ZONASULTRA.COM, WANGGUDU – Desa Tokowuta merupakan salah satu desa di Kecamatan Wawolesea, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra). Dari delapan desa yang ada di kecamatan ini, Desa Tokowuta satu-satunya yang memiliki potensi pertambangan nikel.
Namun sayang keberadaan tambang nikel seolah tidak memberikan manfaat bagi masyarakat desa ini. Sejak mekar dari Desa Belalo, Kecamatan Lasolo pada 2015, infrastruktur desa dengan jumlah penduduk 338 jiwa itu masih memprihatinkan.
Jalan masuk menuju Desa Tokowuta dari jalan poros Kendari-Wanggudu yang hanya berjarak sekitar satu kilometer sama sekali belum tersentuh aspal. Jika musim hujan tiba jalanan akan penuh lumpur. Dan jika musim kemarau masyarakat sekitar akan disuguhkan debu.
Jalan berlobang dan dipenuhi bebatuan akan mengiringi perjalanan memasuki wilayah Tokowuta. Drainase jalan juga terlihat belum pernah sama sekali dikerjakan, sehingga jika hujan turun air akan menggenangi jalan.
“Kita lihat sendiri saja jalannya bagaimana, sudah masuk tiga tahun ini belum sama sekali tersentuh pekerjaan pengaspalan. Padahal jaraknya cuman sekiloan saja,” tutur Kepala Desa Tokowuta, Jusman ditemui Senin (29/1/2018).
Padahal desa yang dipimpinnya itu memiliki potensi tambang nikel yang melimpah. Selain itu, di desa ini juga pernah digelar Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Motocross seri VI se-Indonesia Timur pada Oktober 2016.
Belum Teraliri Listrik
Listrik juga salah satu infrastruktur yang sangat diidamkan warga Desa Tokowuta. Selama ini untuk penerangan di malam hari, warga masih menggunakan penerangan yang disiapakan oleh perusahaan tambang nikel.
Warga desa ini pun terus sabar menunggu janji Bupati Konawe Utara Ruksamin yang akan mengaliri desa ini listrik 24 jam.
“Sekarang ini untuk lampu kita masih nebeng sama perusahaan, jadi menyala dari jam 18.00 hingga pukul 06.00 Wita,” kata Jusman.
Selain pertambangan, Desa Tokowuta juga memiliki potensi di sektor pertanian. Bahkan di Kecamatan Wawolesea, hanya desa ini yang memiliki luasan lahan persawahan hingga ratusan hektar.
Namun tidak mengalirnya irigasi menjadi kendala lahan persawahan tersebut tidak dimanfaatkan. Belum lagi pemilik sawah sebagian besar dari Desa Belalo Kecamatan Lasolo, sehingga kurang efektif digarap.
Namun warga desa ini tidak tinggal diam. Imo misalnya, menyulap lahan sawah miliknya yang memiliki luas 1/4 hektare menjadi kebun holtikultura.
Hal itu dilakukan menyusul semakin tinggi kebutuhan pasar akan sayur mayur di Kabupaten Konawe Utara. Pembukaan kebun holtikultura itu juga mampu meningkatkan ekonomi petani hingga puluhan juta rupiah.
“Dengan waktu hanya tiga bulan sudah bisa dilihat hasilnya. Luas lahannya cuman 1/4 hektar, biayanya cuman sekitar Rp 5 jutaan saja bisa menghasilkan keuntungan mencapai puluhan juta,” kata Imo.
Untuk memanfaatkan potensi-potensi yang ada, baik pemerintah desa maupun warganya berharap pemerintah daerah dapat memberikan program pembangunan infrastruktur, diantaranya pengaspalan jalan, listrik, dan saluran irigasi untuk sektor pertanian. (A)
Reporter: Murtaidin
Editor: Jumriati