ZONASULTRA.ID,LANGARA – Desa Langara Tanjung Batu terletak di Kecamatan Wawonii Barat, Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep), Sulawesi Tenggara (Sultra).
Desa ini memiliki luas sekitar 15 km². Sebanyak 60 persen wilayahnya merupakan perairan. Daratan di desa ini hanya berupa jalan.
Kepala Desa Langara Tanjung Batu, Janus Munandar, mengatakan, desa yang dipimpinnya itu dijadikan desa wisata karena ada komunitas adat suku Bajo. Sebanyak 99 persen masyarakat desa ini adalah suku Bajo. Kehidupan mereka berhubungan langsung dengan laut, termasuk pemukiman mereka yang juga berada di atas laut.
Keunikan lainnya yang ada di Desa Langara Tanjung Batu adalah hampir semua aktivitas warganya yang terdiri dari 200 kepala keluarga (KK) menggunakan sampan atau perahu. Memancing, memukat, bahkan ke rumah tetangga pun menggunakan sampan. Di Konkep, hal ini hanya ditemukan di Desa Langara Tanjung Batu.
“Ada kebiasaan secara turun temurun yang tidak akan pernah hilang di komunitas (suku Bajo),” kata Janus ditemui di Desa Langara Tanjung Batu belum lama ini.
Tak hanya menyajikan pesona pemukiman suku Bajo, Desa Langara Tanjung Batu juga memiliki objek wisata yang tak kalah menarik. Seperti wisata bakau atau mangrove dengan luas sekitar 30 hektare yang masih terjaga dengan baik. Ada juga wisata pantai serta wisata kolam Batu Belah.
Terkait pengembangan desa wisata ini, Janus mengaku menunggu perencanaan dari pemerintah daerah.
“Tinggal kita mengikut, daerah kewenangan di mana, desa di mana. Takutnya desa yang membuat ternyata daerah punya kewenangan tersendiri, akhirnya yang kita bangun sia-sia,” ucap Janus.
Pemerintah desa sendiri, kata Janus telah menyampaikan kepada masyarakat bahwa desa mereka telah ditetapkan sebagai desa wisata sesuai SK 2021. Oleh karena itu, masyarakat diminta menjaga lingkungan desa. Salah satunya tidak membuang sampah di laut.
“Ketika laut tercemar maka desa ini tidak lagi jadi desa wisata,” kata Janus.
Jadi Penyangga Destinasi Unggulan di Konkep
Konkep punya tiga destinasi unggulan atau biasa disebut Kanopi yang merupakan kepanjangan dari Pantai Kampa, Air Terjun Tumburano, dan Watuntinapi.
Desa Langara Tanjung Batu menjadi desa penunjang atau penyangga dari salah satu destinasi Kanopi, yakni Pantai Kampa.
“Sebelum ke Pantai Kampa pasti singgah ke desa ini dulu,” ujar Janus.
Janus mengaku, kendala untuk memajukan desa wisata ini adalah anggaran. Sebenarnya, kata dia, Pemerintah Pusat siap membantu dengan catatan usulan yang diminta sesuai dengan ketentuan dan benar-benar bermanfaat untuk masyarakat.
“Namun, ini perlu dukungan dari pemda yang lebih maksimal. Karena jika desa ini berkembang tentu akan menambah PAD,” katanya.
Salah satu yang dilakukan pemerintah desa saat ini terus menjaga agar laut tidak tercemar. Pihak pemerintah desa tidak pernah menimbun laut agar tidak mengurangi indentitas komunitas adat suku Bajo.
“Kalaupun saya bangun jembatan, tetap tidak menghilangkan kearifan lokalnya, perahu tetap bisa lewat di bawah jembatan itu,” kata Janus.
Untuk membangun kesadaran masyarakat, pihak desa menggali kebudayaan mereka, membangun edukasi dan komunikasi serta budaya gotong royong dan silaturahmi dikembangkan.
“Karena para nelayan pagi melaut, malam istirahat. Jadi tidak punya ruang untuk silaturahmi. Perlu ada seperti tambatan perahu berbasis wisata. Ada perahu nelayan masuk dan keluar, tapi agak susah karena kewenangan laut di provinsi,” terangnya.
Di desa ini juga rutin digelar berbagai lomba, seperti tarik tambang di atas perahu, renang, main bola di laut saat air surut.
“Ini inisiatif desa. Bahkan ramai sekali kegiatannya,” kata Janus. (*)
Kontributor: Ismu Samadhani
Editor: Muhammad Taslim Dalma