ZONASULTRA.COM, KOLAKA – PT Pertamina memastikan bila kelangkaan dan melonjaknya harga gas elpiji 3 kilogram di Kabupaten Kolaka, hanya disebabkan oleh keterlambatan pengiriman dari SPBE Kendari ke SPBE Kolaka.
Sales Branch Manager Rayon VI Sulseltra, Agung Wijaya menjelaskan kelangkaan elpiji bersubsidi yang terjadi di Kabupaten Kolaka dipastikan hanya karena efek domino dari adanya keterlambatan pengiriman septic tank pekan lalu.
Ia menjamin kelangkaan ini hanya berlangsung sementara, dalam tiga hari ke depan ketersediaan elpiji 3 kilogram mulai kembali normal. Sebab, kata dia, jalan yang dilalui sudah lancar, curah hujan mulai berkurang dan SPBE di Konawe sudah mulai beroperasi kembali.
“Karena keterlambatan septic tank pekan lalu, jadi suplai di pangkalan telat. Karena telat kan orang-orang sudah banyak yang butuh dan memiliki gas kosong, sehingga pas disuplai langsung kosong,” jelasnya melalui sambungan telepon seluler, Selasa (23/6/2020).
Selain itu, sebut dia, berdasarkan informasi dari agen terdapat permainan di tingkat pengecer yang menjual harga lebih tinggi mencapai Rp50 ribu sampai dengan Rp60 ribu. Sementara, Pertamina tidak memiliki wewenang untuk memberikan sanksi ke pengecer bila menaikan harga. Pihaknya, hanya bertanggung jawab di tingkat agen dan pangkalan.
Kata dia, saat ini pihaknya sedang mengupayakan agar penyaluran dari SPBE ke agen dilakukan dengan semaksimal mungkin. Kemudian, dari agen ke pangkalan pun demikian. Hanya saja, penyaluran dari agen ke pangkalan ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dan kuota yang ditetapkan.
“Sekarang pengecer kreatif, tidak membeli sekaligus elpiji 3 kilogram atau menyuruh orang yang berbeda untuk membeli ke pangkalan yang dilakukan secara berulang-ulang. Kita pun tidak bisa melarang orang membeli,” jelasnya.
Agung mengatakan, Pertamina pun memberikan solusi kepada masyarakat Bumi Mekongga untuk mulai beralih menggunakan bright gas 5,5 kilogram atau bright gas 12 kilogram sebagai bahan bakar alat dapur.
Apalagi masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi lebih baik, bisa mulai beralih untuk menggunakan bright gas. Sehingga, tabung melon hanya digunakan oleh masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi ke bawah.
Sementara itu, ditemui di tempat berbeda, Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kolaka, Akhdan mengimbau agar Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kolaka cepat mengambil langkah-langkah nyata dalam menangani kelangkaan dan mahalnya tabung gas 3 kilogram di Kolaka.
Kata legislator PPP ini, kelangkaan dan harga gas elpiji bersubsidi yang melonjak naik di tingkat pengecer saat ini telah berdampak pada masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi ke bawah di wilayah otoritas Ahmad Safei dan Muhammad Jayadin. Apalagi, saat ini masyarakat sedang menghadapi dampak pandemi Covid-19.
“Disperindag agar cepat berkomunikasi dengan penyedia elpiji bersubsidi, supaya diantisipasi secepatnya, karena jangan sampai masalah ini semakin meresahkan masyarakat,” pungkasnya. (a)