ZONASULTRA.COM, WANGGUDU – Di usia yang masih muda, Brian Wicaksono sudah dipercaya memimpin salah satu kepolisian sektor (Polsek) di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Polsek pertama yang dipimpinnya adalah Polsek Ngapa, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) pada akhir 2016, di usianya yang baru 24 tahun.
Laki-laki yang kini berpangkat inspektur polisi dua (Ipda) ini tercatat sebagai salah satu siswa di Akademi Kepolisian di Semarang, Jawa Tengah pada 2011. Brian lulus pendidikan pada 2015 dan langsung ditempatkan di Polres Kolut.
Singkat cerita, di awal tugas perdana sebagai polisi, Brian dikenal baik dan sering membantu masyarakat di tempat tugasnya, serta banyak mengungkap tindak kejahatan seperti pencurian kendaraan bermotor (curanmor).
Karir cemerlang membuat pria kelahiran Kulon Progo tahun 1992 ini akhirnya mendapat amanah sebagai Kapolsek Ngapa pada akhir 2016, hanya kurang lebih setahun setelah dirinya resmi menjadi polisi.
Menjadi pimpinan di wilayah pengasil kakao itu, anak pertama dari dua bersaudara ini juga banyak memberantas tindak kejahatan, seperti curanmor dan lain sebagainya. Brian bertugas di Polsek Ngapa selama satu setengah tahun. Ia kemudian ditarik bertugas di Kepolisian Daerah (Polda) Sultra.
Selang beberapa bulan, dirinya kembali diberi tanggung jawab menjadi Kapolsek Lasolo, Kabupaten Konawe Utara (Konut). Di daerah penghasil biji nikel tersebut, pria yang memiliki hobi bermain basket ini rutin menggelar operasi pengamanan, mulai senjata tajam, minuman keras, curanmor, dan narkoba.
“Sekitar satu tahun di Polsek Lasolo, saya dipindahtugaskan di Polsek Sawa, Kecamatan Sawa, Konut dengan jabatan yang sama sebagai kapolsek juga sampai saat ini,” ujar Brian saat ditemui di ruang kerjanya, baru-baru ini.
Jadi Penjual Gula Merah
Di balik berbagai prestasi yang ditorehkannya di dunia kepolisian, masa kecil Brian Wicaksono bersama keluarganya sangat sederhana.
Brian dan keluarganya tinggal di sebuah perkampungan di Desa Sindulkan, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Keluarga kecil ini hidup dari hasil berjualan gula merah atau gula jawa. Penghasilan rata-rata Rp2 juta sampai Rp3 juta per bulan.
Brian menuturkan, semasa sekolah ia banyak menghabiskan waktu membantu orang tuanya berdagang gula merah saat pulang sekolah. Keluarganya membangun kios kecil untuk dagangannya, tepat di samping rumah, terkadang ia juga membantu menjual dengan berkeliling kampung.
“Nda ada rasa malu bang, yang penting halal dan bisa membantu orang tua. Udah bisa kumpul dengan keluarga itu sudah kesyukuran yang luar biasa,” ungkap Brian.
Semasa sekolah, Brian selalu juara kelas. Hal inilah yang membulatkan tekadnya untuk menjadi polisi. “Menjadi polisi memang sudah cita-cita saya sejak kecil, terlebih kakek dari ayah saya juga kan seorang pensiunan TNI,” ujar Brian.
Dengan semangat yang dimiliki, Brian menjalani tes masuk kepolisian tahap demi tahap. Tes perdana dilaluinya setelah lulus SMA. Ia pun lulus dengan nilai terbaik.
“Pengumumannya di Polda Jogya, saat itu diumumkan dari sekian banyak peserta ada 11 orang yang akan melansungkan pendidikan akademi kepolisian, salah satunya saya sendiri,” kenang Brian.
Brian berharap kepada generasi muda agar senantiasa rajin belajar, taat beribadah dan patuh kepada kedua orang tua. Karena menurutnya, ketiganya itu merupakan kiat paling manjur meraih cita-cita.
“Saat ini saya tengah mengumpul uang untuk memberangkatkan orang tua naik haji, itu niat saya. Jangan malu dengan keadaan, tapi malulah ketika kamu tidak bisa berbuat untuk bangsa dan keluarga. Jauhi narkoba, miras dan pergaulan yang bisa menjerumuskan ke hal-hal negatif,” pesannya. (a)
Reporter: Jefri Ipnu
Editor: Jumriati