Pembersihan Gedung Sekolah Terdampak Banjir di Konawe

Pembersihan Gedung Sekolah Terdampak Banjir di Konawe
BAKTI SOSIAL - Dinas Dikbud Konawe menggelar Bakti Sosial (Baksos) dengan melibatkan seluruh Kepala Sekolah SD dan SMP lingkup Konawe. (Restu/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, UNAAHA – Bencana banjir yang menerjang Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) beberapa waktu lalu telah merusak sejumlah fasilitas umum, seperti gedung sekolah, masjid, serta Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

Data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Konawe, terdapat 74 Unit sekolah yang mengalami kerusakan akibat terjangan banjir. Diantara puluhan bangunan itu, dibagi dalam tiga kategori, yaitu kategori rusak berat, sedang, hingga rusak ringan.

Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Ambodia, Kelurahan Ambondia, Kecamatan Asinua, menjadi salah satu sekolah terparah diterjang banjir. Selain rusak akibat terendam air, sekolah ini juga ditimbun lumpur setinggi satu meter.

Selama sebulan direndam banjir, seluruh ruangan kelas tidak lagi bisa digunakan sebagai tempat menimba ilmu. Aktifitas belajar mengajar tidak lagi berjalan normal seperti biasa. Saat air surut, gedung sekolah itu juga belum dapat digunakan, pasalnya lumpur setinggi satu meter masih menimbun setiap sudut ruangan.

Baca Juga : Pascabanjir 3 Gedung Sekolah di Konawe Belum Bisa Digunakan

Untuk mengembalikan fungsi sekolah sebagai tempat menimba ilmu, Dinas Dikbud Konawe berinisiatif menggelar Bakti Sosial (Baksos) dengan melibatkan seluruh Kepala Sekolah SD dan SMP lingkup Konawe.

Sabtu pagi (31/8/2019) sekira pukul 8.00 wita, para kepala sekolah sudah berkumpul di halaman kantor Dikbud Konawe, mereka bersipa untuk menuju Kelurahan Ambondia, Kecamatan Asinua, yang berjarak sekitar 49 kilo meter dari pusat kota Unaaha.

“Hari ini kita akan melaksanakan baksos di SD Negeri 1 Ambondia, karena sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang terparah terkena bencana banjir beberapa waktu lalu,” Kata Kadis Dikbut Konawe, Suriyadin saat memberikan arahan kepada para kepala sekolah sebelum berangkat.

Menggunakan kendaraan roda dua dan empat, seratusan lebih kepala sekolah dan guru mulai bergerak. Saat hendak memasuki wilayah Kecamatan Asinua, rombongan ini langsung disambut kepulan debuh tebal, karena jalan yang juga menghubungan dengan Kecamatan Latoma itu belum tersentuh aspal. Saking tebalnya debu jalanan, jarak pandang pengendara hanya berkisar dua meter saja.

Jembatan yang hanya menggunakan dua lembar papan setebal lima centi meter, serta jurang terjal tanpa pembatas jalan juga menjadi cerita menarik yang tidak akan pernah dilupakan oleh para pejabat yang rata-rata sudah tua itu.

Setibanya di lokasi, mereka langsung bersiap untuk membersihkan lumpur yang masih menimbun setiap ruang gedung sekolah itu. Dengan menggunakan pacul dan sekop mereka pun mulai membuang lumpur yang menempel diatas lantai.

Sementara untuk Kepala Sekolah perempuan mendapat jatah bagian penyiraman, pembersihan lumpur yang menempel di meja dan kursi sekolah, serta menyiapkan santap siang bersama.

Baca Juga : Siswa Korban Banjir di Konawe Bakal Dapat Seragam Sekolah Gratis

“Kita bagi, yang laki-laki bertugas membersihkan lumpur, sementara yang perempuan mereka kita kasi job yang ringan-ringan saja,” ujar Suriyadin.

Selain baksos pembersihan lumpur, Dikbud Konawe juga telah mengalokasikan anggaran renovasi gedung sekolah yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun anggaran 2019.

Pembersihan Gedung Sekolah Terdampak Banjir di Konawe

Wilayah DAS Konaweeha

Sebanyak lima desa dari 9 desa dan kelurahan yang ada di Kecamatan Asinua sangat dekat dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) sungai Konaweeha, sungai terbesar di bumi anoa. Dari sembilan desa tersebut diantaranya Kelurahan Ambondia, tempat berdirinya SD Negeri 1 Ambondia.

“Sangat dekat dengan sungai konaweeha, mungkin hanya sekitar 120 meter saja, sehingga pada saat banjir di areal ini yang terparah, bahkan rumah-rumah warga ada yang terbawa arus,” kata Kepsek SD Lambondia, Juliadin Dahi.

Ia bercerita, saat bencana banjir menerjang, wilayahnya masuk kategori terisolir karena akses jalan darat yang sempat terputus selama beberapa hari. Beruntung pada saat bencana tiba, siswa dan siswi masih libur pasca hari raya idul fitri.

Baca Juga : Pemda Konawe Serahkan Seragam Sekolah ke Siswa Korban Banjir

Saban hari, jadwal belajar mengajar akan segera dimulai, sementara gedung sekolah belum bisa digunakan karena lumpur yang begitu tebal masih menimbun setiap sudut ruangan. Melihat hal itu, Juliadin terpaksa menambah waktu libur bagi seluruh muridnya.

Selain kondisi sekolah yang tidak memungkinkan, modul dan buku yang kerap digunakan sebagai bahan pembelajaran yang hilang, juga menjadi bahan pertimbangan Juliadin untuk menambah libur.

“Sampai saat ini kita masih kekurangan buku belajar. Saya juga sudah sampaikan kepada teman-teman kepalah sekolah untuk menyumbangkan buku belajar apabila ada yang kelebihan,” ungkapnya.

Upaya Pemulihan Dikbud Konawe.

Pembersihan Gedung Sekolah Terdampak Banjir di Konawe

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Konawe mencatat, pada saat bencana banjir menerjang terdapat 4 unit Sekolah Dasar (SD) dan 7 unit Taman Kanak-kanak (TK) masuk kategori terparah.

“Selain mengalokasikan DAU untuk rehab gedung, kita juga telah berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan untuk memberikan bantuan, harapannya supaya proses belajar mengajar berjalan seperti semula,” ujar Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Dasar (Dikdas) Dikbud Konawe, Tira Liambo.

Sayangnya, Tira tidak mengetahui jumlah pasti kerugian yang harus ditanggung Dikbud Konawe karena banyaknya sekolah yang mengalami kerusakan.

Selain SD Negeri 1 Ambondia, pihaknya juga berencana menggelar kegiatan serupa di beberapa sekolah yang ada di Kecamatan Routa.

“Nanti kita akan ke Routa juga. Kita ingin melihat langsung sekolah-sekolah yang ada disana, supaya kita tidak salah sasaran saat mengalokasikan bantuan kedepannya,” tandasnya. (A/SF)

 


Kontributor : Restu Tebara
Editor : Abdul Saban

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini