Paket Komplet Wisata di Desa Namu

Paket Komplet Wisata di Desa Namu
Kawasan Pantai Namu.

ZONASULTRA.ID –  Iyan dan teman-temannya sudah tak sabar memulai petualangan kemah di pantai yang telah lama direncanakan. Dengan ransel penuh perlengkapan dan perasaan penuh semangat, dari Kota Kendari mereka menuju pantai Desa Wisata Namu pada Sabtu, 26 Mei 2024 lalu.

Pantai ini terkenal dengan pasir putihnya yang lembut dan ombak yang tenang, tempat ideal untuk melepaskan penat dari rutinitas sehari-hari. Segera setelah langit berubah menjadi oranye kemerahan, mereka pun mulai mendirikan tenda di atas pasir yang masih hangat oleh matahari.

Perpaduan suara deburan ombak dan angin sepoi-sepoi  menjadi musik alam yang menenangkan. Setelah tenda-tenda berdiri tegak, mereka menyalakan api unggun. Cahaya api menari-nari, memancarkan kehangatan yang menyatukan dalam kebersamaan.

Malam semakin larut, suara tawa dan cerita-cerita seru mengisi udara. Iyan dan teman-temannya saling berbagi pengalaman, mengenang masa-masa lucu dan penuh kenangan. Beberapa dari mereka memutuskan untuk berjalan-jalan di tepi pantai, merasakan pasir dingin di bawah kaki dan melihat laut yang terbentang luas.

Kebersamaan dengan teman-teman, keindahan alam, dan ketenangan yang didapat membuat hati dan pikiran Iyan segar kembali. Rasanya seperti berada di dunia lain, jauh dari hiruk-pikuk kota.

Namun semua buyar, tiba-tiba turun hujan disertai angin kencang. Mereka terpaksa membongkar tenda dan mencari tempat berteduh. Tanpa disangka, warga setempat yang masih terjaga memberikan mereka tempat berteduh bahkan sampai diminta menginap.

“Pas pagi itu kami kira akan disuruh bayar biaya menginap, ternyata tidak. Kami malah diberi sarapan lagi sebelum pergi,” ungkap Iyan yang merupakan warga Kota Kendari.

Keramahan warga Namu juga terlihat dari kebiasaan mereka yang kerap menyapa wisatawan.  Tentu hal ini kata Iyan, memberikan rasa nyaman pada wisatawan yang datang berkunjung.

Paket Komplet Wisata di Desa Namu
Iyan(kiri) bersama anak warga setempat di Pantai Namu.

Desa Wisata Namu memang salah satu destinasi wisata favorit yang ada di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara (Sultra). Keindahan alam, terutama pantainya berhasil memikat banyak wisatawan untuk datang berkunjung. Kebanyakan mereka memilih kamping di pantai ini, seperti yang dilakukan Iyan dan teman-temannya.

Alam Desa Wisata Namu memang sangat indah dan masih terjaga keasriannya. Pantai, laut, dan hutannya menjadi perpaduan tersendiri yang membuat Desa Namu berbeda dengan desa wisata lainnya.

Desa Wisata Namu memiliki garis pantai yang panjang dengan hamparan pasir putih. Air lautnya jernih. Pohon kelapa berbaris rapi di sepanjang pantai.

Ditambah lagi dengan adanya jembatan warna-warni yang menjorok ke laut, semakin menambah keindahan pemandangan di lokasi wisata satu ini.

Kepala Desa Namu, Nikson, mengatakan banyak kaum milenial yang datang hanya untuk menikmati suasana kamping di pantai.  Selain itu, spot wisata di desanya itu terbilang sangat komplet. Tak hanya menyuguhkan keindahan pantai semata.

Di sini wisatawan juga bisa snorkeling atau diving. Menurutnya bawah laut Desa Wisata Namu tak kalah menarik. Gugusan karangnya cukup memanjakan mata bagi para pencinta snorkeling maupun diving.

