Pelangi dan Badai Karir Nur Alam

Pelangi dan Badai Karir Nur Alam

Pelangi dan Badai Karir Nur AlamPelangi dan Badai Karir Nur Alam

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Jika Anda bertanya siapa figur berpengaruh di Sulawesi Tenggara (Sultra), maka orang-orang, termasuk “om Google” akan merujuk ke satu nama, Nur Alam. Ia paripurna di tiga fondasi pencapaian manusia modern, sukses berenterpreneurship (bisnis), cemerlang di kancah politik, dan jadi manusia pilihan “number one” dari 2,7 juta penduduk Sultra.

Minggu, 9 Juli 2017 Nur Alam tepat berusia setengah abad (50 tahun). lahir di Konda (sekarang berada di wilayah administrasi Konawe Selatan) pada hari Minggu, 1967 silam. Mungkin sebuah kebetulan, pertemuan hari yang sama persis lagi istimewa ini harus direnunginya dalam jeruji besi KPK di Rutan Guntur dengan dua status, tersangka yang ditahan dan gubernur nonaktif.

Dalam berbagai biografi hidupnya, diceritakan Nur Alam terlahir bukan dari marga dinasti para raja atapun keluarga kaya, namun dari masyarakat desa yang sederhana. Di kemudian hari, hal itu terbukti tak menghambatnya, malah jadi motivasi dalam menaiki anak tangga dan menembus lorong-lorong pencapaian hidup turunan Adam.

Enterpreneurship Sejati

Nur Alam gubernur sultra
Nur Alam

Bakat dan naluri bisnis Nur Alam terpupuk sejak kecil, ketika duduk di bangku SD. Jiwa enterpreneurnya diasah secara otodidak dengan hal-hal kecil semisal menjual kelapa, kemiri, dan hasil kebun orang tuanya di Konda. Bahkan ia juga tak sungkan ikut melaut bersama temannya untuk sekedar mengisi waktu luang dan perut yang kosong.

Ketika masuk SMA Mandonga (SMAN 4 Kendari), bakat bisnisnya semakin menggeliat dengan menjalankan usaha sablon. Usaha tersebut berkembang hingga ia dapat membeli mesin fotocopy offset. Masa-masa remajanya terbagi antara belajar di kelas dan memenej waktu untuk wirausaha secara mandiri.

Begitu memasuki jenjang kuliah, ambisinya berbisnis semakin menjadi. Nur Alam naik level. Ia mulai belajar bagaimana menjadi kontraktor dengan bekerja di PT. Pertiwi. Tak mau terlena hanya jadi anak buah, Nur Alam kemudian membuat perusahaan sendiri dengan mendirikan PT Tamalakindo Puri Perkasa. Perusahaan inilah yang kemudian jadi cikal bakal Nur Alam memulai langkahnya sebagai pengusaha sukses dan memupuk pundi-pundi kekayaan.

Didasarkan pada data laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN) Nur Alam per tanggal 5 Juli 2013, harta Nur Alam sudah mencapai Rp 30.956.084.995. Hal itu ada dalam situs resmi KPK. Hitung-hitungan pundi tersebut tentu merujuk pada kekayaanya sebagai pebisnis dan sudah menjabat gubernur selama satu periode.

Cemerlang di Kancah Politik

Tolak ukur kesuksesannya sebagai tokoh politik senior dapat dilihat hebatnya taktik “tempur” menahkodai Partai Amanat Nasional (PAN), dan menumbangkan incumbent Ali Mazi dalam Pemilihan Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) awal 2008 dan kembali memenangkan pertarungan pada pemilihan gubernur 2013 untuk periode kedua.

Catatan sejarah pertarungan politik Nur Alam dimulai ketika runtuhnya rezim orde baru dan memasuki era reformasi. Saat itu lahir sebuah partai baru bernama Partai Amanat Nasional (PAN) dengan tokoh sentral Amin Rais. Nur Alam menjadi anggota Komite Persiapan Pembentukan Wilayah (KPW) untuk menggelar Musyawarah Wilayah (Muswil) dan mendeklarasikan PAN, si Matahari Putih.

Muswil PAN Sultra pertama berhasil diselenggarakan 1998 pasca lengsernya Soeharto. Nur Alam dipercaya jadi sekretaris sedangkan ketua dijabat oleh Andrey Jufri. Dua tahun kemudian barulah Nur Alam didaulat menjadi ketua melalui Muswil PAN kedua, tepatnya pada 27 Juli tahun 2000. Dari momen itulah ia kemudian melakukan lompatan-lompatan kuantum sembari menancapkan dominasi Matahari Putih di jazirah Sultra.

Di bawah taktik seorang sarjana ekonomi ini, kader-kader PAN mulai didudukkan di legislatif dan eksekutif. Imbasnya tentulah menurunnya dominasi partai-partai lain yang sempat kokoh di masa orde baru. Yang paling merasakan adalah Golkar, beringin yang perlahan tak lagi mendominasi di kemudian hari.

Di DPRD Provinsi Sultra pada pemilu 1999 PAN hanya bisa mendudukan 1 kadernya. Begitu Nur Alam jadi ujung tombak, pada 2004 PAN sukses maraih 6 kursi. Raihan itu pulalah yang mengantarkan ia menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Sultra saat itu yang konsen mengkritisi Gubernur Ali Mazi.

Lalu pada akhir 2007, perolehan kursi tersebut memudahkannya menghimpun koalisi pintu pencalonan. Kemudian sejarah mencatat ia merupakan gubernur pertama Sultra yang dipilih langsung oleh rakyatnya.

Berdasarkan data KPU, PAN semakin meningkatkan jumlah kursinya. Pada pemilu 2009, PAN meraih 7 kursi dan pada pemilu 2014 naik lagi menjadi 9 kursi. Perolehan 9 kursi mengokohkan dominasi PAN dan jabatan Ketua DPRD Sultra berhasil direbut yang sebelumnya selalu diisi Golkar.

PAN semasa Nur Alam juga selalu mampu mengirimkan satu kadernya di Senayan sebagai anggota DPR RI pada 2004, 2009, dan 2014. Pada 2014 ini yang melenggang adalah istrinya sendiri, Tina Nur Alam.

Sementara itu, persoalan mendudukkan kader di eksekutif (kepala daerah kabupaten/kota), kiprah Nur Alam tak kalah silau. Bukan hanya berhasil memenangkan pertarungan yang didukung, tapi ia juga mampu menarik figur-figur potensial bergabung di PAN dengan jabatan ketua di kabupaten/kota.

Figur potensial yang berhasil ditarik merapat di PAN adalah Baharuddin ketika memenangkan Pemilukada Muna (2010), AS Thamrin, Baubau (2013), Ridwan Zakaria, Buton Utara (2010), dan Asrun di Kendari (2012). Sementara kader tulen PAN yang didukung dan dimenangkan adalah Umar Samiun di Pemilukada Buton 2012, Kery Saiful Konggoasa di Pemilukada Konawe (2013), Tafdil di Pemilukada Bombana (2011), dan Arhawi sebagai wakil di Pemilukada Wakatobi (2011).

Nur Alam masih dipercaya menjadi pucuk pimpinan di PAN Sultra hingga tahun 2015, yang artinya 3 periode sama sekali tak tergantikan. Bagi sejarah politik Bumi Anoa, itu adalah rekor. Rentang waktu 15 tahun itu berbuah dengan coretan tinta emas. Nur Alam dipandang sebagai politisi paling paripurna dibanding politisi-politisi lain selevelnya.

Orator Ulung

Nur Alam Tak Ingin Jadi "Penghancur" Pemerintahan Gubernur Penggantinya

Selain sebagai pebisnis dan politisi, Nur Alam juga dikenal sebagai “macan” podium yang sanggup merangkai kata sebagaimana pujangga melahirkan puisi. Rangkaian kata-katanya untuk menyanjung, mencurahkan perasaan (curhat), membujuk, bahkan menyerang lawan politik dengan sindiran-sindiran halus yang menusuk. Di banyak kesempatan, ia selalu lepas dari teks pidato.

Teknik membujuk ketika berorasi maupun pidato dapat disaksikan ketika dia membawakan suatu kampanye politik. Tak heran bila dimanapun panggungnya, ia selalu dapat meraih simpati masyarakat. Hal ini dibuktikannya ketika mengunjungi 2.000 lebih desa sebelum terpilih jadi gubernur.

Salah satu jurus yang jarang dipakainya adalah melakukan kombinasi serangan sekaligus menyanjung. Misalnya ketika pelantikan Bupati Buton Selatan Agus Feisal Hidayat di Kantor Gubernur pada 22 Mei 2017. Saat itu hadir Walikota Kendari Asrun dan mantan Bupati Buton Sjafei Kahar, ayah Agus.

“Tuhan memberikan hikmah dari sebuah perjalanan nasib manusia andaikata dia (Agus) terpilih pada periode yang lalu maka persepsi negatif orang-orang akan selalu lahir karena dia menggantikan bapaknya,” ujar Nur Alam.

Bagi Sjafei dan Agus ini merupakan pujian menyejukkan, namun di sisi lain sebenarnya tersirat sindiran untuk Asrun yang estafet kepemimpinannya akan dilanjutkan oleh putra kandungnya Adriatma Dwi Putra. Sebagai catatan saat itu hubungan Nur Alam dan Asrun sedang memanas.

Kadang pula Nur Alam melakukan serangan langsung dengan secara terbuka mengkritisi. Misalnya ketika Asrun tidak tampak saat banjir melanda Kendari, Nur Alam tak sungkan mengkritik Asrun dengan keras.

Menurutnya kehadiran seorang pemimpin dalam situasi negara atau daerah prihatin itu sangat dibutuhkan. Kritikan ini dilontarkan Nur Alam dihadapan anggota Komisi V DPR RI yang melakukan kunjungan kerja di Kendari, Senin 29 Mei 2017 lalu.

Tak hanya dengan Asrun, ketika menjabat gubernur, Nur Alam juga terlibat sentimen dengan kepala daerah yang tidak sejalan dengan dirinya seperti Imran ketika menjabat Bupati Konawe Selatan, Lukman Abunawas Bupati Konawe, dan beberapa kepala daerah lainnya. Sentimen itulah yang kadang jadi bahan orasinya, tentu sampelnya dapat dilihat dari serangannya kepada Asrun.

Gubernur Dua Periode

Nur Alam Tepis Isu Pembayaran untuk Diangkat Jadi Kepala Sekolah

Sebagai kepala pemerintahan setingkat gubernur Nur Alam melesat dengan program andalannya BAHTERAMAS (Membangun Kesejahtraan Masyarakat Sulawesi Tenggara). Salah satu bentuknya yang paling terkenal adalah Block Grant atau bantuan keuangan untuk desa, kelurahan, dan kecamatan. Pola serupa ini kemudian juga digunakan pemerintahan Jokowi dalam mengkucurkan dana desa.

Dari segi infrastruktur fisik, tangan dingin Nur Alam juga terlihat dari pembangunan dan peningkatan kualitas pelabuhan, rumah sakit, jalan, bandara, dan lainnya. Contoh pembangunan pelabuhan yaitu Pelabuhan Tondasi dan Pelabuhan Bungkutoko, sedangkan rumah sakit adalah pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bahteramas.

Jalan yang ditingkatkan kualitasnya misalnya rute Konda-Tampo (khusus di bagian Konda dibuat dua jalur), Kendari-Kolaka, Buton Utara-Baubau. Untuk bandara, misalnya peningkatan kualitas Bandara Haluoleo Kendari, berfungsinya Bandara Matahora Wakatobi, Sugimanuru Muna Barat, Sangia Nibandera Kolaka, dan Betoambari Baubau.

Dua proyek monumental yang dirintis Nur Alam dengan anggaran ratusan miliar adalah pembangunan Jembatan Teluk Kendari dan Masjid Al Alam. Jembatan Teluk Kendari yang membentang dari Pulau Bungkutoko dan Kota Lama adalah proyek pusat dengan anggaran yang bersumber dari APBN. Kini dalam tahap pembangunan awal. Sedangkan Masjid Al Alam sudah memasuki tahap finishing yang selama ini menyedot anggaran APBD.

Tentang investor, Nur Alam berhasil mengundang pebisnis sekelas James Riady untuk membangun Lippo Plaza. Jaringan Nur Alam juga patut diacungi jempol dengan hadirnya hotel berbintang seperti Grand Clarion dan Same di Kota Kendari.

Sederet pencapaian Nur Alam sebagai gubernur tersebut hanyalah sebagian yang betul-betul nampak dan dapat dirasakan. Tentu masih banyak bentuk-bentuk detail lainnya yang jika dirunut butuh sebuah buku album besar untuk diurai. (A*) (Bersambung)

 

Penulis : Muhamad Taslim Dalma
Editor : Jumriati

Referensi:
– Dokumen Reportase Penulis,
– Jurnal Ilmiah “Fenomena ‘Bossisme Local’ di Era Desentralisasi” oleh Eka Suaib dan La Husen Zuada
– https://infoduniaraya.blogspot.co.id/2014/08/profil-h-nur-alam-se-msi-gubernur-ke-9.html
– http://yaminindas.com/?p=1272
– http://yaminindas.com/?p=520
– http://www.jpnn.com/news/wow-tajir-banget-harta-nur-alam-tembus-angka

3 KOMENTAR

  1. Manusia jika sdh d takdirkan oleh Tuhan untuk menjadi pemimpin, maka itu pasti. Namun terkadang manusia pd lupa dengan anugerah yg d berikan oleh Tuhan-Nya. Sedari bahwa kt d takdir untuk menjadi manusia yg taat apapun itu profesi kita….

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini