Jelang Pemilu, Nilai Tukar Rupiah Menguat dari Dolar

353
Ilustrasi Dana Kampanye
Ilustrasi

ZONASULTRA.COM,KENDARI – Jakarta Internbank Spot Dollar Rate (JISDOR) mencatatkan nilai tukar rupiah kembali menguat di awal minggu menjelang Pilpres dan Pileg hari Rabu (17/4/2019) besok.

Pada tanggal 15 April 2019, kurs dollar Amerika Serikat adalah sebesar Rp14.067, lebih rendah daripada rata-rata kurs minggu sebelumnya yang sebesar Rp14.151 bahkan daripada akhir bulan Maret 2019 yang mencapai Rp14.244.

Berdasarkan rilis resmi BI yang diterima zonasultra, Selasa (16/4/2019), Kepala Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi BI Sultra, Surya Alamsyah menjelaskan bahwa menguatnya nilai tukar Rupiah tak lepas dari perkembangan positif beberapa faktor pada beberapa bulan terakhir, yaitu:

1. Cadangan Devisa Meningkat

Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2019 meningkat menjadi 124,5 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan 123,3 miliar dolar AS pada akhir Februari 2019. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,0 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Peningkatan cadangan devisa pada Maret 2019 dipengaruhi antara lain oleh penerimaan devisa migas dan penerimaan valas lainnya. BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

2. Utang Luar Negeri Indonesia Tetap Terkendali

ULN Indonesia pada akhir Februari 2019 tercatat sebesar 388,7 miliar dolar AS yang terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar 193,8 miliar dolar AS, serta utang swasta termasuk BUMN sebesar 194,9 miliar dolar AS.

BACA JUGA :  Realisasi Belanja Negara di Sultra Tahun 2023 Sebesar Rp29 Triliun

Posisi ULN tersebut naik 4,8 miliar dolar AS dibandingkan dengan posisi pada akhir periode sebelumnya karena neto transaksi penarikan ULN.

(Baca Juga : Siaga Pemilu, PLN UP3 Kendari Siapkan 350 Personel dan Gardu Bergerak)

Secara tahunan, ULN Indonesia tumbuh 8,8 persen (yoy) pada Februari 2019, meningkat dibandingkan dengan 7,2 persen (yoy) pada bulan sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan ULN tersebut terutama bersumber dari pertumbuhan ULN pemerintah yang digunakan dalam pembiayaan sektor-sektor produktif.

3. Struktur ULN Indonesia tetap sehat.

Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tercatat 36,9 persen pada akhir Februari 2019, relatif tidak banyak berubah dari bulan sebelumnya dan masih berada di kisaran rata-rata negara peers.

Selain itu berdasarkan jangka waktunya, struktur ULN Indonesia pada akhir Februari 2019 tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang yang memiliki pangsa 86,3 persen dari total ULN.

Dengan perkembangan tersebut, meskipun ULN Indonesia mengalami peningkatan, namun struktur ULN Indonesia tetap sehat.

BI dan Pemerintah terus berkoordinasi untuk memantau perkembangan ULN dan mengoptimalkan perannya dalam mendukung pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.

4. Kebijakan BI dalam kerangka Bauran Kebijakan

Bank Indonesia sudah lama mengimpelementasikan bauran kebijakan dan menyuarakan mengenai pentingnya bauran kebijakan tersebut terutama bagi small open economy dalam menghadapi volatilitas perekonomian global.

BACA JUGA :  7 Keunggulan MacBook Air yang Membuatnya Jadi Pilihan Utama

Masukan tersebut secara konsisten dikemukakan Indonesia di tengah saran kebijakan IMF dalam menghadapi volatilitas global yang cenderung mengedepankan pendekatan menggunakan instrumen tradisional (seperti suku bunga dan nilai tukar).

Selain itu, Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) juga melakukan pertemuan dengan lembaga pemeringkat dan investor untuk menginformasikan perkembangan terkini perekonomian Indonesia dan kebijakan yang ditempuh BI dan Pemerintah.

5. Komitmen Pengembangan Local Currency Setlement (LCS) Framework

Penandatanganan nota kesepahaman antara Bank Indonesia, Bangko Sentral Ng Pilipinas, Bank Negara Malaysia dan Bank of Thailand pada tanggal 5 April lalu merefleksikan kepentingan ekonomi bersama serta menjajaki kemungkinan pembentukan LCS framework di antara keempat negara.

Dengan komitmen kerjasama tersebut, pelaku usaha memperoleh keuntungan berupa pengurangan biaya transaksi dan peningkatan efisiensi dalam setelmen perdagangan, disamping mendorong penggunaan mata uang lokal lebih luas dalam masyarakat ekonomi Asean dan mempengaruhi permintaan terhadap valas.

Beberapa faktor di atas, berdampak pada penilaian yang positif dari investor luar negeri terhadap perekonomian Indonesia dan optimisme kedepannya.

Bank Indonesia tetap berharap agar Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif dapat berjalan dengan lancar, aman dan damai sehingga kondisi perekonomian yang sudah baik dapat dijaga dan bahkan dapat ditingkatkan. (B)

 


Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Abdul Saban

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini