
ZONASULTRA.COM, KENDARI – Sebagai wujud pelaksananaan tridharma perguruan tinggi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITK) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari yang terdiri dari dosen dan mahasiswa melaksanakan program pengabdian masyarakat dalam bentuk kegiatan sosialisasi dan penanaman mangrove di Desa Leppe, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe.
Hal ini dilakukan karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang karakteristik bencana di wilayah pesisir akibat dinamika yang terjadi di laut, serta masyarakat masih belum memahami bahwa fungsi fisik terumbu karang dan hutan mangrove bisa meredam gelombang,
“Adanya degradasi ekosistem mangrove menjadi alasan mengapa program pengabdian ini sangat perlu dilaksanakan,” ungkap Ketua Tim Pengabdian, Ida Usman di Kendari, Rabu (19/12/2018).
Ida menjelaskan, ekosistem hutan mangrove memberikan banyak manfaat, baik secara langsung kepada manusia maupun secara tidak langsung. Salah satunya menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi (abrasi) dan intrusi air laut, peredam gelombang, penahan lumpur, penangkapan sedimen, pengendali banjir, penyerap karbondioksida dan penghasil oksigen serta mengurangi risiko bahaya tsunami.
Kegiatan ini diawali dengan sosialisasi program pengabdian yang terintegrasi dengan KKN Tematik kepada masyarakat. Setelah sosialisasi program, tambah dia, selanjutnya dilakukan pengumpulan data–data pendukung, khususnya kondisi fisik aktual wilayah pesisir lokasi kegiatan.
Salah satu data yang dikumpulkan adalah kondisi geologis wilayah kajian. Kondisi geologis sangat penting kaitannya terhadap kemungkinan ancaman bencana yang terjadi pada wilayah kajian.
Di samping itu, dikaji pula kondisi oseanografi yang erat kaitannya dengan ancaman gelombang, abrasi, sedimentasi, serta kondisi vegetasi pantai saat ini yang dapat dilakukan melalui pengolahan citra satelit dan pengamatan langsung di lapangan.
“Kajian kondisi vegetasi ini diperlukan untuk menganalisis kemampuan ekosistem ini dalam meredam bencana di pesisir seperti gelombang badai dan erosi pantai,” ungkap Dekan FTIK ini.
Tahapan selanjutnya adalah kegiatan lapangan berupa kajian kondisi pada wilayah kajian. Kajian lapangan yang dilakukan meliputi kondisi topografi, oseanografi, serta kondisi vegetasi mangrove. Dari kajian lapangan ini menghasilkan analisis berupa jenis–jenis bencana pesisir yang mungkin terjadi, serta daerah yang diprediksi terkena dampak bencana.
Setelah analisis mengenai jenis dan kemungkinan daerah yang terkena dampak bencana dilakukan, selanjutnya dilakukan program mitigasi baik yang bersifat fisik (struktural) maupun nonfisik (nonstruktural). Kemudian penanaman vegetasi pantai (mangrove) serta pengelolaan ekosistem pantai.
Mitigasi struktural ini harus dibarengi dan didukung oleh mitigasi nonstruktural agar terjadi keberlanjutan dari mitigasi struktural. Sehingga, pada wilayah direncakanan juga program mitigasi nonstruktural. Mitigasi nonstruktural yang direncanakan berupa program pendidikan, penyuluhan, serta penyadaran masyarakat akan potensi bencana serta pentingnya menjaga program mitigasi struktural yang telah dibangun pada wilayah kajian.
“Hasil kegiatan menunjukkan antusiasme masyarakat dengan ikut berpartisipasi pada kegiatan. Kepala Desa Leppe, Hajar menyampaikan harapan agar kegiatan seperti ini dapat berlangsung setiap tahunnya karena sangat memberikan manfaat bagi masyarakat,” tutupnya. (b)