Selain itu, Desa Wisata Namu juga memiliki wisata puncak yang disebut Puncak Punggung Perahu. Lokasinya berada di atas ketinggian. Di sini hamparan laut luas yang menjadi lintasan kapal penumpang dari Kendari menuju Raha, Baubau, Wakatobi, dan sebaliknya terpampang jelas di depan mata.

Berikutnya Air Terjun Pitundengga. Jika berkunjung ke Desa Wisata Namu, spot wisata satu ini tak boleh Anda lewatkan. Air terjun ini merupakan air terjun bertingkat tujuh yang memiliki pemandangan alam indah.

Nikson mengungkapkan, spot wisata yang banyak dikunjungi di desanya itu adalah pantai dan juga bawah lautnya.

Terkait kunjungan wisatawan, Kepala Desa Namu mengaku ramai pada Sabtu dan Minggu saja. Selain itu juga tergantung cuaca. Jika musim angin kencang, pengunjung biasanya sedikit karena masih ada juga yang memilih menggunakan akses laut, meskipun akses darat sudah terhubung ke desa ini.

Pengelolaan Desa Wisata Namu saat ini diserahkan kepada Pokdarwis dan BUMDes setempat.

Fasilitas di Desa Namu

Paket Komplet Wisata di Desa Namu
Pantai Namu tampak dari atas.

Fasilitas di Desa Wisata Namu lumayan cukup lengkap seperti balai desa yang dapat dijadikan sebagai tempat pertemuan, musala, tempat makan, spot foto, dan juga homestay bagi yang tidak mau nge-camp.

Untuk homestay di sini, kata Nikson, terdapat empat unit yang memang memenuhi standar. Tiap homestay memiliki dua kamar. Tarifnya Rp200 ribu per malam, sudah termasuk dengan sarapan.

Adapun biaya masuk berwisata ke desa ini dibanderol hanya Rp15.000 saja per orang. Untuk yang lewat via darat sudah terdapat portal yang dibangun oleh Pokdarwis sebagai tempat pembayaran.

Bagi yang menggunakan akses lewat laut pembayaran dapat dilakukan satu kali lewat ketua rombongan atau yang dipercaya. Tapi sebelumnya mereka diharuskan mengisi buku tamu terlebih dahulu.

Soal air bersih, juga tak perlu khawatir karena Desa Namu memiliki sumber air yang melimpah. Setiap rumah penduduk sudah dialiri air dari pipa-pipa yang dipasang di bak penampungan utama yang berada di atas gunung.

 Akses ke Namu

Secara administratif, Desa Namu berada di Kecamatan Laonti, Kabupaten Konawe Selatan. Dulu, untuk mencapai desa ini, satu-satunya akses adalah melalui jalur laut.

Wisatawan berangkat dari Pelabuhan Rakyat Desa Langgapulu, Kecamatan Kolono Timur dengan jarak tempuh sekitar 30 menit tergantung kondisi cuaca.

Dari Kendari, jarak Desa Langgapulu sekitar 70 kilometer (km) dengan waktu tempuh standar 2,5 jam menggunakan roda dua atau roda empat.

Selain di Desa Langgapulu, pengunjung juga bisa lewat Pelabuhan Amolengo menggunakan kapal kayu untuk sampai di Desa Namu.

Kini, Desa Namu sudah terhubung dengan akses darat. Dengan adanya jalur darat, waktu tempuh dari jalan poros Kolono-Kendari hanya kurang lebih 20 menit.

Saat ini kondisi jalan memang belum sepenuhnya teraspal. Masih dalam proses pengerasan. Kemudian terdapat dua jembatan yang masih terbuat dari batang kelapa.

Tak hanya itu, sejumlah titik jalan juga memiliki tanjakan yang curam sehingga saat musim hujan tidak dianjurkan untuk melewati jalur tersebut. (*)

Reporter: Tim Redaksi
Editor: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini