Kisah Pasutri Berdagang Ayam Potong di Kolaka, Beromzet Belasan Juta Rupiah Per Hari

81
Kisah Pasutri Berdagang Ayam Potong di Kolaka, Beromzet Belasan Juta Rupiah Per Hari
USAHA AYAM – Pengusaha ayam potong jumbo Nurlina di rumah tempatnya berjualan ayam potong, 28 Agustus 2023. Berlokasi di Jalan Kamboja, Nomor 18, Kecamatan Latambaga, Kolaka. (Muhamad Taslim Dalma/ZONASULTRA.ID)

ZONASULTRA.ID, KOLAKA – Kesibukan sejumlah pria dan wanita tampak di sebuah rumah semi permanen. Deru mesin bubut bulu ayam berpadu dengan bunyi daging ayam yang tengah dipotong-potong. Puluhan ayam yang baru disembelih tertumpuk di lantai dan sebagian lagi telah menjadi potongan terkumpul dalam baskom.

Para pekerja memasukkan potongan-potongan daging ayam tersebut ke dalam kantong-kantong plastik setelah ditimbang. Mereka tampak cekatan memproses ayam dari yang awalnya masih hidup hingga siap diantar ke pelanggan.

Itu adalah suasana di tempat usaha pasangan suami istri (pasutri) Muhammad Nasir (51) dan Nurlina (46) pada suatu siang, Senin 28 Agustus 2023. Usaha yang terletak di Jalan Kamboja, Nomor 18, Kecamatan Latambaga, Kabupaten Kolaka ini adalah penjualan ayam potong ukuran jumbo.

Dengan nama perusahaan UD Kamboja Unggas, pasutri ini menyediakan ayam yang masih hidup, yang sudah dipotong-potong, dan yang dalam keadaan beku. Selain untuk warga yang datang membeli langsung maupun secara online, mereka memasok ayam untuk pasar lokal, warung makan, restoran cepat saji, swalayan, dan hotel di Kolaka dan sekitarnya.

Kisah Pasutri Berdagang Ayam Potong di Kolaka, Beromzet Belasan Juta Rupiah Per Hari
Pasangan suami istri Muhammad Nasir dan Nurlina tengah memantau para pekerjanya yang memproses ayam potong, 28 Agustus 2023. (Muhamad Taslim Dalma/ZONASULTRA.ID)

Tidak kurang dari 200 sampai 300 ekor ayam setiap hari dipotong. Dengan harga Rp60 ribu sampai Rp65 ribu per ekor, penjualannya berkisar Rp12 juta sampai Rp18 juta per hari. Akumulasi dalam satu bulan, omzet penjualan ayam pasutri ini mencapai Rp300 juta.

Omzet tersebut tidak selamanya stabil, sebab kadang penjualan naik turun sesuai dengan ketidakpastian permintaan masyarakat terhadap daging ayam. Permintaan ayam hanya akan naik pada momen-momen tertentu.

“Misalnya pada bulan Muharam itu tidak ada acara masyarakat sini sehingga permintaan ayam kurang sekali. Tapi kalau momen 17 Agustus karena banyak kegiatan kemerdekaan itu ramai permintaan (ayam), atau sekarang ini dekat-dekat kampanye, permintaan daging ayam melonjak,” ujar Nurlina sembari memantau para pekerjanya.

Pasutri ini mempekerjakan 6 orang karyawan yang didukung dengan 2 unit mobil pikap dan 6 boks mesin pendingin. Selain itu, ada juga pekerja harian yakni ibu-ibu tetangga yang tak terikat waktu kerja. Para tetangga akan lebih banyak terlibat mana kala pesanan sedang melonjak seperti pada saat jelang hari raya.

Dari hasil usaha ayam potong jumbo, ayah dan ibu dari lima anak ini mengembangkannya dengan sedikit demi sedikit membeli kebun yang kini sudah mencapai 20 hektare, serta dapat memiliki 4 unit rumah kontrakan. Mereka membagi tugas dengan sang suami, yang mana Nurlina lebih banyak mengurusi usaha ayam potong.

Awal Merintis Usaha

Sebelum terjun ke dalam usaha ayam potong, Nurlina merupakan penjual pakaian di pasar sementara sang suami, Nasir adalah pegawai honorer Kantor Pos. Kebetulan tempat berjualan Nurlina dekat dengan lapak penjual ayam potong.

Nurlina mengamati penjualan ayam selalu lancar berbeda dengan pakaian yang hanya ramai pembeli saat momen-momen seperti jelang lebaran. Ia pun mulai mencari tahu omzet dan bagaimana prospek usaha jenis itu ke para pedagang ayam.

“Kita lihat-lihat lancar pembelinya mereka. Barang pasti toh. Saya tanyalah mereka ‘kalau saya ternak, bersedia ambil?’, nah mereka bersedia,” ujar Nurlina.

BACA JUGA :  Disabilitas Netra dan Pemilu: Antara Keinginan dan Keraguan Memilih

Tak mau menyia-nyiakan peluang, ia pun memberanikan diri beralih usaha dengan mengajak sang suami. Tepatnya pada tahun 2000, mereka memulai usaha hanya berdua. Nasir yang memang hobi beternak mengundurkan diri dari Kantor Pos untuk fokus beternak ayam, sementara Nurlina yang mencari pembeli.

“Awalnya saya hanya bisa menjual 5 ekor per hari, kemudian naik jadi 10 ekor. Pembelinya biasa tetangga-tetangga sekitar sini. Lama-lama kita mulai suplai ke pasar-pasar,” kenang Nurlina.

Seiring berjalannya waktu, kerja keras dan konsistensi pasutri ini perlahan membuahkan kemajuan. Usaha mereka berkembang dan mulai merekrut pekerja dengan memberdayakan keluarga dan tetangga. Nurlina dan suami juga perlahan membeli mobil pikap untuk kelancaran operasional.

Kini mereka fokus pada penjualan saja dan tidak lagi beternak sebab sudah ada perusahaan mitra yang menghubungkan dengan para peternak. Dengan begitu, sang suami juga bisa mengalihkan perhatian dengan mengurusi kebun dan rumah kontrakan milik mereka.

Selain kerja keras dan kemauan yang kuat, menurut Nurlina yang paling penting adalah menjaga kualitas produk. Dalam usaha ayam potong yang perlu menjadi perhatian adalah kesegaran daging, kebersihan kandang penampung, hingga kehigienisan proses pengemasan.

Kisah Pasutri Berdagang Ayam Potong di Kolaka, Beromzet Belasan Juta Rupiah Per Hari
Nurlina menunjukkan tempat penampungan ayam di lokasi usahanya, 28 Agustus 2023. (Muhamad Taslim Dalma/ZONASULTRA.ID)

“Memang pembeli bilang di sini paling bersih dan tidak ada bau karena di sini setiap sore dan malam dibersihkan. Tahi ayam dan lain-lain ada saya gaji khusus untuk membersihkan,” ujar Nurlina.

Selain itu, dalam menjaga kesetiaan pelanggan, mereka juga menjaga konsistensi. Meski pembeli kadang berkurang atau menurun drastis, mereka tetap menyediakan ayam agar pelanggan yang datang selalu terlayani.

Dengan prinsip-prinsip itu, pasutri ini mampu bertahan selama 23 tahun di usaha ayam potong. Nurlina mengamati para pengusaha serupa yang sama-sama memulai dengan mereka tidak ada yang mampu bertahan selama itu.

Terbantu Dana Bergulir Antam

Meski usaha penjualan ayam Nasir dan Nurlina tampak lancar dengan omzet besar, bukan berarti tak pernah mengalami masa-masa sulit. Mereka mengalami beberapa kali cobaan, termasuk pada saat flu burung mewabah di Indonesia dan terkakhir ini Pandemi Covid-19.

Usaha ayam pasutri ini paling terpukul ketika flu burung yang terjadi selama bertahun-tahun. Flu burung mulai muncul di Indonesia pada 2003, dan merebak sampai ke Sulawesi Tenggara pada 2006 termasuk Kolaka.

Selama tahun-tahun terjadinya wabah ini, usaha pasutri ini benar-benar terpuruk. Wabah ini mengakibatkan masyarakat khawatir mengkonsumsi ayam, sementara ayam milik Nasir dan Nurlina banyak yang mati karena terserang flu burung.

Tak mau gulung tikar, pasutri ini mencoba bangkit dengan mencari bantuan. Mereka beruntung, bisa mendapatkan pinjaman dana bergulir dari PT Aneka Tambang (Antam) Tbk Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Kolaka sejumlah Rp10 juta pada 2010.

Dari dana inilah, pelan-pelan Nurlina dan suami menata usaha ayam mereka seiring berakhirnya wabah virus flu burung. Uang Rp10 juta mereka gunakan untuk membeli bibit ayam, pakan, hingga akhirnya panen dan langsung dijual.

Karena usaha yang berjalan lancar, pasutri ini berhasil melunasi pinjaman dana bergulir Antam sesuai tenggat waktu tiga tahun. Setelah lunas, mereka tak langsung mengajukan pinjaman lagi tetapi memutar modal yang ada.

BACA JUGA :  Hakim Perempuan di PN Andoolo Ungkap Keresahan, dari Minim Fasilitas hingga Rentan Intervensi

Tantangan besar kembali datang pada sekitar tahun 2015 hingga 2017, di mana terjadi gejolak harga ayam. Pengusaha ayam mengalami kerugian pada masa-masa ini, termasuk Nasir dan Nurlina. Mereka pun mengajukan pinjaman dana bergulir Antam dengan jumlah yang disetujui sebesar Rp30 juta.

Dengan dana tersebut, pasutri ini berhasil memperkuat dan membesarkan usaha mereka. Karena sudah mapan, mereka sanggup melewati Pandemi Covid-19 yang mulai merebak di Indonesia pada awal 2020 hingga terjadi pembatasan sosial.

Selain didukung jejaring langganan yang sudah terbentuk, selama Pandemi Covid-19 Nurlina bekreativitas dengan merambah penjualan online. Salah satunya, ia membuka akun bisnis di WhatsApp yang tertera alamat, nomor telepon, dan email yang dapat dihubungi pelanggan.

“Kalau penjual di pasar sempat berhenti jualan, kalau kami tidak. Lewat online, jadi pesanan di antar ke rumah-rumahnya orang, jadi masih hidup jualanku tidak seperti orang lain terpuruk. Sebenarnya waktu Covid itu lumayan penjualan karena di pasar banyak tutup,” tutur Nurlina.

Kisah Pasutri Berdagang Ayam Potong di Kolaka, Beromzet Belasan Juta Rupiah Per Hari
Nurlina menunjukkan ayam yang direndam air panas untuk kemudian dibersihkan bulunya di lokasi usahanya, 28 Agustus 2023. Puluhan ayam tampak tertumpuk. (Muhamad Taslim Dalma/ZONASULTRA.ID)

Setelah berlalunya Covid-19, usaha penjualan ayam potong jumbo Nurlina dan sang suami kembali normal, bahkan makin berkembang dengan meningkatnya penjualan online. Dengan model pengelolaan saat ini, Nurlina optimis usaha ayam potong mereka akan terus bertahan dan tetap menjadi yang unggul di Kolaka.

Nurlina mengapresiasi model bantuan dana bergulir dari Antam. Selain hanya dibebani pengembalian pinjaman dan biaya administrasi, pihak Antam jugi rutin memantau. Bahkan, ia sering menghadiri pelatihan-pelatihan yang digelar Antam untuk pengembangan usaha.

Berdasarkan informasi dari Laporan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Antam tahun 2022, program dana bergulir atau pendanaan usaha mikro dan kecil (PUMK) semula dialokasikan dari laba Perusahaan. Penyaluran dana bergulir kepada mitra binaan diberikan dalam bentuk pinjaman lunak dengan jasa administrasi sebesar 3% per tahun, dengan jangka waktu pinjaman maksimal tiga tahun.

Kisah Pasutri Berdagang Ayam Potong di Kolaka, Beromzet Belasan Juta Rupiah Per Hari
Nurlina bersama para pekerjanya yang merupakan ibu rumah tangga sedang membungkus dan menimbang daging ayam pesanan pelanggan, 28 Agustus 2023. (Muhamad Taslim Dalma/ZONASULTRA.ID)

Dengan program itu, Antam selaku anggota MIND ID – BUMN Holding Industri Pertambangan ini bertujuan meningkatkan kemampuan usaha mikro dan kecil di daerah sekitar wilayah operasi sehingga mampu menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana bergulir.

Program ini memang ditujukan kepada Mitra Binaan yang memiliki skala usaha mikro, kecil dan menengah untuk keperluan investasi dan/atau modal kerja bagi kegiatan produktif. Pihak Antam juga melakukan pendampingan dan pembinaan dalam rangka meningkatkan kemampuan mitra binaan.

Pada tahun 2022, realisasi penyaluran dana dalam program PUMK Antam secara keseluruhan mencapai Rp6,82 miliar. Khusus untuk realisasi penyaluran PUMK dari PT Antam Tbk UPBN Kolaka pada tahun 2022 mencapai Rp2,3 miliar (pinjaman mitra binaan).

Program untuk usaha mikro dan kecil tersebut tidak lain merupakan bagian dari program TJSL yang juga sejalan dengan salah satu tujuan pendirian BUMN, yaitu turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. (*)

Reporter: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini