ZONASULTRA.ID, LAWORO – Menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945, umat Hindu di Kabupaten Muna Barat (Mubar), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar Festival Ogoh-ogoh di lapangan sepak bola Desa Wapae Jaya, Kecamatan Tiworo Tengah, Jumat (17/3/2023).
Pada festival Ogoh-ogoh ini turut dihadiri oleh Asisten III Setda Mubar Syahrullah Ando, Anggota DPRD Mubar Made Wastawa, Camat Tiworo Tengah Rahman Saleh, Kapolsek Tiworo Tengah Ipda Jufri, Ketua PHDI Mubar Kadek Resana, Ketua Prada Mubar, Wawan Dedi Ariawan dan tokoh adat serta umat Hindu. Mewakili Pemerintah Kabupaten Muna Barat, Asisten III Setda Mubar, Syahrullah Ando secara resmi membuka festival ini.
Pj Bupati Mubar, Bahri yang diwakili Asisten III Setda Mubar, Syahrullah Ando memberikan apresiasi dengan diselenggarakannya festival Ogoh-ogoh ini. Menurutnya, festival ini suatu kearifan lokal yang harus tetap dilestarikan. Kegiatan ini salah satu rangkaian acara umat Hindu menjelang perayaan Hari Nyepi tahun Baru Saka 1945.
“Mubar adalah salah satu daerah yang menggambarkan miniatur budaya Indonesia. Semua suku, agama, ras dan adat ada di Mubar. Untuk itu, kita berharap kegiatan ini dapat mempererat tali silaturahmi dan sebagai momentum agar kita lebih semangat untuk menjadi masyarakat yang rukun, damai, bersatu, tangguh dan tumbuh,” kata Syahrullah Ando ditemui usai kegiatan festival tersebut.
Festival atau pawai Ogoh-ogoh ini merupakan tradisi leluhur umat Hindu yang merupakan kelanjutan dari upacara “Tawur Agung Kesanga atau suatu ritual untuk mewujudkan keseimbangan dan keharmonisan alam semesta”.
Selain itu, tambah Syahrullah, ogoh-ogoh juga sebagai simbol dari sifat angkara murka, kesembongan dan prilaku buruk yang ada pada diri manusia yang diwujudkan dalam bentuk ogoh-ogoh. Kemudian nantinya ogoh-ogoh ini akan diarak keliling desa dan dibakar dengan maksud agar prilaku buruk atau negatif yang ada pada diri manusia itu terbakar habis bersama Ogoh-ogoh.
“Di Mubar bukan hanya pesona wisata sejuta pulau yang harus dikembangkan tetapi juga pesona etnis budaya yang menjadi kekayaan budaya di Mubar. Kita mempunyai keanekaragaman budaya, agama, suku dan ras. Dengan keanekaragaman ini kita bersatu membangun Mubar,” ungkapnya.
Ia mengatakan bahwa umat Hindu yang ada di Mubar telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah perjalanan kehidupan di daerah ini. Salah satunya, memberikan kontribusi membangun daerah ini.
Sementara itu, Plt Ketua Prada Mubar, Wawan Dedi Ariawan mengucapkan terima kasih kepada pemerintah daerah yang telah mendukung pelaksanaan festival ini. Kata dia, dukungan ini sebagai bentuk kepedulian pemerintah dengan budaya umat Hindu yang ada di Mubar.
Kata Wawan, Festival Ogoh-ogoh tahun ini diramaikan oleh umat Hindu dari tiga desa. Ketiga desa tersebut yakni Desa Wapae Jaya, Wulanga Jaya dan Kasimpa Jaya.
“Sebenarnya, ada enam desa di Mubar umat Hindu mendiami. Hanya saja, tiga desa tidak turut meramaikan festival ini. Untuk tiga desa yang meramaikan festival ini menampilkan berbagai macam Ogoh-ogoh mulai dari Sang Kali Maya, Cupak Gerantang, Waringin Sungsang, dan Celuluk dan Bererong (Tuyul),” jelasnya.
Wawan menjelaskan Ogoh-ogoh ini merupakan suatu tarian seni dalam budaya umat Hindu yang digambarkan dengan patung tiga dimensi yang mempunyai kekuatan dahsyat. Pada festival Ogoh-ogoh ini, Prada umat Hindu mengambil tema berkreasi dalam jiwa, berpadu dalam budaya.
“Mubar merupakan salah satu miniatur budaya yang ada di Indonesia. Kami sangat bangga dengan adanya keberagaman budaya yang ada di Mubar. Ini menunjukkan bahwa toleransi antar umat beragama di Mubar sangat baik,” ucapnya.
Pada festival ogoh-ogoh ini turut diramaikan oleh budaya Reog Ponorogo dari Desa Wulanga Jaya. (B)
Kontributor : Kasman
Editor: Muhamad Taslim Dalma