ZONASULTRA.COM, LASUSUA – Lantunan ayat suci Alquran terdengar dari sekolompok pemuda yang tengah mengikuti pendidikan Alquran orang dewasa (Dirosa) di Pusat Pendidikan Wahda Islamiyah di Desa Watuliu, Kecamatan Lasusua, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), Sulawesi Tenggara (Sultra), Jumat (23/3/2018) malam.
Dirosa adalah program yang dijalankan Wahda Islamiyah (WI) sebagai bentuk pembinaan khusus orang dewasa untuk memperbaiki bacaan Alquran secara baik dan benar. Program ini tidak dipungut biaya alias gratis.
Kegiatan mengaji menggunakan dirosa sebagai metode pilihan pembelajaran Alquran secara tuntas dan sistematis, telah menjadi agenda rutin kelompok pemuda di Kolut setiap Jumat malam.
Dirosa dilakukan selama dua jam setelah salat Isya. Dengan 20 kali pertemuan sudah membuat bacaan semakin fasih. Saat ini ada 9 orang tim pengajar yang berasal dari WI.
Salah satu peserta dirosa, Erwin (28) mengatakan, masih banyak pemuda di luar yang ingin belajar Alquran, namun salah satu pemicunya adalah rasa malu dan minder. Apalagi banyak yang menganggap belajar Alquran hanya untuk anak-anak saja.
Oleh karena itu, dirinya terus mengajak orang yang dikenalnya untuk bergabung dirosa.
“Belajar kembali membaca Quran dengan baik dan benar bukan soal bakat, sebenarnya banyak yang mau tapi malu dan tidak percaya diri. Intinya hanya soal mau atau tidak,” kata Erwin.
Peserta lainnya, Reno (29) mengatakan, dirinya bergabung dirosa karena diajak teman. Awalnya ia sempat merasa malu.
“Awalnya saya menolak saat pertama kali diajak teman, tapi teman saya bilang ‘jangan malu, kalau tidak mau lanjutkan bisa saja berhenti kalau tidak suka,’ akhirnya saya ikut dan alhamdullah saya lanjutkan karena merasa tenang setelah baca Alquran,” beber Reno.
Reno menambahkan, ia sudah 20 tahun tidak pernah membuka Alquran. Nyaris huruf Alquran sudah tidak dikenalnya lagi.
“Sewaktu anak-anak ji saya mengaji, baru ini saya temukan cara cepat membuka pikiran saya mengetahui huruf Alquran,” tandasnya.
Dikenal Setelah 4 Tahun
Pembina WI cabang Kolut, Ustad Abdurrahman menceritakan, awal terbentuknya dirosa di Kolut sekitar tahun 2013. Saat itu pendiri WI Ustad Qomari menyampaikan langsung program dirosa ini ke Departemen Agama (Depag). Saat itu juga pihak Depag menyambut hangat program tersebut.
Maka mulai diperkenalkan lah program ini ke masyarakat di salah satu masjid di Desa Ponggiha, Kecamatan Lasusua. Saat itu hanya ada empat orang yang mengikuti dirosa.
“Sejak 2013 lalu dirosa sudah diperkenalkan ke Depag oleh Ketua LPPQ WI Makassar Ustadz Qomari dengan membina hanya empat orang di Masjid Ponggiha,” kata Abdurrahman kepada awak zonasultra.id, Minggu (25/3/2018).
Bukan berarti program ini langsung disambut baik oleh masyarakat. Butuh waktu sekitar 4 tahun untuk mengenalkan program ini. Barulah pada awal 2017 program dirosa mulai dikenal dan ada kemajuan dalam jumlah peserta, terutama dari kalangan ibu-ibu.
Hingga saat ini berbagai upaya untuk memperkenalkan dirosa ke pemuda terus berjalan. Menurut Abdurrahman, pemuda Islam idealnya mampu membaca Alquran dengan baik sesuai kaidah tajwid, serta dapat mengajarkannya kepada orang lain.
“Tahun ini paling banyak Allah bukakan pintu hatinya untuk belajar agar umat Islam dekat dengan Alquran sebagai pedoman mereka,” tambahnya.
Kelompok minoritas ini terus saling mengajak karena harus ditanamkan bahwa belajar dan pengajar Alquran adalah sebuah kebanggaan. (B)