FAO PBB Uji Coba Dua Pabrik Sagu di Konawe

Upaya Menjaga Sagu Tetap Lestari di Bumi Konawe
Untuk membudidayakan hutan sagu, FAO beserta Pemda Konawe telah mewacanakan pembangunan Pabrik pengolahan sagu yang dipusatkan di Desa Labela, Kecamatan Besulutu.

Upaya Menjaga Sagu Tetap Lestari di Bumi Konawe
PABRIK PENGOLAHAN SAGU – Untuk membudidayakan hutan sagu, FAO beserta Pemda Konawe telah mewacanakan pembangunan Pabrik pengolahan sagu yang dipusatkan di Desa Labela, Kecamatan Besulutu. (Foto ZONASULTRA.COM)

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Food and Agriculture Organization (FAO) yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendirikan dua pabrik sagu percontohan di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra). Pabrik tersebut kini sudah dijalankan, namun masih tahap uji coba.

Assistant Programme FAO, Ageng Herianto mengatakan, pabrik itu menghasilkan produk sagu yang sangat putih, tidak berbau, dan kebersihannya terjamin. Berbeda dengan pati sagu yang diolah secara tradisional.

“Kita lihat selama dua tahun di Kendari itu yang menjadi pokok persoalan adalah kualitas dari bahan baku sagu sangat rendah di sini terutama higienismenya (kebersihan). Olehnya kami FAO mendorong dan memberikan bantuan supaya pengolahan sagu itu menjadi sehat higienis, dan menghasilkan produk berkualitas tinggi,” tutur Ageng di Kendari, Minggu (5/11/017) malam.

Baca Juga : Harapan Sagu Indonesia ada di Sultra

Biasanya sagu hanya menghasilkan 250 kg per batang, dengan adanya pabrik itu maka dapat mencapai 400 kg per batang. Peningkatan-peningkatan itu akibat sentuhan teknologi yang lebih modern.

Kini, pabrik itu dikelola oleh kelompok tani yang didukung oleh FAO. Bahkan hasil produksi sudah banyak yang dipesan oleh para pedagang kue di Kendari. Kata Ageng, kelak pabrik itu akan diambil alih pengusaha di Sultra namun petani harus tetap mendapatkan keuntungan.

Itu bukan untuk riset, sekarang tahap uji cobanya sudah jalan kami ingin menyempurnakan. Targetnya dua pabrik itu final pada bulan Desember (2017) ini. Dua pabrik itu nanti bisa memproduksi sagu lebih banyak lagi,” tutur Ageng.

Baca Juga : FAO Ajak Generasi Muda Sultra Jangan Malu Makan Olahan dari Sagu

Lanjut Ageng, selama ini sagu Sultra dijual dalam bentuk gelondongan batang sagu. Misalnya gelondongan sagu yang ke Surabaya maka keuntungan didapat oleh orang surabaya yang mengolahnya menjadi berbagai produk mahal.

Dengan adanya pabrik di Konawe maka nantinya adalah produk jadi yang akan memberi lebih banyak keuntungan karena peningkatan nilai jual. Bahkan dapat meningkatkan minat masyarakat Sultra dalam mengkonsumsi sagu. (B)

 

Reporter : Muhamad Taslim Dalma
Editor : Tahir Ose

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini