ZONASULTRA.COM, KENDARI – Usianya baru menginjak 5 tahun 7 bulan. Tetapi gadis cilik ini sudah memiliki bakat bercerita atau berdongeng dalam bahasa Inggris (story telling) dan juga menari. Bakatnya itu membawa siswi TK Lazuardi Ibnu Sina Kendari ini menjadi pemenang Generasi Maju Kategori 5 Plus by SGM.
Dia adalah Khansa Nur Aisyah. Gadis cilik kelahiran Kendari, 13 Desember 2012. Khansa merupakan anak pertama dari pasangan Andi Reni Nur dan Dony Oktayudha. Gadis cilik ini berhasil menarik perhatian juri dengan penampilan tari Mondotambe dan video story telling.
Menjadi pemenang ajang PT Sarihusada Generasi Mahardhika atau Sarihusada, Khansa menerima beasiswa pendidikan senilai Rp35 juta. Keberhasilannya juga berbuah manis penandatangan kontrak iklan selama satu tahun dan menjadi brand ambasador dari produk Sarihusada.
Menurut penuturan sang ibu, Andi Reni Nur, awalnya ia mengikutkan anak sulungnya pada lomba foto dan potensi anak dari SGM. Khansa mulanya hanya menjadi pemenang mingguan. Tak berselang lama, foto dan potensi Khansa menuaikan hasil berupa undangan untuk menjadi finalis dan bersaing dengan anak lainnya di Jakarta.
Reni bercerita selama mengikuti lomba, ibu dan anak melakukan serangkaian tes untuk menjawab berbagai pertanyaan. Wanita berkerudung itu menyebutkan jika Khansa dan ribuan anak finalis lainnya juga melalui tahapan tes bersama psikolog.
“Saya cari informasi di fanpage SGM, lihat ada lomba saya ikutkan Khansa. Saya kirim fotonya udah akhir-akhir, ternyata ada undangan untuk lanjut ke Jakarta. Sebelum, berangkat saya perkuat lagi kemampuannya berdongeng dalam bahasa Inggris,” cerita Reni ditemui di sekolah Lazuardi Ibnu Sina Kendari, Senin (6/8/2018).
Berbekal ilmu menari dan berdongeng yang diperoleh di sekolah, Reni kemudian memperkuat potensi dan kemampuan Khansa di rumah. Ia mendorong anaknya untuk terus melakukan sesuatu yang ia gemari. Menjadi orang tua yang berinisiatif mengikutkan anak pada berbagai lomba di skala nasional. Juga, mencari tahu bakat dan potensi yang dimiliki sang anak.
Ikut Berbagai Lomba
Reni menuturkan mulai mengikutkan Khansa lomba foto pada usia 1 bulan sampai saat ini. Berbagai macam lomba pun pernah Khansa ikuti. Seperti lomba bakat Dancow, fashion show di sekolah, lomba mewarnai. Kemudian, student of the year (siswa terbaik) di sekolah, lomba foto, lomba menghias bento (juara 1), dan lomba menghias cupcake ibu dan anak.
Khansa juga sering mendongeng menjadi pengisi acara dalam seminar parenting. Selain itu, fotonya pernah menjadi sampul majalah Ayah dan Bunda. Menurut Reni, anaknya itu bercita-cita menjadi seorang dokter anak. Tentu saja, yang pandai mendongeng atau bercerita.
Khansa merupakan anak aktif, memiliki kreativitas, dan rasa ingin tahu terhadap sesuatu yang baru. Sebagai orang tua Reni pun tidak pernah melarang ketika Khansa menuangkan kreativitas untuk menciptakan sebuah karya. Akan tetapi, ia tetap menempatkan anak perempuannya dalam pengawasan. Tak hanya dari orang tua, dukungan pun mengalir dari guru-guru di sekolah.
“Bakatnya didapat di sekolah, tapi saya tidak lepas begitu saja, tetap saya follow up lagi di rumah,” ujarnya.
Ibu dua orang anak itu menjauhkan gadget dari jangkauan Khansa selama berada di rumah. Dia membiasakan Khansa mendengarkan dongeng yang ia bacakan sebelum tidur. Menurutnya, dengan mendongeng anak menjadi lebih banyak tahu dan membuat bekal kreatif setiap harinya.
Keseringan berinteraksi dan kebiasaan itulah yang mendorong kemampuan bersosialisasi serta kreativitas anak sulungnya. Khansa tumbuh menjadi anak cerdas serta kreatif. Di sela kesibukan, ia selalu menyempatkan waktu bermain, membuat, dan menciptakan sebuah karya bersama.
“Saya lebih utamakan membeli buku dari pada mainan, buku dongeng, lalu diceritakan kepada Khansa,” sambungnya.
Ke depannya, ia berharap Khansa bisa menjadi pendongeng hebat. Mengingat, di era milenial ini, dongeng anak hampir dikata tidak ada. Malah digantikan dengan kecanggihan teknologi berupa gadget.
Olehnya itu, ia terus akan menjadi orang tua yang selalu memberikan stimulus kepada anak, tidak menyerahkan 100 persen pendidikan hanya di sekolah. Sebab pendidikan sebenarnya berasal dari keluarga. (A)