LAPAN Pantau 6 Titik Panas Potensi Karhutla di Sultra

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) memantau ada 6 titik panas berpotensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Berdasarkan rilis monitoring LAPAN di laman http://rsgs.lapan.go.id/monitoring/hotspot/index, Minggu (25/8/2019), menunjukkan bahwa ada titik api dengan suhu panas lebih kecil dari atau sama dengan 30 derajat celcius.

Posisi enam titik itu berada di wilayah perbatasan Kabupaten Kolaka dan Kolaka Utara (Kolut), Konawe Selatan (Konsel), perbatasan Konawe dan Kendari,serta tiga titik lainnya ada di Bombana.

Baca Juga : Dua Desa di Kolut Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan

Sementara itu, berdasarkan data realtime pengamatan sinoptik BMKG pada 23 Agustus 2019 lalu menyebutkan sebagian wilayah Sultra merupakan wilayah yang sangat mudah terjadi kebakaran hutan dan lahan. Untuk jumlah hotspot (titik panas) pun dalam kurun waktu 10 hari terakhir di Sultra terpantau 28 titik.

Kepala Manggala Agni Daops Tinanggea Yanuar Panca Kusuma yang dikonfirmasi melalui sambungan pesan WhatsApp, mengungkapkan bahwa dengan kondisi cuaca saat ini titik panas tersebut berpotensi untuk terjadinya karhutla.

“Tergantung confidence (tingkat kepercayaannya) kalau di atas 80 persen maka potensi dugaan karhutla lebih besar. Sebagai catatan hotspot adalah titik panas,” katanya.

Untuk itu, pihakanya telah mendirikan dua posko siaga karhutla di Konawe dan Konsel.

Dilihat dari peta titik panas yang dipantau LAPAN, wilayah yang rawan karhutla itu didominasi vegetasi yang mudah terbakar yakni alang-alang dan semak belukar.

Baca Juga : Musim Kemarau, Ini Lokasi Hutan dan Lahan Berpotensi Terbakar di Sultra

Beberapa waktu lalu, Kepolisian Sektor (Polsek) Batu putih mencatat dua desa di Kecamatan Purehu, Kabupaten Kolut rawan dan berpotensi terjadi karhutla.

Kapolsek Batu putih Iptu Jamil mengungkapkan dua desa itu adalah Desa Sarambu dan Desa Larui yang terletak di daerah pegunungan, yang penduduknya kerap membakar hutan untuk dijadikan lahan perkebunan.

Kemudian, Balai Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) bersama TNI, Polri, Pemda, Manggala Agni Daops Tinanggea dan stakeholder terkait telah menyusun dan melakukan strategi dan rencana aksi pengendalian kebakaran hutan. Mereka melakukan pemetaan lokasi rawan kebakaran hutan, deteksi dini kebakaran hutan melalui CCTV pemantau, penyuluhan kepada masyarakat, dan cara-cara lainnya untuk mencegah karhutla di TNRAW.

Untuk diketahui, potensi kebakaran hutan dan lahan ini tidak terlepas dari faktor cuaca yang saat ini sebagain besar wilayah Sultra telah memasuki musim kemarau dan BMKG memprediksi puncak musim kemarau akan terjadi pada bulan September mendatang.

Kepala Stasiun Klimatologi Ranomeeto Aris Yunatas mengungkapkan, prakiraan awal musim kemarau Sultra terjadi pada bulan Juni hingga Juli Tahun 2019, namun setiap kabupaten mempunyai awal musim kemarau yang berbeda-beda.

“Yang perlu diwaspadai pada musim kemarau tahun ini adanya potensi kebakaran lahan dan hutan, potensi puso atau gagal panen untuk pertanian, kekurangan air bersih karena sumur-sumur banyak yang kering,” ungkap Aris Yunatas melalui pesan WhatsApp. (A)

 


Reporter: Ilham Surahmin
Editor: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini