ZONASULTRA.COM, KENDARI– Jepang dan Belanda merupakan dua dari beberapa negara yang pernah memasuki kota Kendari dengan tujuan menguasai jalur perdagangan dan melakukan penjajahan pada para pejuang dahulu.
Dan tak sedikit kedua negara ini meninggalkan situs cagar sejarah dan budaya yang tersembunyi dan belum diketahui oleh masyarakat K
ota Kendari.
Guru Sejarah SMA Negeri 9 Kendari Sudarso mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah bungker peninggalan Jepang dan gua serta rumah kolonial Belanda yang ada di Kota Kendari yang sampai saat ini tidak disadari keberadaannya.
(Baca Juga : 5 Makanan Khas Sulawesi Tenggara Yang Membuat Anda Ketagihan)
Berdasarkan data yang dihimpun Zonasultra.com dari file situs cagar budaya dan sejarah kota Kendari milik Sudarso, terdapat sekitar 7 situs cagar budaya, berikut ulasannya:
1. Rumah Controleur Belanda 1
Bekas rumah Contoleur Belanda ini berada di lereng bukit di kawasan kota lama Kendari yang secara administratif masuk dalam wilayah Kelurahan Kandai, Kecamatan Kendari, Kota Kendari. Sekarang, rumah ini menjadi rumah dinas Wakil Ketua DPRD Sulawesi Tenggara.
Secara fisik, beberapa komponen bangunan lama seperti separuh dinding bagian depan dan samping masih dipertahankan tetapi disesuaikan dengan bangunan gaya modern. Sepintas, tidak terlihat lagi ciri arsitektur lama pada bangunan ini.
Secara historis, Controleur Belanda yang dahulu menghuni rumah ini bertugas sebagai kepala pemerintahan Onderafdeeling Kendari, di bawah Afdeeling Buton.
Rumah ini menghadap ke Timur atau ke laut. Di halaman sudut Tenggara, terdapat meriam dengan kondisi kurang terawat. Meriam ini berukuran panjang 227 cm, diameter pangkal 38 cm, diameter ujung 18 cm dan lubang meriam berukuran 10 cm.
2. Rumah Jabatan Komandan Tentara Belanda
Bekas rumah jabatan Komandan Tentara Belanda ini berada di Jalan Lakidende, termasuk wilayah Kelurahan Kandai, Kecamatan Kendari, Kota Kendari. Bangunan ini berada sekitar 60 meter dari bekas rumah controleur Belanda.
Sekarang, bangunan ini difungsikan sebagai rumah Dinas Angkatan Darat Korem 143/HO dan telah mengalami renovasi pada tahun 2005. Di sebelah barat terdapat satu bunker. Dinding luar rumah dicat warna kuning, sedangkan daun pintu dan kuseng jendela dicat warna coklat.
Dimensi bangunan adalah panjang 15,3 m, lebar 10,3 m, dan tinggi langit-langit dari lantai adalah 3,7 m. Arah hadap ke selatan, di bagian depan terdapat teras yang lebarnya mengikuti lebar rumah dengan panjang 5 m, tetapi menurut Ansar (66), penghuni rumah yang terlibat dalam proyek renovasi , ukuran panjang yang asli hanya 4 m. Atap bangunan adalah seng model genteng dengan posisi landai. Sebelum dipugar, bahan atap adalah sirap.
Pintu utama rumah di bagian depan, dengan dua daun pintu. Bagian dinding dilengkapi jendela kaca dengan bingkai kota-kotak kayu. Dinding samping juga dilengkapi dengan tiga pasang jendela dengan ventilasi kotak-kotak kecil di atasnya. Sedangkan sisi samping yang lainnya terdapat sebuah pintu dengan tiga pasang jendela di sebelahnya.
(Baca Juga : 7 Surga Wisata Tersembunyi di Sulawesi Tenggara)
Di bagian interior rumah, terdapat 4 kamar dilengkapi 1 ruang tamu, dan 1 ruang tengah. Di belakang atau di sebelah utara bangunan utama, terdapat bangunan penunjang yang dihubungkan oleh tiang-tiang beratap seng. Bangunan penunjang tersebut berbentuk huruf L, memanjang dari timur ke barat dan dari utara ke selatan, membentuk sudut di bagian tenggara.
Ukuran bangunan penunjang dari timur ke barat 33 meter, dengan lebar 3,2 m. Bangunan penunjang terbagi menjadi 6 kamar, 1 gudang, dan 1 dapur yang masih memiliki cerobong asap.
3. Pilboks TVRI
Pilboks TVRI berada di pinggir jalan Jenderal Ahmad Yani, atau di depan kantor TVRI Kendari, yang secara administratif termasuk dalam Kecamatan Baruga.
Pilboks ini dalam kondisi tidak terawat. Pilboks berbentuk silinder ini berdenah bundar dengan dimensi sebagai berikut: garis tengah 2,43 m, lingkar 7,70 m, tebal 33 cm, sedangkan ketinggian dan beberapa dimensi pilboks tidak diketahui karena tertimbun tanah dan akar pohon besar.
Bagian pilboks yang tersingkap di permukaan tanah hanya 50 %. Pintu masuk berada di sisi selatan, sedangkan lubang intai berada di sisi timur laut dan timur.
Jumlah lubang intai 2 dengan ukuran lebar 60 cm, tinggi 28 cm, dan ketebalan 33 cm. Ukuran pintu masuk serta tinggi ruang dalam pilboks tidak dapat diketahui karena tertimbun. Bahan baku pilboks ini adalah semen, besi, dan kerikil. Di bagian atap terdapat 3 lubang angin, masing-masing diameternya 5 cm. Topografi tanah di sebelah timur dan timur laut [arah lubang pengintaian] lebih rendah dan menurun.
4. Baterai Mata
Baterai ini berada di lereng bukit yang mengarah ke Teluk Kendari, baterai ini masuk dalam wilayah administratif Kelurahan Mata, Kecamatan Kendari. Konstruksi bangunannya adalah beton, berukuran panjang 5,7 m, lebar 5,5 m, dengan ketebalan 52 cm.
Tinggi atap 2 m sedangkan atap beton yang berfungsi sebagai pelindung setinggi 5 m. Di sudut dalam dinding utara dan selatan masing-masing terdapat 1 pintu berukuran tinggi 70 cm dan lebar 122 cm.
Menurut keterangan masyarakat setempat, kedua pintu samping tersebut berfungsi menghubungkan baterai ini dengan bangunan pertahanan lainnya. Lingkungan sekitar situs ditumbuhi pepohonan dan perdu-perduan. Denah baterai ini berbentuk segi empat, semua sisi tertutup dinding dan atap kecuali bagian depan/timur yang terbuka tanpa dinding.
Karena berfungsi sebagai pertahanan, bangunan ini dilengkapi dengan senjata kategori mortir, dengan panjang laras 4,2 m dan ukuran lingkar 45 cm. Terdapat tulisan angka tahun 1910 dan 1939 pada pangkal mortir. Mortir terletak di tengah-tengah bungker dan bagian dasarnya berada di lingkaran lubang yang ada dalam bungker.
(Baca Juga : Inilah 6 Wisata Budaya yang Terkenal di Sultra)
Diameter lubang tersebut sebesar 155 cm dengan kedalaman lubang 50 cm. Mortir ini memiliki dua roda putar, yang pertama terletak di badan mortir, yang berfungsi mengontrol gerakan vertikal, sedangkan roda putar kedua berada di dasar mortir untuk mengontrol gerakan horisontal. Meskipun komponen besar dari mortir ini masih ada tetapi banyak bagian kecil yang telah hilang.
5. Bunker Perumahan Korem
Nama Bunker Perumahan Korem diberikan pada bunker ini karena letaknya di halaman bekas rumah jabatan Danrem 143/HO. Sebagian konstruksi bunker tidak tampak lagi karena tertimbun dalam tanah. Tinggi bunker 152 cm dengan lebar 185 cm.
Bagian lantai dalam juga tidak dapat diamati yang tampaknya menurun ke dalam. Menurut Ansar (66 tahun), ruangan bunker memiliki cabang dan salah satunya tembus ke lubang tanah di belakang rumah controleur Belanda yang sekarang menjadi rumah jabatan wakil ketua DPRD Sulawesi Tenggara. Bunker ini berada pada sisi timur lereng bukit di jalan Lakidende.
