ZONASULTRA.COM, WANGIWANGI – World Wildlife Fund (WWF) Indonesia pada 2 Maret 2017 lalu resmi meluncurkan aplikasi Marine Buddies sebagai bagian dari kampanye #TemanTamanLaut.
Kampanye ini bertujuan mengajak masyarakat luas untuk mengenali dan mengunjungi kawasan konservasi bahari di Indonesia, serta mengawasi pengelolaan kawasan konservasi bahari dan melaporkan aktivitas bahari yang tidak bertanggung jawab.
Melalui aplikasi yang dapat diunduh secara gratis di Play Store ini, masyarakat dapat mengenali 165 kawasan konservasi di Indonesia seperti Pulau Weh, Buleleng, Wakatobi, Teluk Lasolo, Bunaken, Alor, Teluk Cendrawasih, hingga Raja Ampat.
Sejauh ini aplikasi Marine Buddies sudah dicoba di Alor, Pulau Koon dan Nusa Penida. Nah, hari ini, Selasa (11/4/2017) WWF Indonesia mengajak media nasional dan media lokal di Kendari untuk mencoba aplikasi tersebut di Taman Nasional Wakatobi.
(Baca Juga : Mengenal Kedo-kedo, Alat Tangkap Ramah Lingkungan Nelayan Suku Bajo Wakatobi)
Media diajak diving dan snorkeling ke Pulau Hoga. Saat melakukan diving dan snorkeling, media diminta untuk melihat kondisi bawah laut Pulau Hoga kemudian melaporkannya melalui aplikasi Marine Buddies.
Koordinator Komunikasi & Kampanye Program Bentang Laut Sunda Banda WWF-Indonesia, Noverica Widjojo menjelaskan, aplikasi ini dikembangkan sebagai upaya untuk melibatkan publik dalam mengawasi pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam.
“Kita pengguna aplikasi bisa menilai kondisi kawasan, mengawasi, dan melaporkan aktivitas bahari yang tidak bertanggungjawab seperti tagline kampanye #TemanTamanLaut “Kita Kenali, Kunjungi, dan Awasi,” kata dia.
Selain menyasar media, tim WWF juga memberikan penjelasan tentang Marine Buddies kepada kelompok wisata Desa Sombano, Kecamatan Kaledupa dan Desa Pajam, Kecamatan Kaledupa Selatan.
Diharapkan kelompok wisata ini bisa turut mengawasi kondisi bawah laut Wakatobi dan melaporkannya bila ada aktivitas yang tidak bertanggungjawab.
Dalam aplikasi ini, pengguna dapat memanfaatkan fitur “Pelaporan” jika melihat peristiwa atau aktivitas yang tidak bertanggung jawab yang dapat merusak atau mengancam keberadaan lingkungan dari kasawan konservasi bahari.
“Nantinya laporan dari pengguna aplikasi Marine Buddies tersebut akan kami data dan diteruskan pada KKP dan KLHK dan juga pengelola wisata. Itu dalam bentuk report 6 bulan sekali,” kata Noverica.
Selain itu, aplikasi Marine Buddies bekerja berdasarkan lokasi sehingga beberapa fitur seperti “penilaian” dan “pelaporan” hanya dapat digunakan ketika pengguna berada di salah satu dari 165 kawasan konservasi bahari di Indonesia.
(Baca Juga : 5 Hal Ini Bisa Hambat Pengembangan Wisata Wakatobi)
Sedangkan jika pengguna hendak menggunakan kedua fitur tersebut di luar lokasi konservasi bahari akan muncul pemberitahuan pengguna sedang tidak berada di kawasan konservasi bahari.
“Ini dilakukan karena takutnya ada oknum yang tidak bertanggungjawab yang tidak menyukai salah satu kawasan konservasi sehingga melaporkan hal yang tidak benar,” katanya. (*)
Penulis: Jumriati