ZONASULTRA.COM, BAUBAU – Ketekunan Wa Sego (80) menabung selama 30 tahun berbuah manis. Tahun ini ia akhirnya akan berangkat naik haji.
Warga Desa Lamaninggara, Siompu Barat, Buton Selatan (Busel), Sulawesi Tenggara (Sultra) ini tak bisa menahan tangis saat petugas haji dari Kementerian Agama datang menyerahkan koper haji di ladangnya, Rabu (10/7/2019). Wa Sego hanya bisa tertunduk sambil memeluk anaknya.
Wa Sego tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Ia hanya mengerti sebagian kata saja. Untuk berkomunikasi dengan perempuan lanjut usia ini, zonasultra mengandalkan putrinya, Faazila dan Hariati sebagai penerjemah. Wa Sego sendiri memiliki lima orang anak. Kelimanya sudah berkeluarga.
Sehari-hari Wa Sego menghabiskan waktunya mengurus ladang. Saat kemarau datang, ladang miliknya akan ditanami ubi kayu. Saat musim hujan tiba, ladang akan ditanami jagung.
Selain dari hasil ladang, Wa Sego juga menggantungkan hidup dari kebun jambu mete. Ia memiliki satu hektar ladang ubi dan jagung, serta dua hektar kebun jambu mete.
Wa Sego pertama kali memiliki niat naik haji saat berunding bersama suaminya sekitar tahun 1984. Pasangan ini lalu sepakat naik haji bersama dan mulai menabung hingga mencapai Rp51 juta. Pada 2014 uang tersebut didaftarkan untuk naik haji.
Tetapi takdir berkata lain. Mimpi Wa Sego naik haji bersama suaminya pupus. Pada 2018 suami Wa Sego meninggal dunia. Ditinggal sang suami, tekad Wa Sego untuk pergi ke Tanah Suci tidak pernah surut. Menurutnya suaminya akan bahagia jika ia tetap berangkat naik haji.
Menabung di Karung Jagung
Jagung memiliki andil mewujudkan cita-cita Wa Sego naik haji. Sebab, uang puluhan juta untuk ongkos naik haji itu datang dari karung jagung. Hasil tani jagung yang ia kumpulkan di karung jagung.
Puluhan tahun silam, setiap hari Wa Sego mengumpulkan separuh uang hasil taninya. Ini dilakukan bersama mendiang suaminya. Hal ini juga menjadi rahasia mereka berdua.
Hariati kaget saat pertama kali mengetahui hal itu. Ia tidak memiliki pemikiran ada uang dalam karung jagung kedua orang tuanya.
Saat tahu soal uang dalam karung jagung, menurut Hariati, jumlahnya baru Rp2 juta. Ia kemudian menyarankan ibunya mengamankan uang di bank.
“Tapi dia tetap tabung dulu uangnya di karung jagung yang berisi jagung. Nanti kalau sudah cukup Rp500 ribu atau Rp1 juta baru dia minta bawa di bank,” katanya.
Menurut Hariati, ibunya juga menabung uang hasil tani ubi kayu dan jambu mete dalam karung jagung. Ibunya beralasan lebih aman. Rahasia ini ia terus jaga hingga sang ibu jadi JCH 2019.
“Orang tidak akan tahu kalau dalam karung itu ada uang,” kata Wa Sego seperti diterjemahkan oleh Hariati.
Ketika suaminya meninggal, Wa Sego lalu menarik separuh uangnya dari pendaftaran mendiang suaminya sebanyak Rp25 juta untuk dipakai biaya kehidupan sehari-hari.
“Dia tarik kembali Rp25 juta karena bapak sudah meninggal,” ujar Hariati.
Penarikan separuh uang ini dibenarkan oleh La Ode Muh Irfan, selaku Fungsional Umum Pendaftaran dan Pembatalan Haji, Kementerian Agama Kabupaten Busel.
“Karena uang ibu Wa Sego itu yang terkumpul Rp51 juta. Itu untuk dua orang (Wa Sego dengan suaminya), ketika suaminya tidak jadi berangkat karena sudah meninggal dunia, maka otomatis uang pendaftaran untuk suaminya itu dikembalikan,” terangnya kepada wartawan.
Wa Sego sendiri jika tiba di tanah suci akan mendoakan mendiang suaminya. Wa Sego tergabung dalam kloter 25 bersama 13 JCH asal Busel lainnya. (*)
Penulis : M6
Editor : Jumriati