Ekonomi Sultra 2019 Tumbuh 6,51 Persen, Industri Pengolahan Jadi penyumbang Tertinggi

193
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara (Sultra) Moh Edy Mahmud
Moh Edy Mahmud

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Perekonomian Sulawesi Tenggara (Sultra) pada 2019 tercatat tumbuh hingga 6,51 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha industri pengolahan sebesar 9,13 persen.

Jumlah ini sendiri lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 di mana ekonomi Sultra tumbuh sebesar 6,42 persen

Kepala BPS Sultra Muhammad Edy Mahmud mengatakan, tingginya pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan didorong meningkatnya produksi industri makanan dan minuman terkait adanya beberapa kegiatan nasional yang diselenggarakan di Sultra serta meningkatnya produksi industri logam dasar feronikel.

“Pertumbuhan terjadi pada semua lapangan usaha. Industri pengolahan merupakan lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi sebesar 9,13 persen, diikuti kategori jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 8,41 persen serta informasi dan komunikasi sebesar 7,83 persen,” terang Kepala BPS Sultra dalam konferensi pers di Kantor BPS Sultra, Rabu (5/2/2020).

Ia melanjutkan, struktur produk domestik regional bruto (PDRB) Sultra masih didominasi oleh empat lapangan usaha utama yaitu pertanian, kehutanan, dan perikanan (23,73 persen), pertambangan dan penggalian (21,21 persen), konstruksi (13,69 persen) dan perdagangan besar eceran dan reparasi mobil-sepeda motor (12,76 persen). Lapangan usaha lainnya memiliki kontribusi kurang dari 10 persen.

BACA JUGA :  Realisasi Belanja Negara di Sultra Tahun 2023 Sebesar Rp29 Triliun

Sementara jika dilihat dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Sultra tahun 2019 mencapai 6,51 persen. Pertumbuhan terjadi pada seluruh komponen di mana pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen ekspor barang dan jasa sebesar 44,32 persen, diikuti komponen pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (PK-LNPRT) sebesar 9,85 persen.

Kemudian komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga (PK-RT) sebesar 6,06 persen, komponen pengeluaran konsumsi pemerintah (PK-P) sebesar 5,96 persen, dan komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 5,30 persen. Komponen impor barang dan jasa sebagai faktor pengurang dalam PDRB tercatat tumbuh positif, yakni sebesar 33,68 persen.

BACA JUGA :  Indosat membukukan pendapatan sebesar Rp51,2 triliun di tahun 2023

Lanjutnya, bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2019, komponen ekspor barang dan jasa merupakan komponen dengan sumber pertumbuhan tertinggi, yakni 8,91 persen.

Pertumbuhan pada komponen ekspor barang dan jasa seiring dengan peningkatan nilai ekspor besi dan baja (fero nikel) yang mempunyai share terbesar dalam ekspor di Sultra yang naik sebesar 69,62 persen, serta ekspor bijih, kerak, abu logam (nikel ore) yang naik sebesar 83,89 persen. Untuk sumber pertumbuhan tertinggi kedua yaitu komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 2,86 persen.

“Struktur PDRB Sultra menurut pengeluaran tahun 2019 tidak menunjukkan perubahan berarti. Aktivitas permintaan akhir terhadap barang dan jasa masih didominasi oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga (PK-RT) sebesar 49,09 persen dari PDRB atas dasar harga berlaku, diikuti komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 39,40 persen,” tutupnya. (b)

 


Kontributor: Sri Rahayu
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini