KPHL Peropa’ea Bakal Genjot Wisata Mangrove di Butur

KPHL Peropa'ea Bakal Genjot Wisata Mangrove di Butur
Rencana maket bisnis wisata manggrove Kabupaten Buton Utara

KPHL Peropa'ea Bakal Genjot Wisata Mangrove di Butur Rencana maket bisnis wisata manggrove Kabupaten Buton Utara

 

ZONASULTRA.COM, BURANGA – UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Peropa’ea Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) kini tengah berupaya menggenjot wisata manggrove yang berada di Kabupaten Buton Utara (Butur). Hal itu menyusul adanya program ‘One KPH One Product’ yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Koordinator UPTD KPHL Peropa’ea Sultra Eman menuturkan, adanya program tersebut merupakan angin segar dalam mengembangkan potensi wisata daerah. Menurutnya, hutan manggrove yang terbentang luas sekitar 15.210 hektar di Kabupaten Buton Utara (Butur) sangat menarik, bahkan masih terbilang langka di dunia. Alhasil, pilihannya pun jatuh pada manggrove tersebut.

“Karena kenapa?, karena ini yang langka di dunia. Nah, dengan membangunnya kita KPHL selaku pelaksana, pemegang kegiatan hutan manggrove, maka kita akan mencoba mempromosikan wisata manggrove ini,” ujar Eman di kantornya, Rabu (10/5/2017).

Untuk lebih memudahkan pengembangan wisata, pihaknya akan bekerjasama dengan pihak-pihak tertentu, diantaranya Universitas Malaysia dan Jepang. Terlepas dari itu, sinergitas dengan pemerintah kabupaten tentu sangat dibutuhkan, mengingat Butur adalah pemilik wilayah. Salah satunya adalah dukungan regulasi.

“Ketika KPHL programkan ini, pemerintah daerah ini bagaimana? selaku pemilik wilayah. Oke KPH sebagai pelaksana yang sekarang masuk provinsi, tapi sekarang pemda campur tangannya seperti apa?, peraturannya seperti apa?, bagi hasilnya sebentar seperti apa?,” ungkapnya.

Ia berharap, Pemda Butur dapat menyambut baik dan dapat bersama-mensukseskan program ini. Sebab menurut Eman, hadirnya wisata manggrove itu, ke depan bukan hanya meningkatkan pendapatan pemprov, tetapi juga dapat mendorong peningkatan ekonomi daerah, tidak terkecuali masyarakat setempat.

“Dan pemda tidak boleh berdiam diri, karena walaupun bagaimana kita masuk provinsi. Ini kan hasilnya bukan untuk orang lain, untuk masyarakat Butur. Jadi, tolong ini, dari pihak eksekutif, legislatif, regulasi-regulasi yang ada itu seperti apa nantinya?,” tambahnya.

Saat ini, pihaknya dalam tahap pembuatan maket rencana bisnis. Bahkan setelah didesign, Eman pun mengatakan bahwa dirinya sangat optimis wisata manggrove Butur bakal tampil beda dengan daerah, bahkan negara lain.

“Dan ini saya yakin, saya percaya diri dengan ini barang, setelah saya desain, ini menarik sekali. Dan tidak ada di negara lain keunikannya,” kata Eman sembari melihat maket yang tengah dikerjakan.

Mengenai estimasi anggaran, baru tahap awal taksirannya bakal menelan dana sekitar Rp 50 miliar. Untuk tahap selanjutnya, tambah Eman, itu sifatnya masih relatif.

“Estimasi anggaran tahap awal sekitar 50 miliar. Ya 50 miliar itu sampai dimana?, tapi kalau menyatakan dananya berapa semuanya?, saya hitungan triliun mungkin bisa habis. Tergantung kita, mau diperbagus atau hanya sekedar,” rincinya sembari tersenyum.

Selain manggrove, KPHL Peropa’ea juga bakal menggenjot beberapa objek wisata lainnya, antara lain pemanfaatan air Mata Rombia, E’engkoruru, Permandian Air Panas, dan Karang Cinta yang terletak di Torombia Kulisusu Utara. Bahkan, tambah Eman, di kawasan itu terdapat titik dimana waktu bergeser mundur satu jam, dan hingga kini fenomena itu masih misterius, belum diketahui secara pasti penyebabnya.

Untuk diketahui, saat ini Pemda Butur melalui dinas pariwisata dan kebudayaan juga tengah mengembangkan berbagai potensi wisata daerah, termasuk wisata manggrove ini. (B)

 

Reporter: Irsan Rano
Editor: Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini