ZONASULTRA.ID, KENDARI – Harga telur di beberapa pasar di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) melonjak naik hingga tembus Rp70 ribu per rak, dari harga normal Rp42 ribu hingga Rp45 ribu.
Salah seorang pedagang telur di Pasar Anduonohu Kendari, Serli (19) mengatakan, saat ini ia menjual telur dagangannya dengan harga Rp70 ribu per rak. Kata dia, hal tersebut menyusul kenaikan harga telur yang terjadi sejak sebulan lalu dan terus bergerak naik hingga sampai pada harga saat ini.
“Kenaikan harga telur terjadi karena pihak grosir sudah menaikkan harganya. Untuk itu, kami para pedagang pasar juga turut menaikannya,” ucap Serli saat ditemui pada Sabtu (3/9/2022).
Kenaikan harga juga terjadi di pasar Mandonga Kendari. Padahal menurut beberapa pedagang telur di sana, ketersediaan pasokan telur ayam saat ini masih stabil seperti biasa dan tidak ada keterbatasan stok.
Seperti yang diutarakan salah satu penjual telur ayam di Pasar Mandonga, Ida (45), yang menyebut selain persediaan yang stabil, dari sisi distribusi juga tidak mengalami hambatan atau lancar seperti biasa.
“Lonjakan ini cukup berbeda dari biasanya. Kenaikan harga bukan disebabkan keterbatasan stok dan distribusi. Bahkan kenaikannya cukup lama dan terus meningkat,” bebernya.
Kata Ida, kenaikan harga telur ayam biasanya tidak begitu signifikan dan paling tinggi hanya naik berkisar Rp5 ribu saja dari harga normal serta paling lama hanya beberapa minggu untuk turun kembali.
Ia mengaku menjual dagangan telurnya dengan ukuran kecil seharga Rp61 ribu, ukuran sedang Rp63 ribu, dan ukuran besar Rp65 ribu. Sementara untuk satuannya dibanderol dengan harga Rp2.100.
Ida menjelaskan, dengan adanya kenaikan ini menyebabkan minat pembelian turun hingga 25 persen. Ia menduga kenaikan ini disebabkan karena adanya program Bantuan Sosial (Bansos) dari Kementerian Sosial (Kemensos).
Ia juga menduga kenaikan harga tersebut dipicu oleh pakan ternak ayam yang mahal sehingga berdampak pada harga telur. Ia berharap, pemerintah dapat memperhatikan kenaikan harga tersebut agar dapat ditanggulangi hingga bisa normal kembali. Pasalnya dampak dari kenaikan tersebut dirasakan langsung oleh masyarakat ekonomi menengah ke bawah. (b)
Kontributor: Ismu Samadhani
Editor: Jumriati