ZONASULTRA.COM, KENDARI – Gempa bumi berkekuatan 7,4 SR mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9/2018) pukul 18.02 Wita. Gempa ini memicu tsunami di Kota Palu, yang sebelumnya juga diguncang gempa 5,9 SR.
Berikut dampak gempa dan tsunami di Sulteng yang dihimpun zonasultra.id di akun Twitter BNPB Indonesia @bnpb:
1. Komunikasi lumpuh akibat listrik padam menyebabkan pendataan dan pelaporan dampak gempa dan tsunami di Kota Palu dan Donggala tidak bisa dilakukan dengan cepat.
2. Data sementara per 29 September 2018 pukul 10.00 WIB 48 orang meninggal dunia, 356 orang luka, dan ribuan rumah rusak. Korban jiwa berada di rumah sakit Woodward Palu 2 meninggal dunia dan 28 luka; Rumah Sakit Budi Agung Palu 10 meninggal dunia dan 114 luka; Rumah Sakit Samaritan Palu 6 meninggal dunia 54 luka-luka; Rumah Sakit Undata Palu 30 meninggal dunia dan 160 luka.
(Berita Terkait : Ini Daerah-daerah Paling Parah Terdampak Gempa Donggala)
3. Kerusakan masih terus dilakukan pendataan. Informasi sementara yaitu berbagai bangunan mulai rumah warga, pusat perbelanjaan, hotel, rumah sakit, dan bangunan lainnya ambruk sebagian atau seluruhnya. Diperkirakan puluhan hingga ratusan orang belum dievakuasi dari reruntuhan bangunan.
Selanjutnya mall terbesar di Kota Palu Mall Tatura di Jalan Emy Saelan ambruk. Hotel Roa-roa berlantai 8 yang berada di Jalan Pattimura rata dengan tanah. Di hotel yang memiliki 80 kamar itu, terdapat 76 kamar yang terisi oleh tamu hotel yang menginap.
Puluhan hingga 100-an orang pengisi acara Arena Festival Pesona Palu Nomori, sebagian merupakan para penari belum diketahui nasibnya.
(Berita Terkait : Fakta Sesar Palu Koro Penyebab Gempa di Sulteng)
Rumah Sakit Anutapura yang berlantai 4 di Jalan Kangkung, Kamonji, Kota Palu roboh. Begitu juga Jembatan Ponulele yang menghubungkan antara Donggala Barat dan Donggala Timur roboh. Kemudian Jalur Trans Palu-Poso-Makassar tertutup longsor. Diperkirakan jumlah korban jiwa dan kerusakan bangunan akan terus bertambah.
4. Tujuh gardu induk PLN padam usai gempa mengguncang, khususnya di Palu dan Donggala. Saat ini baru dua gardu induk yang bisa dihidupkan kembali.
5. Jaringan komunikasi di Donggala, Palu, dan sekitarnya tidak dapat beroperasi karena pasokan listrik PLN terputus. Terdapat 270 base station yang tidak berfungsi.
6. Bandara
Di Bandara Mamuju terjadi kerusakan dibangunan tower namun masih berfungsi. Di Bandara Toli-toli dan Bandara Poso terpantsu normal. Sementara di Bandara Luwuk Banggai terjadi pergeseran tiang tower namun masih berfungsi.
Sedangkan Bandara Palu atau Bandara Mutiara Sis Al-Jufrie ditutup hingga 20 September 2018 pukul 19.20 Wita dengan catatan tidak terjadi gempa atau tsunami lagi. Di bandara ini, bagian tower lantai 4 runtuh, peralatan komunikasi rusak, pemancar radio rusak, jaringan Usat down, radar dan VOR belum berfungsi, 500 meter dari 2.500 meter landasan pacu retak akibat gempa. Landas pacu yang tersisa sepanjang 2.000 meter ersebut tidak dapat dilewati pesawat jet berukuran besar seperti Boeing 747 dan sejenisnya.
7. Pelabuhan
Pelabuhan Pantoloan (Kota Palu) rusak paling parah. Kran peti kemas yang biasanya digunakan untuk bongkar muat peti kemas roboh.
Bangunan dan dermaga Pelabuhan Wani mengalami kerusakan. KM Sabuk Nusantara 39 terhempas tsunami ke daratan sejauh 70 meter dari dermaga. Sementara Pelabuhan Ampana, Pelabuhan Luwuk, Pelabuhan Belang-belang, Pelabuhan Majene dalam kondisi baik dan tidak ada kerusakan akibat gempa. (*)