Pemuda Mubar Ini Coba Kembangkan Aneka Produk Kelor

Pemuda Mubar Ini Coba Kembangkan Aneka Produk Kelor
PRODUK KELOR - La Ode Abdul Wahid memperlihatkan aneka produk dari daun kelor saat dijumpai di Pustaka Kabanti Kendari, Minggu (8/9/2019). Aneka produk itu dari Blora, Jawa Tengah. (Muhamad Taslim Dalma/ZONASULTRA.COM).

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Pemuda asal Muna Barat (Mubar) La Ode Abdul Wahid mulai melakukan upaya untuk mengolah tanaman kelor menjadi aneka produk yang nanti dapat dipasarkan. Sebagai langkah awal saat ini pembibitan biji kelor sudah dilakukan di kampung halamannya Desa Marobea, Mubar.

Budi daya kelor melalui biji dinilai lebih bagus dibanding hanya menanam batangnya atau cara setek. Keunggulannya menanam biji adalah tanaman kelor nantinya akan lebih kuat terhadap cuaca.

Untuk peralatan yang disiapkannya yakni blender, aluminium foil (untuk kemasan), dan alat-alat lainnya saat ini tengah dikumpulkannya dengan belanja di Kota Kendari. Bila semua sudah siap maka produk awal yang akan dipasarkannya adalah teh seduh daun kelor, serta masker kecantikan yang memadukan daun kelor dengan bahan-bahan seperti kunyit dan beras.

Wahid yang merupakan mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Universitas Halu Oleo ini tertarik untuk mulai mengolah daun kelor setelah mengikuti workshop di Blora, Jawa Tengah pada 22 sampai 24 Agustus 2019 lalu. Pelatihan itu dipandu oleh Dudi Krisnadi yang telah berhasil mengolah daun kelor menjadi aneka produk, bahkan produksinya banyak diekspor.

Dudi telah mengembangkan tanaman kelor di Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga berhasil memberdayakan masyarakat setempat. Bahkan Dudi telah menemukan teknologi yang tepat untuk mengunci nutrisi daun kelor ke dalam bentuk bubuk dan bentuk lainnya sehingga menghasilkan banyak produk.

Wahid sempat menunjukkan produk-produk bahan minuman yang diproduksi oleh Dudi seperti kopi kelor, jahe kelor, moringa tea, dan moringa herbal green tea. Kini Dudi juga mengajak orang seperti Wahid untuk mengembangkan kelor karena manfaat kelor yang sangat banyak. Salah satunya, dengan kandungan nutrisi yang banyak, kelor dapat menjadi solusi untuk kebutuhan gizi masyarakat.

“Kami tidak mengklaim kelor sebagai obat, tapi makanan super nutrisi untuk tubuh, yang dapat mencegah gizi buruk. Kelor sendiri dari akar hingga buah bisa dimanfaatkan, dari yang mereka budi dayakan, hasilnya yang paling mahal itu biji kelor untuk diambil minyaknya,” ujar Wahid di Pustaka Kabanti Kendari, Minggu (8/9/2019).

Wahid melihat prospek mengembangkan tanaman kelor di Muna Barat sangat besar, selain memang tumbuh subur di Pulau Muna, juga bagi masyarakat setempat sayur kelor merupakan makanan harian. Selain itu, untuk pemasaran pun saat ini bisa menggunakan sarana internet.

Wahid saat ini terkendala modal untuk mendatangkan alat pengering daun kelor seperti yang diciptakan Dudi, yakni pengering portabel. Harganya mencapai Rp70 juta per unit, dan bila ditambah alat pendukung lainnya maka membutuhkan modal Rp100 juta lebih.

Untuk sementara Wahid akan menggunakan alat-alat sederhana seperti blender dan dengan metode pengeringan biasa, untuk menghasilkan produk kelor. Misalnya teh celup dan teh seduh kelor bisa menggunakan cara pengeringan sederhana. Namun, tanpa alat pengering portabel, produk kelor tidak akan bertahan hingga tahunan.

Cara Memasak Kelor

Berdasarkan materi pelatihan yang diikutinya, Wahid mengemukakan cara memasak daun kelor yang benar. Saat memasak daun kelor, bila air sudah mendidih maka matikan api kompor lalu tuang daun kelor. Begitu pula bila daun kelor dimasak dengan sayur lainnya, saat air mendidih maka masukan dulu bahan sayur lainnya kemudian matikan api kompor lalu masukan daun kelor. Cara ini penting agar kandungan nutrisi daun kelor tidak banyak berkurang.

Daun kelor yang dipetik juga paling lama hanya dapat disimpan 4 jam. Kata Wahid, setelah dipetik daun kelor sudah harus dimasak, semakin cepat semakin baik, berbeda dengan jenis sayur-sayuran lain.

Wahid juga bercerita tentang manfaat mengkonsumsi buah dan bunga kelor untuk mempermudah memperoleh keturunan bagi pasangan suami istri. Hanya memang belum ada referensi ilmiah tentang hal itu. Sebuah cara yang tidak ada salahnya untuk dicoba, sebab memang buah dan bunga kelor sering dimakan oleh masyarakat Muna sebagai sayuran. Buah dan bunga kelor itu dijadikan sayur bening.

“Caranya adalah suami mengkonsumsi masakan biji kelor dan istri mengkonsumsi masakan bunga daun kelor. Bila sudah hamil maka istri harus berhenti mengkonsumsi bunga kelor karena dipercaya tidak baik untuk kandungan,” tutur Wahid, menceritakan pengetahuan yang didapatnya selama di Blora.

Kandungan Nutrisi Daun Kelor

Dalam buku Sustainable Island Development Initiatives (SIDI) tahun 2016, dijelaskan bahwa tanaman kelor mempunyai kandungan protein, kalsium, zat besi, vitamin C, dan karotin yang tinggi. Oleh sebab itu tanaman ini cocok ditanam di wilayah yang kekurangan nutrisi. Kelor juga dapat berperan penting untuk menjadi sumber pangan dan obat-obatan.

“Di Afrika, daun kelor digunakan untuk membersihkan air minum dari kandungan zat-zat yang tidak diinginkan. Kelor dapat menyelesaikan persoalan pangan dan kesehatan di dunia,” tulis tim penulis buku SIDI.

Di Indonesia dan India, kelor merupakan tanaman yang dikenal mempunyai kekuatan supra natural dan banyak digunakan dalam beberapa ritual. Daun dan buah kelor juga dimanfaatkan sebagai masakan sayur asam yang berwarna bening. (SF)

 


Reporter: Muhamad Taslim Dalma

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini