadi penyimpangan. “Kita akan tanya pihak penyelenggara apa kendala yang dihadapi sehingga air tak kunjung berfungsi,” ucap Sofyan.***