ZONASULTRA.COM, KENDARI – Ratusan massa demonstran yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) mendatangi Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) Sulawesi Tenggara (Sultra), Senin (30/9/2019).
Para pengunjuk rasa menuntut Polda Sultra untuk segera mengusut kasus penembakan terhadap salah satu anggota pengurus IMM Randi (21) yang tewas dalam demonstrasi di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sultra, Kamis (26/9/2019).
Dari pantauan awak Zonasultra, di persimpangan jalan menuju Mapolda Sultra, tepatnya di samping gedung kantor Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra kepolisian sudah menutup jalur dengan membentangkan kawat duri sepaniang jalan hingga ke pintu gerbang barat Gubernur Sultra.
Baca Juga : Demo di Kendari Hari Ini, Kapolda Sultra Pastikan Polisi Tak Dibekali Peluru Karet
Koordinator lapangan pun berorasi secara bergantian di luar pagar kawat. Sementara aparat kepolisian telah bersiaga di balik kawat duri itu, sekitar ratusan personil berjaga secara berlapis.
Perwakilan keluarga korban Ifan Siregar dalam orasinya meminta kepada Polda Sultra agar menyampaikan kepada pihak Polres Muna untuk tidak menemui dulu keluarga korban sebelum menangkap pelaku penembakan itu.
“Hati mereka, keluarga di Kabupaten Muna belum ikhlas melihat orang seragam kepolisian masuk ke dalam lingkungan keluarga,” tutur Ifan Siregar yang juga merupakan anggota IMM Sultra.
Kata Ifan, keluarga Randi juga tidak ingin kasus ini hilang begitu saja. Namun, menginginkan ada pelaku yang ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka penembakan Randi dan terbunuhnya Muhammad Yusuf Kardawi.
Baca Juga : Resmi Dilantik, Kapolda Sultra Siap Tuntaskan Kasus Tewasnya Randi dan Yusuf
“Kami menginginkan ada tim investigasi yang independen, kami tidak percaya lagi investigasi dari kepolisian. Kami memberikan kuasa hukum kepada pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk mengawal kasus ini,” tegasnya.
Selain itu, menurut Ifan, keluarga korban tidak ingin pihak Polda Sultra mengeluarkan statemen dan narasi-narasi yang menimbulkan pro dan kontra.
Direktur Intelijen dan Keamanan (Dirintelkam) Kombes Pol Hartoyo saat menemui massa demonstran mengatakan, tim investigasi sementara bekerja menyelidiki kasus ini. Dia juga mempersilakan apabila ada pihak keluarga atau masyarakat yang ingin masuk dalam tim independen tersebut.
“Sampaikan kepada kami apabila ada pihak keluarga yang ingin terlibat dalam tim investigasi, kami akan sampaikan ke Mabes Polri,” ungkap Kombes Pol Hartoyo dihadapan massa aksi.
Hartoyo menjelaskan, kepolisian juga telah bersurat kepada Ombudsman RI dan Komisi Nasional (Komnas) Hak Asasi Manusia agar mengirimkan tim untuk terlibat dalam tim investigasi yang dipimpin Mabes Polri.
Sebelummya, Randi dinyatakan meninggal dunia pada pukul 15.45 wita setelah bentrok dengan polisi di gedung DPRD Sultra. Randi terkena tembakan peluru tajam yang diduga dilontarkan oknum polisi saat memukul mundur massa.
Baca Juga : Kontras Khawatir Kasus Tewasnya Dua Mahasiswa UHO Seperti Kasus Novel
Selain itu, Muhammad Yusuf Kardawi ditemukan terkapar di jalan dan sempat mengalami masa kritis lalu menjalani operasi kepala di rumah sakit Bahteramas Kendari karena luka besar di bagian kepala.
Yusuf alias Ucu sempat dilarikan di Rumah Sakit Angkatan Darat (RSAD) Dr R Ismoyo Korem 143/Haluoleo, Kamis (26/9/2019) sekitar pukul 15.30 wita. Namun korban mengalami pendarahan hebat. Sehingga dirujuk di Rumah Sakit Bahteramas.
Randi dan Muhammad Yusuf Kardawi merupakan dua dari ribuan mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa di gedung DPRD Sultra. Mereka menuntut DPR RI agar membatalkan revisi sejumlah undang-undang dan menolak UU KPK yang baru saja disahkan. (A)
Kontributor : Fadli Aksar
Editor : Abdul Saban