ZONASULTRA.COM, KENDARI – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara mencatat selama Juni 2020 Kota Kendari mengalami inflasi sebesar 1,33 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 104,80. Kendari menjadi kota dengan inflasi tertinggi, dari total 76 kota yang mengalami inflasi.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Tenggara M. Edy Mahmud mengungkapkan inflasi yang terjadi di Kota Kendari disebabkan oleh naiknya indeks harga pada kelompok transportasi 3,39 persen; kelompok makanan, minuman dan tembakau 2,67 persen; kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,31 persen; serta kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,14 persen.
Sedangkan kelompok yang mengalami deflasi antara lain kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,45 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar lainnya 0,01 persen. Sedangkan kelompok kesehatan, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya serta kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran tidak mengalami perubahan/relatif stabil.
“Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Juni 2020 antara lain ikan teri, ikan tembang, ikan rambe, jagung muda, ikan selar, angkutan udara, ikan layang, ikan katamba, ikan ekor kuning, dan pir,” ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (1/7/2020).
Ia melanjutkan, sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain jagung manis, baju muslim wanita, cakalang diawetkan, tomat, telur ayam kampung, nangka muda, gula pasir, jantung pisang, pepaya muda, dan bawang putih.
Kata Edy, kelompok pengeluaran yang memberikan sumbangan inflasi pada Juni 2020 yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau 0,84 persen; kelompok transportasi 0,49 persen; kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,02 persen; serta kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,01 persen.
“Sementara untuk kelompok pengeluaran yang memberikan sumbangan deflasi yaitu kelompok pakaian dan alas kaki 0,03 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya 0,001 persen,” jelasnya.
Sedangkan kelompok kesehatan, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya, kelompok pendidikan, serta kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran tidak memberikan sumbangan ataur elatif stabil. (b)