Ni Luh, Perempuan Mungil Penakluk Karhutla di Koltim

Ni Luh, Perempuan Mungil Penakluk Karhutla di Koltim
PEMADAMAN - Ni Luh (20) saat melakukan pemadaman titik api kebakaran lahan gambut di Kecamatan Lalolae, Kabupaten Kolaka Timur (Koltim) yang terjadi sejak tanggal 29 Agustus 2019 lalu. (ISTIMEWA)

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Di tengah perihnya asap, kencangnya angin, dan panasnya kobaran api tak menyurutkan semangat Ni Luh, perempuan berusia 20 tahun ini memadamkan api pada kebakaran lahan gambut di Kabupaten Koltim.

Terhitung sudah dua kali ia berkawan dengan kabut asap dan api saat kebakaran lahan gambut di Koltim, yakni tahun 2018 lalu dan 2019 ini di dua lokasi yang berbeda.

Tahun 2018 kebarakan lahan gambut terjadi di Kecamatan Tinondo. Penanganan kasus ini menjadi pengalaman pertama Ni Luh, salah satu personel Manggala Agni turun lapangan memadamkan api bersama rekan kerjanya yang didominasi oleh laki-laki.

Menurutnya, kebakaran lahan gambut merupakan salah satu kasus terbesar dan tersulit yang pernah ia ikuti proses pengendalian titik apinya.

Ni Luh, Perempuan Mungil Penakluk Karhutla di Koltim

Baca Juga : Karhutla di Koltim Diduga Sengaja Dibakar, Polisi Buru Pelaku

Tingkat kesulitan memadamkan kebakaran lahan gambut cukup tinggi, selain kabut asap yang membuat air matanya mudah keluar, kobaran api yang seakan membakar kulitnya. Belum lagi kontur tanah yang harus dilalui bersama rekan pun berlumpur.

Sehingga pemadaman titik api di lahan gambut memerlukan stamina lebih, membutuhkan waktu cukup lama serta kesabaran.

“Saya bangga karena apa yang dilakukan personil Manggala Agni laki-laki dapat saya lakukan juga,” katanya kepada Zonasultra melalui sambungan telepon, Sabtu (21/9/2019).

Kala itu terjadi insiden, dirinya harus terjebak dalam kepungan asap karena arah angin yang berubah-ubah dan memaksanya ditarik keluar oleh temannya dari lokasi kebakaran. Untungnya, ia tidak perlu dirawat sehingga harus beristirahat lama.

Ni Luh, Perempuan Mungil Penakluk Karhutla di KoltimTak mengenal waktu, hingga malam pun ia bersama rekannya masih berada di lokasi guna memastikan titik api tidak semakin meluas.

Alhasil, butuh waktu berbulan-bulan untuk mengendalikan api di Kecamatan Tinondo kala itu. Dampaknya tentu dirasakan oleh masyarakat sekitar, karena kabut asap semakin tebal dan berwarna hitam.

Baca Juga : BMKG Imbau Warga Waspadai ISPA Akibat Asap Karhutla

Ketangguhan Ni Luh pun kembali diuji dengan kasus kebakaran lahan gambut Koltim yang terjadi di Kecamatan Lalolae, sejak tanggal 29 Agustus hingga 20 September 2019 kemarin.

Kurang lebih selama 23 hari ia bersama rekannya harus kembali berkawan dengan asap serta teriknya panas matahari, saat memasuki puncak musim kemarau hingga kebakaran berhasil dikendalikan.

Ni Luh, Perempuan Mungil Penakluk Karhutla di KoltimKendala paling utama yang ditemui para petugas di lapangan adalah kesulitan sumber air untuk memadamkan titik api serta suhu udara yang sangat panas sehingga membuat api dengan mudah meluas.

Kepala Manggala Agni Daops Tinanggea Yanuar Fanca Kusumu menyebutkan bahwa Ni Luh adalah satu dari tiga pegawai perempuan yang bekerja di Manggala Agni Daops Tinanggea.

Namun, sosok Ni Luh memiliki tanggungjawab yang besar karena selain ikut memadam api di lapangan, ia juga bertanggungjawab penuh terhadap kegiatan lain di lapangan yakni mulai dari pengecekan dan penyediaan kebutuhan logistik personel, koordinasi dengan pihak terkait apabila terjadi Karhutla.

Kemudian sosisalisasi soal Karhutla serta rutin melakukan patroli bersama rekannya untuk memantau titik api.

“Ni Luh lebih energik di lapangan menyiapkan dan memeriksa kebutuhan personel, komunikasi lebih nyaman dengan para pihak. Jiwa sosialnya lebih mudah diterima oleh masyarakat dan juga dia paling gak bisa tinggal diam soal pemadaman,” ujarnya melalui sambungan pesan WhatsApp, Minggu (22/9/2019).

Perempuan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan (SMKK) Makassar ini tak pernah terlintas di benaknya untuk menjadi anggota tim pemadam Karhutla Manggala Agni. Karena Manggala Agni baginya memiliki tugas dan dan tanggungjawab yang berat dan benar-benar bekerja untuk masyarakat.

Baca Juga : LAPAN Pantau 6 Titik Panas Potensi Karhutla di Sultra

Namun, karena tekadnya sudah bulat untuk bergabung menjadi bagian dari Manggala Agni meskipun dirinya adalah seorang perempuan. Akhirnya pada Oktober 2017 dia mendaftar di Manggala Agni Daops Tinanggea.

“Saya berinisiatif sendiri untuk masuk, saya menawarkan diri walaupun status awalnya hanya magang saja dan setelah itu saya resmi menjadi anggota pas ada SK ke anggotaan pada tahun 2018 bulan Febaruari,” ujarnya.

“Saya merasa bersyukur sekali bisa di percaya untuk mnjadi personel Manggala Agni menjadi pejuang damkarhutla dan sudah cukup banyak saya turut membantu kegiatan lapangan apalgi kegiatan pemadaman karhutla, saya menikmat,” Ni Luh menambahkan.

Selain itu, resiko kecelakaan dalam pekerjaan terkadang menghantui dirinya yang harus berada dalam situasi kebakaran yang cukup besar seperti yang terjadi di Koltim dua tahun terakhir ini.

Ni Luh, Perempuan Mungil Penakluk Karhutla di Koltim
Ni Luh

Akan tetapi, perempuan kelahiran 1999 itu berprinsip semua pekerjaan memiliki risiko. Tipsnya adalah bagiamana setiap individu menyesuaikan kemampuan dan apa yang dikerjakan.

Karena faktor keselamatan adalah nomor satu dalam pekerjaan apapun, dan tak lupa berdoa kepada Tuhan juga sebagai langkah awal setiap memulai pekerjaan.

Baginya, apa yang telah ia lakukan ini adalah bagian dari dedikasi dirinya untuk negara, untuk banyak orang dan untuk nafas masyarakat agar menghirup udara segar.

“Walaupun saya perempuan dan hanya jadi pegawai kontrak, tapi saya cintai pekerjaanku dan saya bangga jadi manggala agni perempuan. Semangat untuk manggala agni seluruh indonesia terutama yang perempuan. Satu semangat untuk semua nafas,” ujarnya.

Ditanyakan apakah dirinya tidak minder menjadi petugas pemadam Karhutla sehingga membuat penampilan tidak seperti perempuan pada umumnya, Ni Luh mengaku hal itu biasa saja.

Ia menceritakan selepas melakukan pemadaman wajahnya terlihat gosong dan membuat jerawat mudah tumbuh. Tapi uniknya, ia tidak terfikir untuk melakukan perawatan yang cukup banyak dilakukan perempuan pada umumnya.

Baca Juga : Pembakaran Hutan di Koltim, Polisi Periksa Sejumlah Saksi

“Kalau kulit hitam sudah dari dulu sebelum masuk di Manggala Agni, tapi saya bawa happy saja karena saya cintai sekali pekerjaaku,” ungkapnya.

Salah satu kebanggan lain bagi Ni Luh adalah menjadi satu dari perempuan Indonesia yang peduli dengan lingkungan serta Karhutla.

Sehingga perempuan yang bercita-cita menjadi tentara itu berharap seluruh oknum yang melakukan pembakaran hutan dan lahan agar berhenti melakukan kegiatan itu, sebab dampaknya sangat besar itu dan demi keberlangsungan kehidupan di masa yang akan datang.

Kebakaran lahan gambut di Koltim pada tahun pada akhir 2017 hingga awal 2018 mencapai lebih dari 300 hektar dan tahun 2019 ini luasnya mencapai 485 hektar.

Manggala Agni sendiri merupakan lembaga negara yang salah satu tugasnya menjaga dan melakukan pengendalian Karhutla di seluru wilayah Indonesia dan berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen LHK). (***)

 


Reporter : Ilham Surahmin
Editor : Kiki

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini