ZONASULTRA.COM, KENDARI– Menjelang pukul 06.00 pagi, puluhan murid mulai berbondong-bondong berkumpul di depan Kantor Manggala Agni Daops Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara (Sultra). Mereka berpakaian rapi, lengkap dengan topi dan dasi. Ada pula dari mereka yang menunggu di depan rumah masing-masing.
Senyum sumringah dan rasa antusias terpancar di wajah anak-anak ini tatkala menyambut kendaraan yang akan mengantar mereka ke sekolah.
Kendaraan Giat Belajar (KGB), itulah nama kendaraan yang beroperasi setiap hari mengantarkan pergi dan pulang puluhan siswa yang tinggal di Desa Tatangge, Kecamatan Tinanggea ini menuju ke sekolah yang jaraknya sekitar 3 km.
Desa Tatangge adalah desa paling ujung barat Kabupaten Konsel yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) dan sekitar 10 km sudah masuk wilayah administrasi Kabupaten Bombana.
Kendaraan yang mampu memuat sekitar 15 orang siswa SD dan SMP ini merupakan buah karya dari Manggala Agni Daops Tinanggea.
Manggala Agni Daops Tinanggea merupakan instansi vertikal pemerintah di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) yang bertugas mencegah dan mengendalikan kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sultra.
Berangkat dari rasa keprihatinan dan kepedulian sosial Kepala Satgas Manggala Agni Daops Tinanggea Yanuar Panca Kesuma bersama jajaran terhadap kondisi pendidikan di desa tersebut, lahirlah ide merakit KGB.
“Ancaman yang dihadapi siswa atau anak-anak kita di sini adalah kendaraan, apalagi jalur ini merupakan jalur provinsi di mana kendaraan dengan kecepatan tinggi melintas dari arah Bombana begitu pula sebaliknya,” ungkap Yanuar Panca kepada zonasultra.id, Senin (30/4/2018).
Kecelakaan lalu lintas juga sudah sering kali terjadi di kawasan ini. Sehingga membuat keamanan para siswa terancam. Selain itu, jarak tempuh yang jauh dan ketika cuaca hujan kadang membuat siswa malas untuk bersekolah.
KGB ini ditenagai sebuah mobil pick up sebagai penggerak utamanya. Lalu di bagian belakang disambung dengan mobil rakitan. Untuk mobil utama merupakan tempat khusus laki-laki dan mobil rakitan khusus untuk perempuan.
Kendaraan tersebut dirakit pada Desember 2017 dan resmi beroperasi pertengahan Januari 2018. Setiap hari pukul 06.00 pagi kendaraan sudah mulai mengantar satu per satu siswa hingga tepat pukul 07.00 pagi semua siswa sudah berada di sekolah mengikuti apel. Ada dua wilayah operasi dari mobil giat belajar yakni Desa Tatangge dan Roraya.
“Dalam proses pembuatan mobil ini juga, anggota kami harus dioperasi matanya karena kepercik material gurinda, sementara biaya pembuatan mobil adalah biaya sukarela dari kami,” ujarnya.
Untuk mengantar, mobil ini beroperasi tiga kali, dua kali di Desa Tatangge dan satu kali di Desa Roraya. Kemudian jam operasi pulang sekolah mulai pukul 10.00 Wita untuk mengantar siswa kelas satu kemudian pukul 12.00 Wita merupakan jam operasi terakhir sudah mengcover seluruh murid SD dan siswa SMP.
Uniknya, bukan hanya sekedar mengantar dan menjemput para siswa, kendaraan ini juga dilengkapi dengan papan tulis yang digunakan tim Daops Tinanggea berbagi ilmu kepada siswa tentang bahaya kebakaran hutan, pendidikan tentang lingkungan, sopan santun kepada orang tua.
Terkadang pula diselingi dengan bernyanyi bersama untuk membuat suasana perjalanan mereka lebih berwarna. Hal ini dirasa penting sebagai bentuk pengenalan dini tentang pentingnya menjaga hutan dan lahan agar tidak dibakar sembarangan, pentingnya menjaga lingkungan serta membentuk karakter anak yang lebih baik dalam kehidupan sehari-hari.
“Kami berikan mereka pelajaran ini untuk menumbuhkan kesadaran dan alhamdulilah ini berdampak, anak-anak sudah tak sungkan menyampaikan ke orang tua akan bahayanya membakar lahan atau hutan,” jelas Panca.
Ada tiga supir yang disiapkan pihak Manggala Agni untuk bergantian mengantar murid dan siswa. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika ada satu supir yang berhalangan karena sakit atau ada urusan lain yang tidak bisa ditinggalkan ataupun sementara harus bertugas memadamkan api.
Panca sendiri menegaskan, pihaknya selalu siap dalam kondisi jika semua tim harus turun ke lapangan memadamkan api untuk tetap mengantar jemput murid. Tapi dalam keadaan mendesak, ia meminta orang tua dapat mengerti situasi tersebut dan tetap harus mengantar anak mereka ke sekolah, sehingga tidak ada ketergantungan pada KGB.
“Kami tidak ingin KGB ini membuat orang tua tidak memperhatikan anaknya, malah kami ingin dengan adanya KGB dapat mendorong motivasi orang tua menyekolahkan anaknya serta menjadi inspirasi bagi wilayah lain dan pemerintah setempat untuk melek terhadap kondisi pendidikan saat ini, khususnya di Tatangge,” tukasnya.
