ZONASULTRA.COM, KENDARI – Frederik Naufal Putra Garo Raru (11) dan Wilova Naura Gifari Raru (9) merupakan dua atlet taekwondo cilik yang berhasil meraih juara di ajang Kejuaraan Tingkat Provinsi (Kejurprov) Taekwondo Sulawesi Tenggara (Sultra) pada 17-18 September 2022 lalu.
Kakak-adik bersaudara ini merupakan utusan dari perguruan Sultra Taekwondo Fighter (STF) yang sudah tergabung dalam Persatuan Bela Diri Taekwondo Indonesia (PBTI) Sultra. Pada Kejurprov yang diselenggarakan di GOR Kampus Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kendari itu, Naufal meraih dua medali yakni medali emas untuk kategori poomsae (jurus) dan medali perak untuk kyorugi (pertarungan). Sementara sang adik, Naura berhasil meraih satu medali emas untuk kategori kyorugi.
Kyorugi adalah pertarungan yang melibatkan dua orang dengan teknik serangan dan teknik pertahanan kaki. Sedangkan poomsae adalah rangkaian teknik gerakan serangan dan pertahanan diri yang dilakukan melawan lawan yang imajiner.
Untuk dapat menjadi juara di kyorugi dan poomsae, Naufal dan Naura rajin berlatih 3 kali dalam sepekan di bawah asuhan pelatih STF, Jailan (DAN IV) dan Asisten Pelatih Muh. Faisal (DAN I). Pada hari Selasa dan Jumat mereka akan berlatih di Kompleks BTN Wahana Prima Asri, Kelurahan Mokoau, yang tepat berada di samping rumah mereka, sedangkan pada hari Minggu, mereka berlatih di kawasan MTQ Kendari.
Saat berjumpa pada Selasa (20/9/2022) di rumah mereka, kedua siswa SDS Smart School Kendari ini tampak begitu lentur mempraktikan jurus-jurus taekwondo. Siswa kelas VI dan kelas IV ini juga mampu memperagakan split, teknik meregangkan kedua kaki dengan jangkauan terjauh di permukaan lantai.
Naufal mengaku memang suka menendang dan sering menonton siaran televisi tentang bela diri. Sementara sang adik, Naura tertarik ikut taekwondo karena mengikuti kakaknya itu. Mereka mulai mempelajari jurus taekwondo sejak kelas 1 SD, hingga kini rutin latihan di STF.
“Tantangannya harus berlatih keras. Pernah dapat lawan yang kuat seperti yang di Kejurprov Provinsi itu, saya hanya kalah satu poin. Akhirnya juara 2,” ujar Naufal yang tanding di kelas 45 kg.
Mereka juga bisa mengatur waktu, kapan harus latihan, bermain di kompleks, dan kapan harus belajar. Dengan begitu, prestasi mereka tetap bagus di sekolah. Buktinya Naura selalu juara 1 di kelas sedangkan Naufal selalu masuk 10 besar di kelas.
Sebelumnya, Naufal meraih medali perak kategori poomsae di Kejuaraan Bupati Konawe Cup 2021; satu perak (poomsae) dan satu emas (kyorugi) di Kejuaraan Taekwondo Bupati Konawe Utara Cup I 2022; dan dua medali emas (poomsae dan kyorugi) di Kejuaraan Kemaraya Taekwondo Trening Center (KTTC) Cup 7 Tahun 2022.
Sementara, Naura pernah meraih medali perak (kyorugi) di Kejuaraan Bupati Konawe Cup 2021; satu medali emas (poomsae) dan satu perunggu (kyorugi) di Kejuaraan Taekwondo Bupati Konawe Utara Cup I 2022; dan medali perunggu (kyorugi) di Kejuaraan KTTC Cup 7 Tahun 2022.
*Dukungan Orang Tua
Prestasi Naufal dan Naura yang demikian tidak lepas dari dukungan kedua orang tua mereka yang memberikan perhatian khusus. Misalnya sang ayah, Robert Piter Raru selalu memastikan tersedianya kebutuhan peralatan latihan kedua anaknya itu hingga mengantar ke tempat latihan.
Robert mengaku tak pernah memaksakan kedua anaknya untuk ikut latihan bela diri taekwondo. Ia mengikutkan apa olah raga yang menjadi kesenangan anak-anaknya. Dia hanya menekankan bahwa pendidikan formal di sekolah harus tetap menjadi yang nomor satu, setelah itu baru kegiatan ekstrakurikuler seperti taekwondo.
Robert merasa senang karena melihat taekwondo berdampak positif bagi perkembangan anak. Selain bermanfaat secara fisik, salah satu hal positifnya adalah soal perkembangan mental anak dalam berkompetisi. Ketika mengikuti kejuaraan, Naufal dan Naura tidak lagi gugup. Robert melihat anak-anaknya jadi lebih percaya diri dengan sering mengikuti kompetisi.
Robert mengaku perkembangan anak-anaknya dalam seni bela diri taekwondo berkat peran pelatih dan asistennya. Menurutnya, pola pelatihan di STF sangat baik sehingga para peserta latihan bisa berkembang dengan baik.
“Dengan berlatih seni bela diri taekwondo juga ada nilai-nilai yang ditanamkan kepada anak-anak. Semisal, diajari untuk tidak sombong karena menguasai bela diri. Jadi anak tidak akan sembarang mengajak anak-anak lain berkelahi, mereka jadi lebih bisa menahan diri,” ujar Robert.
Selain itu, kegiatan pelatihan bela diri taekwondo juga bisa menjauhkan anak-anak dari pergaulan yang tidak benar. Misalnya anak-anak selalu diimbau untuk menjaga kesehatan fisik sehingga harus menjauhi rokok dan lain sebagainya.
Selain itu, kata Robert, waktu anak-anak juga jadi efektif digunakan untuk berlatih, belajar, dan bermain. Karena terbiasa seperti ini, Robert lebih mudah dalam memantau perkembangan dua anaknya ini dan jadi kebahagiaan tersendiri baginya ketika melihat anak-anaknya semangat latihan.
“Kalau tidak latihan, mereka justru bertanya ‘kenapa kita tidak latihan’. Jadi, mereka sudah terbiasa dengan jadwal kaya begitu,” ujar Robert.
Robert berharap dua anaknya ini bisa terus berprestasi dengan mengikuti berbagai kompetisi, bahkan berharap bisa sampai ke tingkat nasional. Sebagai seorang ayah, Robert bersama istrinya akan terus mendukung. (*)
Reporter: Muhamad Taslim Dalma