ZONASULTRA.COM, RUMBIA– Hujan deras dan awan tebal menyelimuti desa Tangkeno, kecamatan Kabaena, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra), saat Pj. Bupati Sitti Saleha membuka acara festival seni dan budaya, Sabtu (24/9/2016).
Para pengunjung berdecak kagum saat tiba-tiba awan tebal menyelimuti puncak Tangkeno setelah diguyur hujan deras selama sekitar 15 menit.
Semula cuaca di desa yang dijuluki ‘Tangkeno Negeri di Awan’ sangat cerah dan sejuk. Namun ketika rombongan Hj. Sitti Saleha tiba di arena berlangsungnya pembukaan festival tahunan budaya Kabaena, tiba-tiba berubah mendung dan hujan rintik.
Saleha yang didampingi Kapolres, AKBP Herry Susanto, dan para Kepala Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) se Kabupaten Bombana, langsung mengambil posisi yang telah disediakan oleh panitia penyelenggara dan disuguhkan dengan sejumlah tarian lokal.
Hujan rintik dan mendung itu berlangsung agak lama, sebab Tarian Lumense, Montasu dan Kreasi Modern usai dipentaskan hingga kemudian hujan deras mengguyur.
Beruntung di arena pementasan seni dan budaya tersebut telah dibangun rumah adat dan gasebo sehingga pengunjung tidak kehujanan.
Hujan deras mengguyur ketika acara inti saat sambutan dari ketua panitia penyelenggara yang juga Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Janariah serta sambutan pembukaan Bupati Bombana sedang berlangsung.
Pasca hujan deras mengguyur, awan tebal pun menyelimuti Kampung Tangkeno sehingga tak ayal, para pengunjung memanfaatkan momen tersebut untuk berfoto.
“Inilah momen yang saya tunggu, karena sesuai dengan namanya ‘Tangkeno Negeri di Awan,” celetuk Herry Susanto, disela-sela foto bersama dengan para pejabat daerah lainnya.
Sebelumnya, Bupati Bombana dan rombongan tiba di Pelabuhan Batuawu dan langsung menuju aula pertemuan Kecamatan Kabaena Selatan sekitar jam 10.30 Wita dan langsung memimpin rapat koordinasi kepala desa, lurah dan camat se Pulau Kabaena.
Usai memimpin Rakor, Saleha dan rombongan menuju ke Desa Tangkeno jam 11.10 Wita waktu setempat. Rombongan tersebut kemudian ‘dihadang’ oleh warga dan aparat pemerintah Desa Tirongkotua, Kecamatan Kabaena untuk memperkenalkan negeri nan ‘Berirama’ itu.
Di Tirongkotua, Saleha dan rombangan dikalungkan bunga dan pentas seni bela diri (pencak silat), musik bambu dan ore-ore kreasi (perpaduan bunyi bilah kayu bernada, gendang dan bambu serta ohoohi yang dilantukan oleh seorang nenek bernama Haliina (83 tahun).
Tirongkotua adalah salah satu desa penunjang utama destinasi wisata Tangkeno yang mengemas dirinya dalam slogan ‘Tirongkotua Kampung Berirama’
“Kampung berirama itu adalah sebuah desa yang warganya agamis, berbudaya, beretika, bertatakrama dan memiliki jiwa seni yang mampu diejawantahkan dalam bentuk kegiatan yang berbudaya dan berkearifan lokal,” ujar Kepala Desa Tirongkotua, Abdul Majid, M. (Adv)