Mirisnya, saat peluncuran perdana KGB tidak ada pihak dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Konsel yang hadir dalam acara peresmian, meski sudah dilayangkan surat undangan dari pihak sekolah dan Daops Tinanggea.
Disambut Baik Masyarakat
Hadirnya KGB disambut baik oleh masyarakat sekitar. Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Tatangge Toding (48) menyampaikan, dulu orang tua murid merasa kesulitan sebelum adanya fasilitas tersebut. Terutama mereka yang tidak memiliki kendaraan serta yang memiliki kesibukan di pagi hari. Namun adanya KGB semua merasa terbantu.
Manfaat lain yang dirasakan orang tua adalah anak mereka sekarang lebih rajin bangun pagi dan semangat untuk berangkat ke sekolah.
“Pasti lebih rajin dan lebih bersemangat menuntut ilmu, sangat bersemangat dengan adanya mobil ini. Yang tadinya malas-malas apalagi kalau musim hujan,” jelas Toding.
Toding pun menjelaskan, untuk membalas kebaikan dari Manggala Agni, warga sekitar siap jika tenaganya dibutuhkan untuk membantu memadamkan kebakaran hutan dan lahan yang terjadi sewaktu-waktu.
Warga Desa Roraya Harwati (30) yang anaknya duduk di kelas III SD ini merasa sangat terbantu dengan adanya KGB. Sebelumnya rasa was-was selalu menghantui perasaannya ketika sang anak belum pulang pukul 12 siang. Ia pun terkadang rela meninggalkan jualannya, demi menjemput anaknya yang jarak sekolah dari rumah sekitar 1,5 km.
Tidak ada kendaraan, ia berjalan kaki menjemput anaknya. Namun dengan adanya KGB, Harwati merasa aman. Putranya setiap hari dijemput dan diantarkan pulang dalam keadaan selamat. Lebih dari itu, ia mengapresiasi Manggala Agni Daops Tinanggea yang telah bersukarela menyediakan kendaraan tersebut.
“Anak saya kalau pulang itu, sering cerita apa yang mereka bikin di mobil giat belajar. Kadang bernyanyi dan tentunya kayak di kota mi juga mas ada yang antar jemput,” ungkap Harwati.
Meski begitu, Harwati berharap pemerintah setempat dapat memberikan fasilitas paten kendaraan sekolah. Sebab, ia tahu jika bantuan dari Manggala Agni Daops Tinanggea ini tidak akan selamanya berlangsung karena tugas utama mereka bukanlah bidang pendidikan.
“Mudah-mudahan pemerintah lihat dan tahu kondisi di sini kasian, dan kasih kita fasilitas kendaraan sekolah untuk anak-anak. Untung sekarang ada Manggala Agni,” harapnya.
“Rawan sekali di sini kendaraan apalagi mobil dari Bombana. Kalau sudah lihat ko mending berhenti karena mereka lari lari buta kalau bawa kendaraan,” tukasnya.
Ia pun mengakui anaknya sekarang lebih rajin bangun pagi demi tidak telat saat KGB sudah datang menjemputnya di rumah.
Manfaat besar adanya KGB pun dirasakan oleh pihak sekolah. Salah seorang guru kelas IV SD SMP Satap 10 Konsel Deden Rohmapudin mengatakan, semenjak adanya kendaraan giat belajar tingkat kehadiran siswa di sekolah meningkat siginifikan. Sebelum adanya kendaraan tersebut siswa sering terlambat karena alasan telat bangun dan tidak ada yang mengantar ke sekolah.
Terutama para siswa yang berada di Desa Tatangge, biasanya sekali terlambat jumlah mereka mencapai puluhan orang. Kemudian ketika hujan turun, siswa tidak ada yang masuk sekolah. Meskipun ada yang memaksakan diri ke sekolah, mereka masuk sudah siang hari.
“Kami menyambut baik dan positif adanya fasilitas ini, dulu setiap saya piket siswa desa tatangge pasti ada terus yang terlambat, alhamdulilah sekarang sudah tidak ada lagi,” ungkap Deden saat ditemui di sela-sela waktu mengajarnya, Senin (30/4/2018).
Deden juga mengakui jika persoalan ini sudah disuarakan ke tingkat kabupaten, dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Konsel. Sayangnya, belum ada respon dari pihak pemerintah untuk memberikan fasilitas mobil antar jemput siswa.
Di hari Pendidikan Nasional tahun ini, pihaknya berharap pemerintah dapat memberikan perhatian lebih terhadap sekolah tersebut. Sebab beberapa bagian bangunan sekolah sudah rusak terutama plafon, sangat rawan jika jatuh dan menimpa siswa.
Kemudian penambahan tenaga guru juga diperlukan pihak sekolah karena jumlah saat ini yang hanya sekitar 10 orang guru tidak dapat mengcover seluruh kelas secara keseluruhan. Meskipun harapan ini belum dapat direalisasikan dalam waktu dekat, pihaknya tetap menjaga semangat belajar dari siswa SD dan pelajar SMP.
“Kami paham tidak selamanya Daops akan melayani siswa kami antar jemput, karena tugas utama mereka bukanlah ini melainkan memdamkan api ketika kebakaran hutan dan lahan,” ujar Deden.
Olehnya ia berpesan kepada orang tua siswa untuk siap siaga mengantar dan menjemput anaknya ketika Daops tidak dapat memberikan layanan karena ada kesibukan dan tugas penting lain yang harus dikerjakan. (A)