ZONASULTRA.COM, KENDARI – Salah satu pengamat ekonomi Sulawesi Tenggara (Sultra) Syamsir Nur menjadi delegasi Bank Indonesia (BI) dalam acara diseminasi kegiatan International Monetary Fund (IMF)-World Bank Annual Meeting 2018 bersama Regional Opinion Maker pada 12 hingga 13 Juli 2018 di Bali.
Usai mengikuti kegiatan tersebut, Syamsir mengatakan banyak hal yang harus dimanfaatkan pemerintah Indonesia sebagai tuan rumah. Apalagi, kegiatan IMF-WBG Annual Meeting 2018 akan digelar pada Oktober 2018 mendatang. Sehingga masih ada waktu dua bulan untuk mempersiapkan hal tersebut.
Menurutnya, kegiatan ini setidaknya dapat memberi manfaat ekonomi jangka pendek dan jangka panjang bagi Indonesia.
“Yang saya yakini bahwa daerah ini pun akan kecipratan manfaat dari kegiatan ini,” ungkap Syamsir Nur kepada zonasultra.id di Kendari, Senin (16/7/2018) malam.
Dosen Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari ini menjelaskan, selama perhelatan pertemuan tahunan bank dunia itu berlangsung, tentu pendapatan masyarakat akan meningkat, terutama bagi mereka yang memiliki usaha di sektor akmamin yaitu akomodasi, makanan dan minuman dan belhib belanja dan hiburan.
Di mana jumlah peserta yang akan menghadiri acara ini sebanyak 15.000 orang. Kegiatannya sendiri akan berlangsung selama 3 hari dari tanggal 12-14 Oktober 2018.
Ia juga menilai ini adalah kesempatan emas bagi masyarakat dan pemerintah Sultra untuk bisa memanfaatkan even IMF- WBG Annual Meetting 2018 sebagai ajang promosi potensi Bumi Anoa di sektor makanan, khususnya pangan lokal dan komoditas sektor perikanan.
Sebab hal ini secara langsung akan memberikan dampak pada penerimaan devisa dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Manfaat jangka panjang adalah pengenalan produk unggulan Indonesia, peluang investasi dan usaha. Di Idonesia setiap daerah memiliki potensi. Sehinga bisa dimanfaatkan sebagai ajang memperoleh pembiayaan pembangunan infrastruktur.
“Kita tahu betul bahwa salah satu persoalan ekonomi daerah termasuk di Sultra adalah soal ketersediaan infrastruktur yang diakibatkan oleh keterbatasan pembiayaan,” ungkapnya.
Kegiatan dua tahunan ini diikuti 189 negara. Bagi Indonesia tentu menjadi ajang peningkatan kunjungan wisatawan ke beberapa destinasi utama, terutama bagi negara-negara yang belum mengenal Indonesia.
“Dan dalam jangka panjang juga menjadi momen untuk membangun networking dengan komunitas internasional,” tukasnya.
Pertemuan IMF-WBG 2018 nantinya akan membahas sejumlah hal yang jadi perhatian banyak negara dalam rangka memajukan perekonomian global dan apa tantangannya saat ini.
Kemudian, IMF-World Bank Annual Meeting 2018 juga akan membahas topik ketimpangan ekonomi, dampak perubahan iklim terhadap perekonomian suatu negara, sampai isu korupsi. (B)