6. Terowongan 1
Terowongan 1 berada dalam wilayah Kelurahan Anggilowu, Kecamatan Mandonga. Menghadap ke barat daya, terowongan ini memiliki panjang 34,5 meter, lebar mulut 2,2 meter dan tinggi antara 1,9 meter sampai 2,2 meter.
Lebar terowongan bagian dalam tidak merata, antara 2,4 meter sampai 2,7 meter. Depan mulut terowongan merupakan areal pemukiman penduduk. Terowongan ini berada pada lereng bukit. Bukit tersebut merupakan endapan Kala Miosen yang dibuktikan oleh kehadiran fosil-fosil kerang laut.
7. Terowongan 2
Terowongan 2 berada dalam wilayah Kelurahan Anggilowu, Kecamatan Mandonga. Menghadap ke barat daya, terowongan ini memiliki panjang 29 meter, lebar mulut 2,4 meter dan tinggi bervariasi antara 2 meter sampai 2,3 meter. Lebar terowongan bagian dalam tidak merata, antara 2,2 meter sampai 2,6 meter. Terowongan ini berada pada lereng bukit yang sama dengan Terowongan 1.
8. Waterreservoir-Anno 1928 (Bangunan PDAM)
Secara administratif bangunan PDAM berlokasi di Kampung Jati, Kelurahan Jati Mekar, Kecamatan Kendari, Kota Kendari.
Tulisan Waterreservoir Anno 1928 pada salah satu bangunan dari tiga bangunan di lokasi ini, menandakan masa pembangunan dan penggunaan bangunan ini sebagai tempat penampungan dan distribusi air.
Ketiga komponen bangunan ini terdiri dari komponen pertama berupa bangunan yang berisi instalasi pipa untuk pengambilan air.
Komponen bangunan kedua adalah bak penampungan, dan komponen ketiga adalah bangunan pengolahan dan pendistribusian air.
Dimensi bangunan pertama dengan pengambilan ukuran dari bagian luar adalah panjang 4,44 m, lebar 5,1 m, dan tinggi 3,1 m, dengan ketebalan dinding 47 cm. Sedangkan bagian dalam ruangan berukuran panjang 3,5 m, lebar 4 m. Pintu berada di bagian selatan, dengan daun pintu berupa terali besi, berukuran tinggi 1,94 m dan lebar 1,1 m. Di dinding, ada dua lubang angin, satu di dinding timur dan satu lagi di dinding barat.
Bangunan ini berisi dua instalasi pipa, satu instalasi untuk pengambilan air dari sumber mata air ke bak penampungan, dan satu lagi untuk mengeluarkan air dari bak penampungan yang berada di bagian luar sisi utara bangunan pertama.
Dimensi bangunan kedua adalah ukuran dari utara ke selatan sepanjang 9,3 m, dan dari timur ke barat adalah 11,6 m. Di bagian atap bak terdapat lubang kontrol berukuran 1 X 1 m, untuk mengetahui air dalam bak.
Bak penampungan air ini berada di utara bangunan pertama. Instalasi pipa untuk memasukkan dan mengeluarkan air berada di dinding sebelah selatan.
Dimensi bangunan ketiga adalah panjang 5,5 m, lebar 10,2 dengan tinggi 3,6 m. Di belakang/utara bangunan ketiga terdapat instalasi pipa dan satu kran besar yang dikuatkan oleh satu struktur campuran semen dan pasir.
Instalasi air ini berfungsi mendistribusikan air ke beberapa arah, semua pipa yang digunakan adalah pipa besi. Bangunan ketiga berada di sebelah barat bak pempungan air dengan jarak 4,5 m.
9. Kantor Klasis/Internat [Rumah Pendeta]
Rumah ini berada di dalam kompleks Gereja Kendari, Jalan Lakidende, Kelurahan Kandai, Kecamatan Kendari. Rumah ini didirikan sekitar tahun 1940-an untuk tempat tinggal para misionaris Belanda selama di Kendari.
Bangunan rumah terdiri dari dua komponen, yaitu bangunan I merupakan Kantor Klasis sekaligus menjadi rumah tinggal. Bangunan II adalah jejeran 9 kamar yang difungsikan sebagai asrama, berada di belakang atau barat laut bangunan I. Kedua bangunan tersebut dihubungkan oleh koridor.
Bangunan I menghadap ke tenggara atau Teluk Kendari, sementara di timur laut terdapat gereja. Bentuk atap adalah limas dari bahan seng. Menurut Ansar (66 tahun), atap asli dari bahan sirap tetapi sudah hancur. Informasi ini dikuatkan oleh atap bangunan II yang masih memakai atap sirap. Denah bangunan persegi dengan tambahan teras depan, samping, dan belakang yang dilindungi atap seng. Lantai rumah dan teras adalah semen.
Keseluruhan dinding dicat berwarna putih. Teras dan rumah lebih tinggi antara 45 cm sampai 120 cm dari permukaan tanah sekitarnya. Lebar teras depan 2 m dan panjang 4 m. Dinding depan terdapat pintu di tengah, di kiri dan kanannya dilengkapi jendela kaca berbingkai kayu, masing-masing tiga ruas. Kusennya kayu, dicat warna biru muda.
Pada dinding barat dilengkapi 6 jendela kayu dan kaca. Bangunan I memiliki 4 ruangan utama dan 2 kamar tidur. Ruangan pertama adalah ruang tamu, ruangan kedua adalah ruang kerja.
Keduanya berurutan dan dihubungkan oleh sebuah pintu. Ruang ketiga berada di sebelah kanan ruang kerja yang merupakan ruang dapur. Kamar-kamar tidur, sejajar dengan ruang tamu, dengan masing-masing pintu yang berukuran lebar 220 dan tinggi 170 cm.
Ruangan keempat merupakan kamar tamu yang terletak di sisi barat bangunan. Kamar tamu terhubung dengan ruang dapur. Terdapat pintu masuk dan jendela di bagian depan kamar, lengkap dengan teras depan kamar. Interior rumah dilengkapi platform dari papan kayu yang dicat berwarna putih. Bagian belakang terdapat 1 pintu kayu yang merupakan akses ke koridor dan asrama. Meskipun masih difungsikan, bangunan ini tidak terawat baik.
Bangunan II memanjang dan melengkung hingga ujung kanan asrama, bertemu dengan sudut bangunan kantor. Asrama yang memiliki 9 kamar ini tidak digunakan lagi. Depan pintu dilengkapi teras, sedangkan atap bangunan menggunakan sirap yang dilapis seng.
10. Chineese School
Bangunan sekolah ini berada di sudut pertigaan jalan Martadinata No.1 yang secara administratif masuk dalam wilayah Kelurahan Kandai, Kecamatan Kendari, Kota Kendari.
Sekarang bangunannya difungsikan sebagai gedung Akademi Teknik Kendari (ATK). Dahulu, sekolah ini bernama Sekolah China (Chineese School) yang dibangun pada masa pemerintahan Belanda.
Adapun dimensi bangunan ini adalah panjang 27 m, lebar 16,5 m, dan tinggi platfom 4 m. Bahan pembentuk bangunan ini adalah kayu, semen, kapur, pasir, batu bata, kaca, terali besi, dan seng.
Bangunan ini tidak memakai rangka besi, melainkan balok kayu besar. Denah bangunan persegi empat panjang, dan dinding luar bangunan dicat warna merah muda. Pada bagian depan, terdapat pintu masuk dengan dua daun pintu berpasangan. Bagian depan bangunan bertingkat dua, sedangkan bagian belakang hanya satu tingkat dengan atap terpisah.
Ruangan tingkat I dilengkapi satu pintu utama di bagian depan dan satu pintu samping. Sekarang, ada 9 ruangan di lantai I yang difungsikan sebagai ruang kelas. Akses menuju tingkat II adalah tangga kayu yang setengah rapat di dinding utara.
Tingkat II hanya berukuran 8 m panjang dan lebar 16,5 m, dengan lantai dari balok kayu dan papan. Ada panjang dan lebar 16,5 m, dengan lantai dari balok kayu dan papan. Ada 4 ruangan. Tingkat II dilengkapi pagar yang terdiri dari pion-pion beton setinggi 50 cm di depan teras.
Mantap..