ZONASULTRA.COM, KENDARI – Pencanangan Desa Aunupe, Kecamatan Wolasi, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara (Sultra) sebagai kawasan agrowisata organik kini mulai membuahkan hasil. Pendapatan petani di desa itu pun diklaim meningkat.
Kepala Desa Aunupe Lukman T mengatakan, produk pertanian yang dihasilkan petani desa ini menjadikan pendapatan masyarakat meningkat signifikan. Pengelolaan lahan lanjutan dengan menggunakan pupuk organik mengurangi penggunaan pupuk kimia untuk tanaman pertanian dan perkebunan.
Dijelaskan, jika petani menanam tanaman dan menggunakan pupuk organik, harga hasil pertanian warga akan lebih mahal dibanding yang memakai pestisida. Petani dapat menghasilkan bahan makanan yang sehat untuk mereka konsumsi dan diperdagangkan. Biaya operasional penanaman lebih murah, limbah rumah tangga yang dihasilkan oleh warga pun bisa diolah menjadi pupuk.
Wakil Bupati Konsel Arsalim mengatakan, Desa Aunupe dipilih menjadi pencanangan kawasan agrowisata organik dan penanaman perdana bawang merah menuju desa maju Konsel hebat karena kawasan hutannya yang masih asri.
Dan Desa Aunupe merupakan daerah yang mensuplai air untuk Konsel sampai Kota Kendari. Selain itu juga untuk memberikan solusi kepada masyarakat agar tidak menebang pohon secara ilegal lagi.
Arsalim mengatakan, terjadi peningkatan pengetahuan dari para petani sejak Agroforestry and Forestry (AgFor) masuk di Desa Aunupe 2014 lalu. Masyarakat tidak lagi merusak hutan dan mengelola lahan dengan lebih ramah lingkungan.
Sementara itu, perwakilan kelompok tani binaan AgFor dan BP4K Maskuri, juga mengungkapkan dua tahun lalu di wilayah desa Aunupe masih kawasan hutan. Setelah Proyek AgFor Sulawesi (menghubungkan pengetahuan dan tindakan) masuk, masyarakat petani diberikan penyuluhan dan pelatihan terkait apa yang mesti mereka lakukan.
“Alhamdulillah mengikuti budidaya tanaman sayuran dan pembuatan pupuk organik. Memberikan hasil yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kami,” kata Maskuri.
Melalui project Agfor ini, petani diberikan pengetahuan dalam menguasai teknologi untuk menjadi petani yang maju. Dibekali ilmu dalam meneliti pembuatan lahan sampai panen. Selain itu, menjadi petani jujur yang memikirkan dampak yang terjadi bagi masyarakat yang membeli hasil pertanian.
“Setelah mendapatkan pengetahuan kami menyadari bahwa yang kami lakukan selama ini berbahaya. Kami saja petani, setelah tau proses yang dilakukan dapat berdampak, jadi takut untuk makan sayuran atau buah-buahan yang dihasilkan. Sekarang apa yang kami tanam akan baik untuk dikonsumsi,” katanya. (A)
Reporter : Sitti Nurmalasari
Editor: Jumriati