Kelangkaan Minyak Goreng Berpotensi Ganggu Upaya Pemulihan Ekonomi

Pengamat Ekonomi dari Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Syamsir Nur
Syamsir Nur

ZONASULTRA.COM, KENDARI– Pengamat Ekonomi dari Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Syamsir Nur menyebut kelangkaan minyak goreng akan berpotensi menganggu upaya pemulihan ekonomi, khususnya pada sektor konsumsi dan usaha mikro kecil.

“Minyak goreng merupakan salah satu yang utama dan penting bagi denyut nadi ekonomi masyarakat,” kata Syamsir Nur melalui Whatssap, pada Sabtu (5/3/2022).

Syamsir mengatakan bahwa pada bulan Januari 2022, minyak goreng mempunyai bobot 0,05 persen dalam membentuk inflasi di Sulawesi Tenggara (Sultra). Dengan kondisi saat ini masih cenderung berpotensi kembali menjadi penyumbang inflasi di Sultra, padahal tren permintaan minyak goreng meningkat jelang bulan Ramadhan.

“Operasi pasar pemerintah memang mengurangi kadar kepanikan masyarakat, tapi bukan untuk jangka waktu yang lama. Dalam jangka pendek, pengawasan distribusi dan jaminan pasokan harus diseriusin oleh pemerintah,” katanya.

Selain itu, ikata dia, dalam jangka panjang pemerintah pusat mesti dengan serius membuka keran industri dalam negeri agar struktur pasar minyak goreng tidak lagi ologopoli seperti saat ini.

Ologopoli yang dimaksud adalah bentuk persaingan, yang mana hanya terdapat beberapa produsen dengan banyak pembeli di pasar. Sesuai dengan realitas saat ini, masih sedikit produsen minyak goreng yakni ada 4 produsen utama menguasai 46,5 persen pasar minyak goreng dari perkebunan pengolahan, produksi, dan distribusi.

“Struktur pasar minyak goreng yang pemainnya terbatas akan berpotensi terjadinya kartel harga dan bahkan mengatur stok dan distribusi ke daerah-daerah yang tentu akan merugikan konsumen,” ujarnya.

Sementra itu, pemerintah memberlakukan subsidi baik melalui satu harga dengan menentukan Harga Eceran Tertinggi (HET), tapi tidak dioptimalkam kerena kebutuhan minyak goreng yang terus meningkat jika dibandingkan dengan kemampuan memproduksi minyak goreng.

Jadi, produksi harus ditingkatkan untuk menjaga stok dan lonjakan permintaan. Industri dalam negeri dapat diperkuat, apalagi Indonesia merupakan penghasil menyak sawit terbesar di dunia.

Kemudian, lanjut Syamsir, untuk saat ini distribusi menyak goreng perlu dilakukan secara serius. Pemerintah daerah perlu mengecek dan mengawasi ketersediaan dan pola distribusi yang baik agar tidak menimbulkan ketidakseimbangan stok yang jadi pemicu kenaikan harga.

“Ini jadi problem serius bagi masyarakat, minyak goreng sudah langka dan mahal lagi,” ujar Syamsir. (B)

 


Kontributor: Sutarman
Editor: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini